Jimin bangun cukup siang hari ini, jam sudah menunjukan pukul 8 pagi dan rekor untuknya yang anti bangun siang.
Ini semua gara-gara Jungkook, tapi sialnya Jimin menyukai kegiatan mereka kemarin.
Ia melihat Jungkook yang masih terlelap dengan keadaan naked, mereka memang tidak mau ganti baju dan memilih telanjang, hanya sprai kasur yang di ganti agar mereka bisa nyaman tidur.
"Ughh.. Pinggang dan pantatku sakit sekali," Jimin meringis saat mendudukan dirinya, ia memijat pinggangnya dan pantatnya yang terasa kaku.
Ia bisa merasakan cairan Jungkook yang mengering dan bau sperma yang menyengat dari kamarnya.
Jimin merasakan wajahnya memerah sempurna.
"Ah, malu sekali," Jimin merengek sambil menangkup pipinya gemas.
"Hngh," Jimin menoleh saat suara erangan Jungkook terdengar.
"M-mina," ujar Jungkook dengan suara yang parau khas bangun tidur.
"Selamat pagi Kookoo sayang," Jimin menyapa Jungkook lalu berbaring menyamping menghadap Jungkook.
Jungkook tersenyum lalu mengelus pipi Jimin lembut.
"Selamat pagi juga Mina, tidurmu nyenyak?" Jungkook mengecup bibir Jimin sekilas dengan gemas.
Jika setiap pagi di suguhi pemandangan Jimin yang seperti ini, Jungkook tidak kuat, Jimin sangat menggemaskan bahkan saat ia baru bangun.
"Nyenyak sekali," Jimin memainkan rambut Jungkook manja lalu menidurkan kepalanya di dada Jungkook.
Jimin memeluk Jungkook erat sambil mengecupi dada bidang yang terdapat banyak maha karya dari bibir nakal Jimin.
Jungkook terkekeh sambil memeluk balik Jimin yang hari ini terlihat manja. Dan Jungkook menyukai saat Jimin manja.
"Selamat pagi Baby, apa baby senang? Kan kemarin Daddy menuruti kemauanmu dan Mommy," Jungkook mengelus perut Jimin mengajak calon bayi berbicara.
"Ish Daddy!" Jimin makin merasakan wajahnya memerah sempurna karna perkataan Jungkook sedangkan Jungkook hanya tertawa sambil mencubit pipi Jimin.
"Mau mandi?" tanya Jungkook setelah sesaat tadi hening.
Jimin mendongkak padanya dan tersenyum, lalu mengangguk semangat.
"Mandi! Mandi! Mandi! Mandi! Mandi!" ujar Jimin lucu lalu kembali mendudukan dirinya di atas kasur.
namun ia kembali meringis karna pantatnya yang kembali nyeri, Jungkook segera menatap Jimin dengan khawatir.
"Kenapa? Apa sakit?" Jungkook melihat Jimin yang meringis dan memjamkan matanya menahan sakit.
"S-sedikit," jawab Jimin sambil menyibak selimut membuat tubuh polosnya terlihat mata Jungkook.
Tapi Jungkook masih sadar diri, ia tak mau membuat Jimin makin kesakitan nantinya.
"Mau aku mandikan tidak?" tawar Jungkook yang mendapat gelengan dan senyuman manis Jimin.
"Antar aku ke kamar mandi saja Kookoo, gendong Mina ung!" Jungkook terkekeh saat Jimin bermanja-manja padanya.
Ia segera menggendong Jimin dan membawanya ke kamar mandi, membiarkan Jimin mandi namun ia berpesan untuk tidak lama dan menggunakan air hangat.
Jimin mengangguk kecil lalu menutup pintu kamar mandi di depan Jungkook.
Jungkook kembali ke kasur, untung ia membawa baju tambahan saat mengantar Jimin pulang, ia memang berniat menginap di rumah Jimin.
Jungkook mengambil ponselnya yang belum ia mainkan seharian kemarin.
Ia membuka kunci ponselnya lalu melihat banyak notif yang berhambur di ponselnya.
Ia lihat banyak yang mengirim pesan padanya adalah mantan kekasihnya yang masih mengejarnya.
Jungkook berdecih pelan, ia malas meladeni mereka dan karna takut Jimin salah paham, Jungkook memblokir hampir semua kontak wanita di ponselnya.
Setelah selesai, sambil menunggu Jimin mandi, ia bermain game di ponselnya.
Setengah jam berlalu dan Jimin keluar dengan keadaan yang segar namun jalannya tertatih.
"Mina? Sudah?" Jungkook segera meletakan ponselnya di kasur lalu menghampiri Jimin.
Jungkook membantu Jimin duduk di kursi meja riasnya dan mengeringkan rambut Jimin dengan handuk kecil.
