Note 17 : Morning Thought

199 38 0
                                    

Paginya aku bangun lebih awal, demi menyiapkan diri untuk berburu informasi tentang Daifukujo bersama Amuro. Hari ini Michiru dan Araki sekolah jadi mereka tidak akan mengikuti kami, kecuali Araki tiba-tiba muncul dan mengikuti kami.

Aku turun ke lantai satu untuk membersihkan diri dan sarapan, sekilas aku melihat nenek sedang membuka buku besar di dekat telepon rumah.

"Apa itu, Baa-san? "

"Oho ... buku telepon kota ini, Sakuma-chan." Nenek tersenyum ala orang tua hingga kerutan di wajahnya nampak semua. "Nenek ingin menelpon tukang reparasi kamidana, makanya Nenek mencari nomornya di buku ini. "

Aku ingat bahwa Nenek masih menganut agama Shinto yang tergolong kuno, jadi memperbaiki kamidana bukanlah hal aneh untuknya. "Rusak? "

"Tidak, hanya sedikit lusuh. Nenek tidak berani membersihkan dan memperbaikinya sendiri, lebih baik memanggil tukang reparasi saja yang tahu segalanya. "

Aku ber-ooh begitu saja. Aku tidak bisa membantu karena aku juga tidak tahu apapun. Kalung salib yang kupakai sudah ada sejak aku kecil, jadi apapun yang berbau Shinto aku hanya tahu sedikit.

Aku melirik Nenek yang masih sibuk dengan buku telpon, bertanya pelan pada beliau, "Baa-san tahu soal Daifukujo? "

Namanya disebut, Nenek hanya menelengkan kepala. "Oh? Ibu dua anak itu? "

"Baa-san mengenalnya? "

"Dia adalah gadis yang sangat cantik. Terakhir Nenek melihatnya, anaknya masih kecil dan lucu. "

Aku merendahkan suaraku lagi untuk berbisik pada beliau. "Daifukujo ... yang di danau taman kota lho. "

"Iya. "

Tenang sekali menjawabnya, itu membuatku menaikkan alis. "Baa-san, dia mencari anaknya kan? "

"Benar, sayangnya dia tidak tahu jika anaknya diambil dan diurus oleh ketua yakuza kota ini. "

Aku langsung terkejut mendengar itu. Tunggu, Daifukujo mendapat masalah dengan para yakuza, dan akhirnya anaknya diambil mereka?

"Kenapa begitu? "

Nenek memejamkan matanya perlahan, bercerita denga nada mendongeng, "Itu karena anak buahnya lah yang melakukan hal tidak baik pada gadis itu, tapi anak buahnya tidak punya apa-apa, layaknya Si Gadis itu. Ketua Yakuza itu kemudian melakukan 'wujud pertanggungjawaban' dengan mengambil anaknya untuk dibesarkan menjadi orang baik-baik. Dia melakukannya secara diam-diam, entah mengapa. "

"Di mana anaknya itu sekarang? Bagaimana dengan Ketua Yakuza itu?"

"Setelah Si Kecil diambil oleh Ketua Yakuza,mereka langsung pindah ke kota."

Sial, sudah senang ada informasi bagus malah buntu. Aku mengelus dagu memikirkan hal yang sudah dijelaskan panjang kebar oleh Nenek tadi dengan sungguh-sungguh.

Empat tahun berlalu dan Daifukujo masih mencari bayinya, padahal anak itu sudah ada di kota dan hidup di sana. Nenek yang sudah memberikan banyak penjelasan bahkan tidak bisa membantu memberikan alasan kenapa Si Ketua Yakuza ini perlu menculik anak Daifukujo hingga membuatnya bunuh diri.

Aku ingin tahu alasan di balik itu, aku akan mencari tahunya bersama Amuro.

"Bagaimana Baa-san tahu semua ini? " tanyaku tak menahan bahwa aku curiga.

Nenek menghela napas dan membuka matanya seakan dongeng telah selesai. "Beberapa tahun yang lalu, ketika Nenek membantu kedai makan milik tetangga, Si Ketua Yakuza mampir dan makan di sana. Dia mabuk di depan Nenek dan bercerita panjang lebar soal gadis itu dan anaknya. Nenek memang tidak memperhatikan orang kota, tapi Nenek ingat betul apa yang pernah disampaikannya sampai saat ini. "

Hide and SeekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang