Malam Anhar kamu membawaku melihat gemerlap malam yang dipenuhi cahaya lampu. Anhar diam membisu, aku mengitung mobil favoritku. Aku diam membisu Anhar mengoceh sambil menatapku sendu. Temaram cahaya bulan lebih indah dari terang lampu pusat perbelanjaan. "Daripada menghabiskan banyak uang untuk barang barang yang belum diperlukan lebih baik irit irit tertahan untuk bekal bersamamu dimasa depan". Begitu ocehan Anhar saat aku mulai beradu dengan alam mimpiku. Aku tersenyum malu, menyembunyikannya dibalik tangan kokohnya. "Kamu tidur atau pura pura tidur? Awas ya kalo aku kelitikin bangun, masa depan aku bukan kamu" "Ih kok gitu yaudah aku marah" "Marah? Kayak bisa aja, aku beliin es krim juga mata kamu berbinar senang disertai senyum indah milik pangeran anhar" "Anhaarrrr udah ah aku ngambek" "Rigelllll yaudah ngambek" Rigel, Wanitaku menangis, sedikit sakit, tapi lucu memang melihatnya terisak dipenuhi air yang keluar dari hidungnya. Aku mencintainya. Dia tertidur pulas sehabis menangis hingga puas tak lupa pukulannya yang bisa dibilang cukup ganas. Aku Anhar akan bertahan dan menjadikan Rigel wanitaku dimasa depan.