Bulan ke-enam, masih sama seperti bulan-bulan sebelumnya. Atha sebagai calon ibu, benar-benar menikmati momen kehamilannya. Sejauh ini dia masih ikut perkuliahan juga menemani Arzha berkerja di perusahaan. Meskipun begitu, Atha juga mulai memporsir diri untuk tidak terlalu lelah.
Orang terdekat, teman kampusnya, hingga dosen, bahkan sudah menyuruh atau mengajukan Athaya untuk cuti hamil. Arzha juga cukup setuju. Karena tentu, menginginkan isteri dan juga dua anaknya tidak kenapa-napa. Tapi Atha berpikir, mungkin pada usia kehamilan ke-tujuh, dia akan mengajukan cuti.
Kebetulan Arzhanka harus ke kampus karena harus bertatap muka dengan dosennya. Sekalian saja, Arzha juga menjemput dan menunggu isterinya. Mereka juga sebenarnya dari awal sudah berniat jika sudah selesai kampus, akan pergi ke baby shop—untuk membeli perlengkapan bayi.
Dan di sinilah mereka.
Meski menjadi pusat perhatian pelanggan lain, tapi Arzha dan Atha tidak begitu menggubris jika tidak ditanya. Mereka tetap fokus pada tujuan mereka, asal pelanggan lain tidak mengusik atau tidak mengganggu mereka, tak masalah.
Arzha yang asalnya hanya lihat-lihat saja, kini berjalan ke arah box khusus bayi kembar yang bertemakan binatang. Tak jauh di belakangnya, Atha mengikuti suaminya yang kini sedang mengmbil boneka jerapah yang ada di dalam box.
"Tha, menurut kamu, gimana kalau kamar mereka kita dekor, the jungle?"
Dalam kepalanya, Arzha membayangkan bagaimana kamar si kembar. Dia tanpa sadar tersenyum sendiri membayangkan kamar anaknya kelak.
Atha memiringkan kepala sejenak. "Jadi, kayak nuansa hutan, gitu?" tanya Atha ragu, yang disambut anggukan antusias dari Arzha.
"Nanti aku bakal dekor kamar mereka, kita pake wallpapernya hijau. Terus abis itu ada tendanya, ada boneka binatang juga, Tha..."
"Hm..." Athaya mengetukkan jari di dagu, arti berpikir. Kalau dibayangan Atha, memang idenya Arzha, bagus juga. Cukup keren.
Tapi entah kenapa, Atha kurang sreg.
Karena tidak mau mengecewakan Arzha, Atha menarik sebelah tangannya Arzha, membawa suaminya ke bagian yang lain. "Liat-liat yang lain aja dulu, yuk. Siapa tau, bakal ada yang lebih pas..."
"Jadi, yang tadi gak pas?" tanya Arzha. "O-oke..." Sebenarnya, Atha benar juga. Ada baiknya mereka melihat-lihat yang lain dulu.
Atha membawa Arzha, ke box bayi kembar bertemakan lego. Sama seperti box bayi binatang, mata Arzha berbinar-binar juga melihatnya.
"Keren, Tha..." gumamnya takjub. "Laki banget, kita ambil yang ini? Aku jadi bingung. Yang binatang tadi juga bagus, lego juga bagus..."
Saat melihat ke sekelilingnya, Arzha membuang nafas kasar karena, selain binatang dan lego, ada juga box bayi bertemakan pesawat, transformer, cars, dsb. Dan semuanya, di mata Arzha sangat keren dan cocok untuk anak mereka. Arzha, bahkan sudah bisa membayangkan bagaimana kamar anaknya menggunakan tema itu semua. Semuanya langsung terbayang ada di dalam benaknya.
"Tha, apa kita beli semua aja?" gumam Arzha bingung.
Omongan Arzha, disambut tepukan pelan di tangannya oleh Atha. "Jangan dibeli semuanya juga, Zha. Buat apa dibeli semua?"
"Habis, keren semua, aku bingung...."
"Sama," sahut Atha setuju. "Semua memang keren, tapi, aku belum nemu, mana yang sekiranya sreg sama aku—atau anak kita."
Arzha menengok ke isterinya dan dia melihat, isterinya juga kebingungan, sama sepertinya. Mendesah pelan, Arzha tiba-tiba bertumpu lutut—membuat Atha terkejut. Suaminya itu memeluk perutnya, entah melakukan apa. Arzha seperti tak peduli jika kini mereka jadi pusat perhatian. Banyak pelanggan yang terkejut saat melihat aksi Arzha yang spontan ini.
