Senin (21.44), 11 Maret 2019
---------------------
BRAAKK!
PRAAANGG!
Theo semakin menundukkan kepalanya melihat kemarahan Kevlar. Dia ingin melangkah mundur, namun menahan diri. Tahu hal itu akan semakin membuat sang kaisar murka.
"Bodoh!" umpat Kevlar entah untuk yang keberapa kali kepada Theo. "Bagaimana aku masih bisa mempertahankanmu di kerajaanku padahal untuk sekedar menyelesaikan misi sepele saja kau tidak sanggup? Bahkan kau memohon padaku untuk diangkat sebagai panglima tertinggi menggantikan Tristan si pengkhianat."
Seketika Theo bersujud. "Ampun, Yang Mulia Kaisar. Hamba mengaku lalai. Hamba juga tidak mengerti mengapa mendadak Tristan menyerang hamba padahal hamba jelas-jelas menolongnya."
"Itu artinya dia memang tidak memercayaimu, dasar bodoh!" Kevlar berbalik dengan kemarahan yang kian mendidih lalu duduk di atas ranjangnya. "Seharusnya aku menghukummu. Bukan hanya gagal menjalankan misi, kau juga kabur setelah misimu gagal."
"Hamba tidak kabur, Yang Mulia. Hamba mencari tahu di mana Tristan tinggal dan orang-orang yang bersamanya. Rupanya dia tinggal di rumah sederhana bersama Emily tapi kerap kali pergi bersama lelaki bernama Kingsley dan melakukan pertemuan-pertemuan rahasia di rumah seorang harpy. Sepertinya mereka tengah berkonspirasi untuk menjatuhkan kepemimpinan Anda dan kaum guardian di tanah Immorland, Yang Mulia."
Kevlar berdecak malas. Yah, yang diketahui semua orang tentang menghilangnya Tristan dan Emily—kecuali pasukan elit guardian—adalah mereka berdua melanggar aturan bahwa penduduk Immorland tidak boleh menikah dengan manusia.
Keadaan itu dimanfaatkan Theo untuk memohon pada Kevlar agar posisi panglima tertinggi guardian segera diganti oleh dirinya. Padahal panglima tertinggi guardian hanya akan dipilih selama seratus tahun sekali. Meski tahu hal itu, Theo tetap bersikeras dan bersedia melakukan semua yang Kevlar perintahkan untuk mewujudkan mimpinya.
Melihat kesungguhan Theo dan betapa dekatnya Tristan dengan ketiga panglima guardian dibawahnya, Kevlar pikir dirinya bisa menyusupkan mata-mata ke kelompok Kingsley. Tapi rencananya gagal. Dia terlalu meremehkan kelompok itu.
"Kau pikir informasi itu penting?" tanya Kevlar kemudian. "Aku sudah tahu! Itu sebabnya aku memberimu perintah untuk berpura-pura berpihak pada Tristan agar kau bisa menyusup pada kelompok tikus got itu!" seru Kevlar marah.
Tubuh Theo tampak menegang lalu dia semakin menundukkan kepala, membuat keningnya menyentuh lantai yang dingin. "Maafkan atas kebodohan hamba, Yang Mulia. Sebagai orang terdekat Tristan, hamba sungguh tidak menyangka Tristan akan mengkhianati Immorland."
"Cih, orang terdekat! Nyatanya kau tidak sedekat itu."
Theo menggigit bibir, sadar betul masalah dengan Tristan lebih dari sekedar melanggar aturan. Dan ternyata dirinya tidak tahu apapun.
"Yang Mulia, hamba ingin menebus kegagalan hamba. Apa yang bisa hamba lakukan?"
Penggal kepalamu sendiri!
Itu yang ingin Kevlar katakan. Tapi dia menahan diri. Mungkin dia bisa memanfaatkan Theo di kemudian hari.
"Apa tidak ada aktivitas mencurigakan dari kelompok itu selain pertemuan-pertemuan rahasia?"
"Tidak ada, Yang Mulia."
"Tetap awasi mereka. Dan pastikan mereka tidak menyusup ke dalam Immorland tanpa kuketahui."
"Baik, Yang Mulia."
Setelahnya Theo bangkit dari posisi bersujudnya lalu keluar ruangan Kevlar.
Begitu Theo pergi, Kevlar tak bisa lagi menyembunyikan kegusarannya. Tangannya mengepal kuat dan seluruh tubuhnya menegang.
Takut?
Tak Kevlar pungkiri, dirinya merasa takut. Amat sangat takut.
Seumur hidup, Kevlar belum pernah berhadapan langsung dengan sang kaisar pendiri Ackerley. Lalu saat berhasil mendapat bantuan dari seseorang yang tingkatannya jauh di atas Kingsley, Kevlar merasa lebih percaya diri.
Namun dirinya tetap tak pernah berhadapan langsung. Dia menggunakan sang ratu dryad untuk membuat Kingsley tertidur, lalu setelahnya menyebar fitnah dan hasutan agar seluruh kerajaan di tanah Immorland saling menyerang.
Seharusnya semua lebih mudah sekarang. Seharusnya Kingsley sudah tewas begitu tubuhnya menjadi utuh kembali. Tapi kenapa semua malah di luar rencana begini. Bahkan dengan santainya Kingsley datang ke Ackerley, mempermalukannya, mengancam, dan membuat keributan.
Bajingan pengecut sepertimu tidak akan bisa mengambil alih kekuasaan Kerajaan Ackerley tanpa bantuan orang dengan kekuatan lebih tinggi. Aku menunggu kau mengemis bantuan padanya hingga dia turun tangan menghadapiku. Tapi jika sampai aku menguasai seluruh kerajaan di tanah Immorland dan dia tidak muncul juga, maka tidak ada pilihan lain selain kau harus berduel denganku.
Kepalan tangan Kevlar semakin kuat. Hatinya panas mengingat hinaan terang-terangan itu. Dan sekaligus takut. Takut Kingsley benar-benar mewujudkan ucapannya untuk menguasai seluruh kerajaan di tanah Immorland lalu kembali datang ke hadapan Kevlar menantang duel.
Jika itu terjadi, tidak perlu seorang penyihir untuk memprediksi hasilnya. Jelas Kevlar akan tewas, bahkan mungkin hanya dalam sekali pukulan.
Tidak! Itu tidak bisa dibiarkan. Tidak peduli Kingsley menyebutnya pengecut. Kevlar tidak akan diam saja menunggu Kingsley datang. Dia harus meminta bantuan.
***
Raja Hessley mengajak Kingsley ke ruangan pribadinya. Perpustakaan yang menyatu dengan ruang kerja. Lalu dia mempersilakan Kingsley duduk di sofa melingkar dalam ruangan itu.
"Sebenarnya apa yang kau inginkan?" tanya Raja Hessley tanpa basa-basi begitu mereka duduk.
"Sekutu," ujar Kingsley santai.
"Sekutu untuk apa?"
"Untuk bermain Mobile Legends."
"Hah?"
Kingsley tergelak melihat raut bingung Hessley. "Makanya sekali-kali main di dunia manusia dan ikuti perkembangan zaman."
"Kau!" Raja Hessley menunjuk Kingsley karena merasa Kingsley meremehkan posisinya sebagai raja dengan membahas hal tidak penting. Tapi seketika dia menegang dengan mata terbelalak saat tubuhnya bergerak tak sesuai yang dirinya inginkan bersamaan dengan mata Kingsley yang bersinar biru.
Tangan sang raja vampir yang semula menunjuk, dengan kaku bergerak ke pangkuan. Seluruh tubuhnya tak bisa ia gerakkan.
Kingsley tersenyum sinis. Seketika sikap penuh senyum nakalnya hilang, digantikan raut dingin membekukan. "Kudengar kau itu penjilat, Hessley."
"Beraninya--"
"Dan yang kudengar lagi, kau sanggup menjilat bokong siapapun untuk mendapatkan kekuasaan."
Itu yang dikatakan Tristan mengenai raja vampir di depannya. Dan hal itu dibenarkan Emily. Hessley sama saja dengan Kevlar. Hanya beda kaum. Dia akan melakukan apapun untuk mendapat kekuasaan.
"Sebenarnya apa maumu?!" geram Hessley.
Kingsley melepas kemampuan mengendalikan tubuhnya yang tadi mengikat Hessley. Kemampuan itu ia miliki karena darah penyihirnya. Sayang sekali kaum penyihir sudah punah hingga Kingsley tidak memiliki guru untuk bisa mengembangkannya. Sihir yang bisa ia gunakan amat terbatas dan biasanya menguras banyak energi.
Hessley tampak terengah begitu tubuhnya bisa bergerak kembali. Jelas sekali dia menghabiskan tenaga untuk melepaskan diri dari jerat sihir Kingsley.
"Yang kuinginkan, kau berlutut di hadapanku dan menyerahkan kesetiaanmu padaku."
"Dan jika aku menolak?"
"Duel hidup dan mati."
Hessley tahu dirinya tidak akan menang melawan makhluk dengan aura aneh di hadapannya. Karena itu dia memilih cara aman.
"Aku sudah menyerahkan kesetiaan pada Yang Mulia Kaisar Kevlar."
Senyum sinis Kingsley muncul. Matanya berkilat biru saat melirik pergelangan tangan Hessley. Tidak ada tanda pengikut di sana. Yang artinya Hessley belum menyerahkan kesetiaan pada siapapun.
Rupanya banyak yang tidak diketahui penduduk Immorland zaman sekarang. Mereka pikir menyerahkan kesetiaan hanya sekedar kata-kata tanpa arti. Mereka tidak tahu bahwa hal itu mengikat dan akan meninggalkan tanda seperti tato di pergelangan tangan yang hanya bisa dilihat oleh orang-orang tertentu.
"Kau pikir Kevlar bisa melindungimu? Aku sudah menghinanya di hadapan seluruh kaum guardian dan yang dia lakukan hanya diam seperti patung."
Hessley tampak terkejut. Tapi buru-buru dia mengubah ekspresinya jadi tenang kembali. "Jika benar begitu, mengapa tidak langsung menantang Yang Mulia Kaisar Kevlar dan malah berbuat onar di Kerajaan Vampir?"
"Karena aku ingin," sahut Kingsley santai lalu berdiri. "Kuanggap kau menolak. Karena itu aku akan menantangmu berduel hidup dan mati."
Wajah Hessley tampak kaku tapi dia memaksakan seulas senyum.
"Tidak perlu jauh-jauh ke alun-alun kota. Kita bertarung di halaman istana. Aku akan menunggumu." Lalu Kingsley berbalik keluar ruangan.
Raut tenang Raja Hessley berubah seketika. Bersamaan dengan kepergian Kingsley, dia bergegas keluar ruangan menuju jalan rahasia untuk keluar kerajaan vampir.
***
"Atas nama tanah Immorland, aku menantang sang raja vampir, Raja Hessley, untuk duel hidup dan mati."
Usai mengatakan itu, Kingsley berlutut dengan salah satu lutut menapak tanah lalu tangan kanannya direntangkan di atas permukaan tanah.
Semua orang menatapnya penasaran yang menandakan memang banyak yang tidak mengetahui tentang duel hidup dan mati.
Mendadak tanah bergemuruh. Terdengar suara retakan keras seperti tanah akan terbelah. Lalu detik berikutnya terdengar teriakan keras bersamaan dengan munculnya Raja Hessley dengan salah satu kaki terbelit akar pepohonan besar. Seolah akar pohon itu menyeretnya hingga tiba di hadapan Kingsley.
"Yang Mulia!"
Seruan anak buah Hessley tak berguna. Saat mereka hendak mendekat untuk menolong raja mereka, tubuh mereka tersengat aliran energi yang sangat kuat yang mengelilingi Kingsley dan Hessley.
Kingsley yang sedari tadi masih berlutut, perlahan mendongak dengan senyum dinginnya. Lalu ia bangkit berdiri dengan sikap angkuh seorang penguasa.
"Sudah waktunya memperkenalkan hukum Immorland yang sebenarnya pada orang-orang modern, iya kan? Dan kurasa kau juga tidak tahu mengapa ini disebut duel hidup dan mati. Karena tidak akan ada yang bisa keluar atau masuk ke dalan lingkaran energi ini sebelum salah satu di antara kita mati."
----------------------
~~>> Aya Emily <<~~