MERIDIAN HARSHAD & LILAC FORREST
Tidak ada kegiatan yang lebih menyenangkan di hari Minggu selain bermalas-malasan dan itulah yang sedang Dean lakukan saat ini. Berbaring di kursi berjemurnya dengan sebotol bir dingin, mendengarkan suara ombak yang bergulung dan berdebur menerpa karang. Burung-burung berterbangan sementara Woofer—anjingnya, berlarian di pantai. Kegiatan sekaligus pemandangan yang telah ia nikmati selama bertahun-tahun dan tak akan pernah bosan.
Dean mengambil botol bir kedua saat Woofer tiba-tiba menerjangnya, bulu anjing itu sedikit basah. "Woah ... easy, buddy," ucap Dean sembari mengusap moncong anjingnya.
Woofer tampak gelisah, kepalanya sibuk menoleh ke pantai dan pemiliknya. Akhirnya Dean bangkit dari kursi, "Apa yang ingin kau tunjukkan?" tanyanya.
Anjing seberat tiga puluh kilogram itu berlari cepat ke arah pantai. Dean mengikuti perlahan, berpikir ada penyu lain yang terdampar. Minggu lalu Woofer membangunkannya dari tidur siang karena itu. Woofer menggonggong keras, menuntut perhatian. "Aku datang, penyelamat penyu," kata Dean, tertawa-tawa menuruni tangga batu menuju pantai.
Woofer menggonggong dan kembali berlari ke arah Dean, kali ini mendorong-dorong kaki Dean dengan moncongnya. Mendekati bongkahan karang terdekat, Dean terkesiap melihat sepasang kaki tanpa sepatu.
"Oh!" ucapnya dan mempercepat langkah. "Shit!" Dean memaki saat melihat keadaan gadis yang terdampar di pantainya ini. Rambutnya hitam, keningnya membiru, jelas mengalami cedera. Sebelah kakinya membutuhkan jahitan karena luka gores yang cukup dalam, darah masih mengalir dari sana, membuat air pantai yang menerpanya berubah warna.
"Woof, shut up!" Dean menegur anjingnya yang terus menggonggong.
Pertama-tama, Dean menyingkap rambut hitam yang menutupi sebagian besar wajah gadis itu. Tidak bisa menahan siulan saat menemukan wajah yang meskipun pucat pasi, tampak sangat rupawan. Ada luka kecil di pipi mulus gadis itu dan di sudut bibir pucatnya.
"Dia masih hidup, tapi tak kan bertahan karena luka di kaki dan kepalanya," kata Dean, anjingnya merespon dengan tatapan sayu.
Dean berdecak, "Menyelamatkannya akan merepotkan kita, Woof."
Woofer mendekat untuk menempelkan moncongnya ke lengan Dean, tanda bahwa binatang itu mencoba memohon padanya. "Ah! kau bahkan tidak tahu siapa dia," gerutu Dean.
"Guk!" Woofer menggonggong pelan.
"Kita akan menghubungi petugas di pulau utama, lalu—"
"Guk! Guk! Guk!" Woofer menyela, Dean terkesiap merasakan sentuhan di lengannya.
Mata cokelat tembaga milik gadis itu menatapnya tajam, "Lilac!" sebutnya sebelum kembali kehilangan kesadaran.
Woofer kembali menyundul-nyundul, membuat Dean akhirnya menghela napas. "Fine, I'll help her," katanya lalu mengangkat tubuh si gadis.
)o([x])o(
"Godness," ucap Dean saat menggunting celana jeans milik gadis yang ditolongnya ini. Betis dan paha yang luar biasa, sepasang kaki jenjang dengan tungkai yang pasti membuat lelaki menerbitkan bayangan kotor di pikirannya.
Woofer mengangkat kepala saat majikannya masih terus mengagumi keindahan kaki tersebut. "Kau tak akan mengerti," kata Dean, membebaskan kaki tersebut dari celana jeans.
Dean menuang cairan untuk membersihkan luka, lebih dahulu menyuntikkan bius sebelum perlahan menjahit luka terbuka di kaki tersebut. "Seperti kaki peselancar atau pemanjat tebing, ototnya luar biasa," kata Dean tidak bisa berhenti memuji kepadatan otot kaki yang tengah dirawatnya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLIANCE
RomanceDi tengah rencana balas dendam karena kematian keluarganya, Freya Fabian justru mengalami amnesia dan jatuh cinta pada Dean Harshad―target yang sedang dia buru. *** Freya Fabian mengalami duka mendalam atas kepergian kakek dan neneknya yang begitu...
Wattpad Original
Ada 7 bab gratis lagi