Pagi ini mentari bersinar dengan terang. Hawa hujan sisa semalam masih ada, membuat Jennie meringkuk didalam kungkungan seorang pria.
"Hmm??"
Jennie tersadar bahwa ia sedang dipeluk oleh seseorang. Apa mungkin semalam mereka tidur bersama?
Jennie tidak bisa bergerak karena pelukan itu sangat erat. Ia menatap wajah pria yang sedang terpejam dihadapannya. Terlihat begitu damai, membuat Jennie sedikit tersenyum.
Ia mengingat kejadian semalam disaat Yoongi berteriak seperti anak kecil melihat hantu saat kilat sambar menyambar. Ya, ternyata pria itu sangat takut dengan petir.
"Aku memang tampan, jangan sampai kau terpesona" ucap Yoongi dengan mata masih terpejam. Jennie menatap pria itu terheran-heran. Apa dia punya indra keenam?
"Oh, kau sudah bangun?"
Jennie melepaskan pelukan itu, ia merasa sedikit canggung. Gadis itu duduk dan bersandar di kepala ranjang- menatap Yoongi sambil menggaruk tengkuknya.
"Yoongi-ssi"
"Oppa" potong Yoongi
Jennie menaikan sebelah alisnya.
"Panggil oppa saja, seperti kau memanggil Jimin" ujar Yoongi.
"Baiklah, oppa-"
.
.
.Di siang hari nan damai.
Jennie sedang duduk di pekarangan rumah kos nya, melamunkan sesuatu.
"JENNIE-YAAAA"
"YAKKK"
Gadis itu melonjak kaget saat Jimin menepuk pundak dan berteriak di kupingnya.
"Oppa!!! Kau membuatku kaget saja" oceh Jennie. Gadis itu menggembungkan pipinya kesal. Jimin tertawa cengengesan lalu mengacak rambut Jennie.
"Tidak baik melamun di siang bolong. Lagipula kenapa kau ada di luar rumah? Cuaca sangat dingin, nanti kalau kau sakit bagaimana?" Oceh Jimin panjang lebar.
Jennie tertawa kecil.
"Gwenchana, Chimchim Eomma"
"Yak! Apa tadi? kau panggil aku eomma?" Kali ini Jimin yang menggembungkan pipinya karena kesal.
"Hehehe habisnya oppa sangat perhatian sekali seperti ibuku" tutur Jennie. Gadis itu berdiri lalu memeluk lengan Jimin. Mereka masuk ke dalam rumah tanpa tahu bahwa ada yang memperhatikan mereka sedari tadi.
***
"Untuk sementara, kita bekerja disini dulu-"
"Ya, setidaknya sampai bos Seungri punya tempat baru"
"Kalian tidak apa-apa kan?"
Jimin mengangguk, sementara Yoongi seperti biasa. Pria itu diam tak menjawab satu katapun.
"Jennie-ya, maafkan aku karena kau tidak bisa ikut bekerja disini" ujar Seunghoon.
"Yak, tentu saja Jennie tidak bisa bekerja sebagai tukang panggul ikan" sahut Jimin.
Mereka berempat sedang berada di pasar ikan. Seunghoon, Jimin dan Yoongi pada akhirnya mendapat pekerjaan sampingan- memanggul box berisi ikan dari mobil untuk di jajakan di pasar.
"Ini tidak adil~ lalu apa yang harus aku lakukan disini?" Tanya Jennie, ia pura-pura sebal karena tidak mendapatkan pekerjaan.
"Pulang sana-" ujar Yoongi dingin.
"Aissh- kau ini" sahut Seunghoon sebal.
"Sudahlah- Jennie-ya~ kau tidak ada niatan untuk pulang ke rumah mu saja?" Tanya Seunghoon. Jennie menggeleng.
"Oppa- kau tidak kasihan padaku?"
Jimin dan Seunghoon menatapnya dengan serius.
"Oppa... Ibuku sedang sakit keras, ayahku tukang mabuk-mabukan. Aku tidak mau pulang sebelum mendapat uang"
Mata Jimin dan Seunghoon berkaca-kaca.
"Yaampun, Jennie. Kami tidak mengira hidupmu seberat itu"
"Kalau boleh tahu, dimana ibumu tinggal? Biar kami menjenguknya"
"T-tidak usah repot-repot, oppa! Orang tuaku tinggal sangat jauh dari sini. Mereka tinggal di Busan" ujar Jennie.
"Oh yaampun, Busan? Ibu ku juga tinggal disana! Kapan-kapan kita pulang bersama ya Jennie" sahut Seunghoon antusias.
Mampuslah aku, batin Jennie.
"Hm, itu... Itu-"
"Awas Jennie!" Pekik Jimin.
Nasib sial menimpa Jennie. Disaat ia sedang berpikir keras, gadis itu tersenggol orang yang berlalu lalang di pasar, membuatnya kehilangan keseimbangan.
"Jennie-ku!!!" Pekik Seunghoon.
Nyaris saja Jennie masuk kedalam kolam berisi ikan-ikan segar dari laut, untung saja dengan sigap tangan kekar itu menangkap tubuhnya.
Jennie memejamkan matanya kuat- setelahnya ia tersadar kalau tidak jadi jatuh kedalam kolam itu.
Ia membuka matanya perlahan lalu menatap mata mungil milik pria yang menatapnya sedingin es. Mata Jennie bertemu dengan mata Yoongi.
"Sial-" Seunghoon mengerang, ia meratapi nasibnya. Bukannya dapat kesempatan memeluk Jennie, dia malah terjun ke dalam kolam berisi ikan kerapu dari pulau jeju.
"Hahahahahahahahahahahhaa-" sementara Jimin tertawa melihat Seunghoon basah kuyup.
"Ah- terimakasih, Yoongi-ssi... Hm oppa maksudku" ujar Jennie terbata-bata. Demi neptunus, gadis itu terlihat sangat grogi karena kejadian barusan. Kenapa terlihat seperti adegan di drama saja?
"Ne- arraso" ujar Yoongi. Seperti biasa dia cuek saja. Pria itu lalu memilih untuk kembali bekerja- meninggalkan Jennie yang berdiri mematung disitu.
"Hoony oppa, Chim oppa, sepertinya aku harus pulang. Kalian kerja dengan semangat ya! Hwaiting!" Seru Jennie lalu gadis itu pergi dengan muka merah padam.
"Neee, hati-hati Jennie-ya! Gomawo!" Seru Jimin dan Seunghoon yang masih berada didalam kolam ikan.
"Hahahahaha hyeong. Apakah kau ini seorang putra duyung?"
"Aisshh- diam kau! Gara-gara si Yoongi itu aku jadi sial begini" oceh Seunghoon.
.
.
."Eonni, bagaimana keadaanmu?"
"..."
"Oh, benarkah? Lalu apa kata dokter?"
"..."
"Wahhhh- keponakanku laki-laki? Daebak!!!"
"..."
"Yah, akan aku pikirkan nanti-"
"..."
"Ya? Eonni? Kenapa suaramu terputus-putus-"
Jennie menatap layar ponselnya bingung.
"Aiss- sinyalnya jelek sekali" keluh Jennie.
Gadis itu berjalan menyusuri trotoar sambil mengetik pesan untuk Hyorin.
To: Hyorin Eonni
Mianhae, sinyalku jelek sekali.
Nanti aku akan telpon lagi ^0^