(23) khawatir

730 89 4
                                    

"Kenapa sekarang perutku jadi mual?" Gumam Jeongyeon dalam hati, sambil memegangi perutnya.

"Apa aku... ah aku harus ke toko obat sekarang"
.
.

"Selamat siang nyonya, ada yang bisa saya bantu?"

"Saya mau beli testpack, ada?" Ujar Jeongyeon gemetar.

"Oh ada nyonya, sebentar saya ambilkan"

Beberapa menit kemudian, Jeongyeon telah sampai rumah, ia harus mengecek, apakah ia benar benar hamil atau tidak.

"Positif?...." Jeongyeon tersenyum, ia berpikir, Namjoon pasti senang mendengarnya.

"Aku harus ke kantor Namjoon sekarang" ujar Jeongyeon langsung menuju kamar, memilih baju yang cocok untuknya.

"Mungkin aku harus memakai ini" ia memilih sebuah mantel tebal dan rok pendek selutut. Saat ini cuaca memang terasa sedikit dingin dari biasanya, namun mantel tebal tak akan membantunya menjadi hangat, karena yang ia juga memakai rok pendek. Sungguh, wanita aneh.

Jeongyeon menaiki taksi yang ia pesan secara online,

"Mau kemana Nyonya?" Tanya sopir itu sangat ramah.

"Ke alamat ini ya pak" ujar Jeongyeon sambil menunjukkan alamat kantor Namjoon di ponsel miliknya.

"Baiklah Nyonya"

Jeongyeon hanya tersenyum sepanjang jalan, ia membayangkan betapa bahagianya ia dan Namjoon yang akan segera memiliki anak. Membayangkan saja rasanya sangat menyenangkan waktu itu.

"Nyonya.. sudah sampai" terlalu lama melamun, tak terasa jika wanita itu telah sampai tepat di depan kantor Namjoon.

"Ah terima kasih pak" jawab Jeongyeon sambil memberikan beberapa lembar uang.

.
.

"Selamat siang nyonya.. ada yang bisa saya bantu?" Sambut salah satu seorang karyawati yang tersenyum ramah pada Jeongyeon.

"Namjoon ada?" Tanya Jeongyeon membalas keramahan lawan bicaranya itu.

"Ah, Tuan sedang pergi, kira kira 15 menit yang lalu"

"Kemana?"

"Saya tidak begitu tau, nyonya. Tapi kalau tidak salah tadi Tuan pergi ke rumah sakit"

"Ada apa dia pergi ke rumah sakit? Dia sedang sakit?"

"Maaf nyonya, saya tidak begitu tau"

"Ah ya sudah, terima kasih banyak"

.
Di sisi lain, 2 orang lelaki sedang berhadapan dan saling berbincang.

Salah seorang memakai kemeja, dan lawan bicaranya memakai almamater putih khas Dokter.

"Mungkin, saya tidak bisa membantu anda lagi Tuan"

"Maksud Dokter apa?"

"Penyakit Tuan sudah menjalar ke beberapa bagian tubuh yang penting, jika menjalani operasi pun, keberhasilannya hanya 0,5%"

"Saya sangat minta tolong pada anda, berapapun biayanya akan saya bayar demi penyembuhan penyakit saya"

"Maaf Tuan, ini bukan masalah biaya"

"Saya akan memberikan obat ini untuk anda, mungkin ini dapat membantu mengurangi dan menghambat penyakit anda" lanjut Dokter itu.

"Baiklah, terima kasih, saya izin pamit dulu Dok, selamat siang"

"Sama sama Tuan, selamat siang"
.

Wanita itu tetap menggenggam sebuah benda yang sangat ingin ia tunjukkan pada suaminya, sialnya suaminya tidak ada di kantor saat ia ingin menemuinya.

Tangan kanannya sibuk memencet i tombol untuk mengganti channel televisi yang pas untuknya.

Merasa tidak ada acara yang menyenangkan di televisi, wanita itu tertidur di sofa ruang keluarga sambil tangan kirinya tetap memegangi 'benda itu'.

"Jeongi... kau tertidur?" Ucap seorang lelaki yang baru datang dan mengelus rambut Jeongyeon lembut.

"Ah.. kau pulang" jawab Jeongyeon terbangun sambil menatap jam dinding, jam 5 sore rupanya. Ia telah tertidur selama 2 jam.

"Ini aku bawakan Jajangmyeon kesukaanmu"

"Tapi aku tadi sudah beli jajangmyeon" balas Jeongyeon dengan mata mengantuk.

"Sungguh? Beli dimana?" Tanya Namjoon melototkan matanya. Ia khawatir, karena tadi pagi Jeongyeon bilang perutnya sedang sakit.

"Di tempat biasa, setelah pulang dari kantormu, aku mampir membeli Jajangmyeon"


Forever Rain ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang