Dalam jarak dua minggu, surat cerai akhirnya sah.
Naruto pindahan ke apartemen kecilnya bersama si bayi Orion. Ia membawa hanya beberapa hal yang memang miliknya. Lebih tepat yang ia perlukan. Karena kalau boleh jujur, baju milik Sakura lebih dari dua lemari sendiri. Bila dia nekat membawanya ke apartemen baru, mungkin ia hanya bisa tidur di kamar mandi sebagai gantinya. Akhirnya ia hanya mengatakan pada Sasuke untuk menyumbangkan pakaiannya pada orang yang membutuhkan.
Naruto mengangkat barang-barang yang diperlukan di kamar terlebih dahulu, juga membersihkan beberapa debu yang mungkin membuat Orion tidak nyaman. Bayi kecil itu tidak rewel saat ditidurkan di sofa depan televisi. Jadi Naruto dapat leluasa mengerjakan beberapa tugas bersih-bersih dan angkat-angkat sampai Orion lapar dan menangis minta susu.
Jam delapan malam, kamar sudah hampir tertata rapi. Naruto memesan take out yang sedikit mahal oleh alasan kesehatan. Ia menyusi, tidak bisa memakan junk food sembarangan. Nasi, ikan tuna segar yang dikukus, sayuran, juga salad buah menjadi menunya hari ini. Ia menikmatinya dengan rasa terima kasih.
Kamar utama cukup luas, untuk ditempati satu futon kecil untuk si bayi, dan dirinya tepat di sebelah jendela. Setelah kenyang, Orion tertidur nyenyak untuk sekali lagi. Naruto memutuskan untuk istirahat sejenak sebelum merapikan bagian dapur esok. Tenaganya sudah habis. Ia bahkan sudah tidak dapat membuka matanya karena kantuk.
Tengah malam Orion bangun meminta susu. Dengan setengah tertidur Naruto menyusuinya sambil menimangnya dalam gendongan.
"Kau sangat on time seperti ayahmu. Apa kau menghitung empat jam sekali untuk meminta minum dariku? Kau imut sekali." Naruto mencubit pipi bayinya, gemas.
Keesokan harinya. Naruto bangun lebih pagi untuk melajutkan kegiatan beres-beres dapur. Sebagian barang-barang dapur telah berada di tempat yang seharusnya. Hingga pagi ini Naruto dapat membeli beberapa sayur di supermarket untuk ia masak sendiri.
Pada jam tujuh pagi, Orion dan Naruto selesai mandi pagi. Karena melakukan aktivitas berat sejak pagi, Naruto memutuskan untuk mandi lagi karena merasa tubuhnya bau keringat, membawa serta Orion yang baru saja bangun untuk ikut mandi air hangat bersamanya.
"Mau jalan-jalan di taman?" tanya Naruto setelah memasangkan sepatu motif bunga matahari ke kaki kecil Orion.
Naruto mendorong kereta bayi menuju arah taman sambil berceloteh riang berasama bayinya yang tersenyum cerah menatap pemandangan pagi di taman yang masih sepi. Hawa musim panas pagi hari membuat suasana tidak terlalu dingin, bahakan membawa kesan sejuk yang menyenangakan.
"Sinar matahari sangat baik untukmu. Kau akan tumbuh setinggi dan setampan ayahmu suatu hari."
Naruto terdiam sejenak, mengawasi tangan putihnya yang mendorong kereta bayi, lalu teringat sesuatu.
"Hm, bukan ayahmu saja, sih, yang tampan. Ibumu pun sangat cantik dan seksi. Kau harus bersyukur karena lahir dari orang-orang beruntung di dunia. Hehehe ...."
Naruto berhenti mendorong kereta bayi. Ini adalah maksud utama dirinya berjalan beberapa mil dari apartemen tempatnya tinggal. Ia membawa gendongan untuk Orion, agar mereka dapat naik lantai empat menggunakan tangga bersama-sama.
Orion cukup anteng saat Naruto menggendongnya ala kangguru. Membawanya perlahan menuju kamar nomor lima belas lantai empat. Sampai di depan pintu yang dituju, Naruto terdiam. Apartemen yang ia tempati bersama adiknya itu sepi. Tidak ada suara yang menyatakan bahwa ada orang hidup di dalamnya.
Naruto bingung harus bagaimana. Walau ia mengetuk pintu pun, Sang Adik tidak akan mengenalinya.
"Cari siapa?" tanya Nyonya Hiromi—sang pemilik kos—yang muncul tiba-tiba dari balik tangga.
"Apa orang yang tinggal di sini, ada di dalam?" tanya Naruto. Sedikit canggung saat berjumpa dengan orang yang ia kenal, tapi bersikap seolah mereka baru bertemu pertama kali.
"Oh, sejak saudaranya meninggal, dia mengurung diri selama dua minggu. Tapi kemarin, ia kembali menjadi dirinya dan sekarang sudah berangkat kerja."
Deg ....
"Ah, meninggal?" Naruto semakin takut oleh karena informasi yang baru saja ia terima.
"Iya, kasihan sekali. Dia sekarang sendirian. Saudaranya meninggal dua minggu lalu karena kecelakaan. Dia tertabrak truk dan meninggal seketika di tempat. Padahal ia selalu bersama saudaranya sejak pindah ke sini beberapa tahun silam. Eh, jadi lupa. Ada tujuan apa ya, Anda datang kemari? Mungkin bisa saya sampaikan saat dia kembali," tanya Hiromi, mencoba menyelidiki Naruto untuk mencegah kalau-kalau dia adalah orang jahat yang ingin menjarah apartemen.
"Bisa kau katakan padanya, bahawa kakaknya .... Aku berbela sungkawa atas kematian kakaknya," Naruto mencoba mengendalikan keinginannya untuk mengatakan kejujuran.
"Baiklah, namamu?"
Naruto memantapkan hati. "Nama saya Sakura. Haruno Sakura."
"Baiklah, akan aku sampaikan. Tapi aku bersyukur dia sudah memulai hidupnya lagi, bahkan sudah mulai bekerja mulai hari ini. Aku pun turut senang karena dia tidak terus larut dalam kesediahan."
Kali ini, dengan informasi bahwa tubuh aslinya telah meninggal. Selesailah harapan untuk mengembalikan tubuhnya seperti sedia kala. Saat ia mengatakan namanya yang baru, saat itu pula Naruto merelakan dirinya untuk menjadi Sakura. Ia akan mencoba menerima identitasnya perlahan-lahan, sampai nama Naruto yang ia pakai dulu, mungkin akan hilang seiring waktu.
***
Hingga tengah malam, Naruto tidak dapat tidur. Ruangan telah gelap, suhu ruangan telah diatur dengan baik, bahkan Naruto telah meminum segelas susu untuk membujuk matanya agar segera terpejam. Namun hingga jam satu malam, si kantuk tetap enggan untuk datang. Akhirnya, Naruto hanya pasrah, mengelus kepala Orion yang tidur di sampingnya, sambil berbicara pada sang bayi yang terlalu kecil untuk mengerti.
"Orion, kau tahu. Aku sama sekali tidak sedih dengan kabar kematianku. Aku merasa aneh karenanya. Hehehe .... Atau mungin karena, tidak ada yang menangis karena kepergianku. Tidak ada yang merasa dirugikan saat aku pergi. Jadi aku ada atau tidak ada, sama sekali tidak ada bedanya." Naruto mengatakannya dengan suara bergetar. Dia tahu, dirinya sedang tertekan, tapi tidak punya seseorang untuk dijadikan tempat sandaran. Namun setelah ia memandang Orion lama, akhirnya ia menemukan jawaban.
"Orion, apa kau tau, untuk apa aku di sini? Aku hidup tidak dengan tubuhku. Mamamu meninggal, tapi tubuhnya di sini bersamaku. Aku tidak tahu alsannya, tapi aku merasa, dia meninggalkanmu untukku, agar aku dapat menjagamu. Kau adalah anak yang lahir dari tubuh yang aku tempati kini. Maka aku adalah ibu kandungmu. Dan kau adalah anakku. Aku tidak sendirian. Kita bersama, kita akan saling menjaga. Ok sayang? I love you."
Kemudian setelah ciuman terakhir, akhirnya Naruto menyambut rasa kantuknya. Ia tidak sendiri. Kesimpulan yang membuatnya bahagia lagi. Ia tidak perlu cemas. Adiknya sudah tidak lagi menangisi kepergiannya. Sekarang waktu bagi dirinya bangkit, untuk dirinya, untuk anaknya, dan untuk Sakura yang telah memberikan Naruto kesempatan untuk kehidupan yang ke dua kalinya.
Bersambung .....
Aku usahakan sabtu up lagi. Kalau kalian vote banyak dan koment yang banyak tentunya ....
KAMU SEDANG MEMBACA
Yellow to Pink (SfN) TAMAT
Romance#Transmigrasi #SasufemNaru #SasuSaku Naruto tersadar di rumah sakit, mendapati dirinya berubah menjadi istri menjengkelkan dari boss-nya, Sasuke. Ia pun juga kaget mendapati diri barunya ternyata baru saja melahirkan. Juga Sasuke yang langsung me...