Selesai hari pertama disekolah baru. Gue dan Artur segera kembali ke rumah.
"Tadi dikelas ada yang ganggu lo gak?" Tanya Arthur
"Gak, kalaupun ada paling-paling gue diemin" jawab gue
"Wihh enak banget lo ya"
"Emangnya lo digangguin?" Tanya gue
"Biasa cewe-cewe. Gue tau gue ganteng jadi yah gitu"
"Halah, kalau boleh jujur ya, muka Lo itu kaya monyet tau nggak. Nggak ada ganteng-gantengnya yang ada jelek" kata gue
"Halah, bilang aja lo cemburukan." Kata Arthur
Gue langsung tertawa mendengar ucapan Arthur
"Lo gila? Mana mungkin gue cemburu sama lo. Yang ada gue pengen muntah liat lo" kata gue
"Udahlah Jen, jujur aja sama gue" kata Arthur
"Enggak! Lo sekali lagi ejek gue kaya gitu siap-siap aja gue balikin lo ke Jerman" kata gue
"Nanti kalau lo balikin gue ke Jerman gue takut lo kangen sama gue"
Kali ini gue benar-benar males tanggapi ucapan Arthur. Kalau gue jawab pasti dia nggak mau kalah.
Akhirnya kami sampai juga dirumah. Satpam yang melihat mobil kami langsung berlari untuk membukakan gerbang masuk
"Siang Den, non"
"Iya pak" jawab kami bersamaan.
Kalau dirumah gue dan Artur sangat ramah sama pembantu disini. Tetapi kalau sudah diluar gue dan Arthur nggak bakal senyum ataupun bersikap ramah sama orang-orang
Kami segera turun dan memasuki rumah. Sampainya didalam datanglah wanita paruh baya sekitar umur 55 tahun.
"Aden sama nona udah pulang toh, Aden sama nona mau makan apa? Biar bibi siapin" kata bi Tia
"Seperti biasa aja bi" jawab gue
"Kalau aden?" Tanya bi Tia
"Samain aja bi"
"Baik kalau begitu bibi pamit ke Belakang dulu ya" kata bi Tia
Gue dan Arthur hanya mengangguk.
"Gue ke atas dulu" kata gue ke Arthur
Gue segera naik keatas. Sampainya di pintu yang memiliki warna yang paling beda dari pintu-pintu yang lain. Gue membuka pintu itu dan tak lupa menguncinya kembali
Gue menjatuhkan diri di atas kasur king size gue
"Hari pertama selesai gue udah bisa langsung ketemu dia. Gue janji bakal balas apa yang kalian buat ke bunda" kata gue
'Bun, bunda apa kabar disana? Bunda gak kangen sama aku?'
Gue kembali teringat bunda. Dimana hanya bunda yang menjadi satu-satunya sandaran gue. Hanya bunda yang ngertiin perasaan gue
Tiba-tiba pintu gue diketuk. Gue akhirnya beranjak membuka pintu tetapi sebelum itu gue mengusap sisa air mata gue
"Lo nangis?" Tanya Arthur setelah gue membuka pintu
"Enggak kok. Lo ngapain ke sini?" Tanya gue
"Gue tau Lo nangis. Udah, jangan diingat lagi. Bunda lo udah tenang disana" kata Arthur
"Tapi orang yang membunuh bunda masih hidup dan itu gak bisa buat gue tenang. Gue akan balas dendam besok ke mereka" kata gue
"Gue tau Jen, tapi lo harus ingat, lo jangan gegabah ambil tindakan. Lo harus pelan-pelan. Supaya mereka gak curiga. Mulai besok kita harus dekat dengan Alex dan teman-temannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mafia Girls -TERBIT-
Teen FictionAlexsandra Jennifer Ria Addison, biasa dipanggil Alexa cewe cantik, putih, mancung dan juga blasteran Jerman. Dulu hidupnya begitu bahagia sampai akhirnya dia menyimpan dendam ke keluarga kandungnya sendiri. Karena kesalahan yang gak bisa di maafka...