Mereka saling melihat pantulan mereka di kaca, dan tertawa pelan mengingat kejadian kemarin.
"Kookoo mandilah, biar aku yang keringkan," Ucap Jimin sambil mengambil alih handuk di tangan Jungkook.
Jungkook tersenyum lalu mengecup pipi Jimin penuh sayang dan berjalan ke kamar mandi.
Jimin balas tersenyum dan melihat Jungkook masuk kamar mandi lewat pantulan kaca.
Drtt drtt drtt drtt
Saat sedang asik memakai perawatan pagi miliknya ponsel Jungkook bergetar cukup keras membuat Jimin mengalihkan pandangannya.
Ia berjalan pelan ke arah kasur, melihat panggilan masuk di ponsel Jungkook.
eunha is call
"Eunha?"
Jimin memandang layar ponsel Jungkook yang berkedip-kedip, ia melihat ke pintu kamar mandi, sepertinya Jungkook masih lama.
Tak apa kan jika Jimin yang mengangkatnya? Toh Jimin kan calon istrinya.
Maka dengan cepat Jimin segera mengangkat panggilan itu dengan perasaan penasaran.
"Ah Jungkook! Akhirnya kau mengangkat telponku!"
Jimin menyerngitkan keningnya heran, siapa gadis ini?
"Maaf, ini siapa ya?" tanya Jimin dan hening beberapa saat.
"I-ini nomor Jeon Jungkook kan?"
"iya, ini nomor Jeon Jungkook,"
Jimin kembali pada meja riasnya dan meneruskan perawatan paginya.
"A-anda siapa?"
Jimin makin menyerngit heran.
"Anda yang siapa," jawab Jimin ketus.
"Aku kekasih Jungkook!"
Jimin membulatkan matanya kaget, kekasih Jungkook?!
Tapi bukannya marah Jimin malah menyeringai kejam.
"Oh ya? Jika kau kekasihnya, aku adalah istrinya," jawab Jimin enteng lalu memakai pelembab bibir kesayangannya.
"A-apa?!"
Jimin tersenyum sinis, Jungkook sudah bersumpah padanya bahwa tak ada yang ia dekati dan mendekatinya.
Ia akan percaya perkataan itu apapun yang terjadi.
Cklek.
Tak lama Jungkook keluar kamar mandi, dengan keadaan sagar dan tampan, Jungkook melilitkan handuk di pinggangnya dan mengusak rambut basahnya.
Jimin yang melihatmya hanya tersenyum.
Kesempatan bagus, batin Jimin senang.
"Ah Jungkook-ah, sudah selesai mandi?" Jimin mendekati Jungkook masih dengan ponsel yang terhubung dengan si gadis.
Jungkook tersenyum lalu mengangguk dan memeluk Jimin saat Jimin berada di depannya, Jungkook menciumi bahu Jimin dengan lembut.
"kau wangi sekali Mina, aku suka sayang," Ujar Jungkook sambil meremasi pinggang Jimin pelan.
"Ughh Kookoo jangan nakalhh," Jimin sedikit mendesah dan merengek lumayan keras dengan sengaja agar si penelpon mendengar.
"J-jungkook, hiks,"
Jungkook menyerngitkan keningnya saat ada yang memanggilnya sambil terisak namun itu bukan suara Jimin.
"Itu ponselku?" tanya Jungkook pada Jimin dan Jimin hanya tersenyum sambil mengangguk.
"Siapa yang menelpon?" tanya Jungkook, Jimin menunjukan layar ponsel pada Jungkook.
"Eunha? Siapa Eunha?" tanya Jungkook yang di balas gendikan bahu Jimin.
"Dia bilang dia kekasihmu," jawab Jimin sambil mempoutkan bibirnya kesal.
Jungkook terkekeh, ia mendekatkan bibirnya pada ponselnya yang masih terhubung pada panggilan Eunha.
"Eunha? Apa kau kekasih mainanku dulu? Maaf aku sudah punya pasangan hidup, dan orang yang kau ajak bicaralah pasangan hidupku," Jungkook berucap dengan tajam dan tatapan datar.
"Hiks Jungkook, bagaimana bisa begitu, kau bilang kau ke Seoul untuk bekerja, aku menunggumu pulang di Busan hiks,"
Jimin dan Jungkook menyerngit saat sang gadis menangis makin keras.
Jimin memincingkan matanya curiga pada Jungkook membuat Jungkook menelan ludahnya.
Seketika kepercayaan Jimin pada Jungkook akan runtuh saat ini.
"aku sungguh tak mengenalnya Mina, aku bersump—
"Bagaimana dengan anak kita ini Jungkook hiks, aku hamil dan kau harus tanggung jawab hiks,"