"Nak, papa sama mama bingung mau dekorin kamar kalian kayak gimana, nih. Bisa bantu papa sama mama? Semuanya bagus, nak. Kakak sama adek, coba, sekarang diskusi dulu maunya kayak gimana..." ujar Arzha di depan perut Atha.
Mendengar omongan Arzha, spontan Atha menutup mulutnya, tertawa. Ia tak habis pikir dengan kelakuan suaminya, sungguh.
Setelah membisikkan kata-kata entah apa di depan perutnya Arzha berdiri.
Laki-laki itu merangkul wanitanya, membawanya ke tempat box bayi yang bertemakan galaksi dan bintang-bintang.
"Aku sama mereka tadi udah diskusi pake batin. Mereka sukanya bintang-bintang, sama galaksi, Tha. Jadi, aku rasa, keputusan kita udah fix yang ini."
Atha terkekeh. Kini dia menghampiri box bayi itu lebih dekat. Memang, ia tak tahu Arzha sungguhan atau tidak tapi, entah kenapa ia merasa sreg saat Arzha, membawanya ke box bayi yang ini. Suka, sekaligus sangat menginginkan, macam perasaan itulah yang dia rasakan sekarang.
Mungkin memang benar, Arzha sudah berdiskusi dengan anaknya.
"Jadi, kita pilih yang ini, ya? Sepulang dari sini, aku juga siap dekor kamar si kembar... meskipun sampai malam."
Dan Athaya tersenyum bahagia saat melihat binar semangat dan bahagia di wajah suaminya. Arzha seperti, tak kenal lelah.
***
Kebetulan, di sebelah kamarnya Arzha dan Atha, terdapat kamar kosong.
Mereka sebenarnya sudah mengonsepkan ini dari jauh-jauh hari. Nantinya, mungkin akan ada pintu dari dalam kamar yang menghubungkan antara kamarnya si kembar dan kamarnya mereka agar ketika malam hari, mereka bisa tahu kalau si kembar menangis atau tidaknya. Atau mungkin si kembar nantinya bisa tidur pada ranjang mereka, ya, mungkin itu bisa dipikirkan lagi.
Bagi Arzha, yang penting si kembar mempunyai kamar.
Pasalnya, sebagai orangtua, Arzha dan Atha juga butuh privasi.
Ralat, Atha sih tidak begitu butuh, tapi Arzha?
Jam sudah menunjukkan jam sepuluh malam. Athaya sendiri merasa jenuh karena sudah ada tiga jam ia membaca buku mengenai panduan untuk melahirkan. Sudah tiga jam membaca buku, tapi Arzha nyatanya belum kembali juga. Apa kini Arzha benar-benar membuktikan ucapannya?
Padahal Atha tidak meminta Arzha untuk selesai mendekorasi kamarnya si kembar tepat di hari ini, malam ini, atau besok harus selesai. Atha juga tidak harus atau bahkan mengharuskan Arzha sendirianlah yang mendekor kamarnya.
Tapi nyatanya, laki-laki itu benar-benar membuktikannya.
Karena tidak mau Arzha terlalu lelah mengingat, dia besok harus berkerja, Atha memutuskan pergi ke kamar sebelah, untuk menghampirinya. Kalau Arzha-nya tidak kekeh, dia juga ingin membawa Arzha untuk tidur. Dia tidak mau Arzha terlalu memforsir diri untuk menyelesaikan dekor ini cepar-cepat.
Saat ke kamar sebelah yang pintunya memang terbuka, Atha melihat kalau kamar besar ini, dindingnya sudah berganti warna jadi wallpaper galaksi yang ada bintang-bintang dan benda langit lainnya. Saat melihat langit-langit kamarnya, dia juga berdecak kagum karena terdapat bintang-bintang di sana. Atha tahu, jika saja lampu ruangan ini dimatikan, bintang di langit-langit kamar si kembar, tentu saja akan bersinar—seperti bintang sungguhan nantinya.
Atha tidak menyangka jika Arzha benar-benar mengerjakan ini semuanya, hanya seorang diri. Hanya seorang diri.
Kini suaminya itu tengah memasang kelambu di atas box bayi si kembar—yang sepertinya baru selesai ia rakit. Tersenyum, Atha memutuskan menghampiri Arzha, lalu memeluk suaminya itu dari belakang. Tentu tidak begitu erat karena ia tak mau si kembar akan merasa tertekan di dalam sana.