PART 3

29 2 0
                                    

Waspada! Typo berterbangan😅🙏

HAPPY READING😅

-------‐------------------------------------------
Terkadang sahabat berbuat konyol bukan karena dia bodoh. Tapi karena dia tak ingin melihatmu larut dalam kesedihan yang berkepanjangan
—Albert Davin—

"Woy, Dav! Gue nyari-nyariin lo dari Planet Mars ke Planet Yupiter, eh ketemunya malah di Planet Bumi." Ucap Ridho ngawur.

"Nggak usah ladenin kata-katanya Ridho, Dav. Gue takut nanti lo ketularan sama dia." Kata Ravian sambil bermain game di HP nya.

Davin menilik malas pada wajah kedua sahabatnya itu—minus Alex dan Vino—yang pergi entah kemana.

"Gue lagi bingung nih."
Davin mulai membuka suaranya.

"Aduh, lagi bingung yah, Bang? Sini-sini cerita sama Adek." Kata Ridho sambil menirukan suara Banci mangkal di perempatan Pasar Rambutan.

Ravian malah menggeplak kepala Ridho hingga membuat cowok itu mengaduh.

"Sungguh teganya, teganya, teganya dirimu padaku."balas Ridho dengan bersenandung.

Ravian memutar bola matanya malas. Ia menatap Davin jengah.

"Sebenarnya lo kenapa sih, Dav? Dari kemaren-kemaren muka lo lecek mulu kaya baju belum disetrika."

"Masih bagusan juga muka gue. Ya kan, Rav?" Tanya Ridho percaya diri.

"Semerdeka lo aja deh, Dho. Gue paling males ngomong sama temennya Spongebob."

"Berarti kita semua
temennya Spongebob dong, kalo gue temennya dia juga."

"Bukan Spongebob. Tapi Teletubbies." Balas Ravian sambil menggeram kesal.

"Hahaha...kita nambah keluarga baru!" Teriak Ridho sambil terkekeh geli.

Ravian kemudian menepuk-nepuk dahi Ridho dengan ekspresi kasihan.

"Waktu Tuhan bagi-bagi otak ke semua makhluk, orang tua lo datengnya paling telat yah, Dho?"

"Emangnya kenapa, Rav?"
Tanya Ridho bingung.

"Kayanya otak lo ketuker deh sama punyanya Si Amang."

Balas Ravian yang sudah kesal setengah mati pada sahabatnya yang satu ini. Bukannya marah, Ridho malah cengar-cengir tak berdosa.

"Allahu Akbar! Gue nyerah jadi temen lo, Dho!" Umpat Ravian kesal kemudian berpindah duduk di sebelah kanan Davin. Ia bermaksud untuk menjauhi Ridho.

"Kau acuhkan aku, kau diamkan aku, kau tinggalkan aku..."

Ridho tampaknya sedang menyanyikan lagu milik "Geisha" dengan suara fals miliknya.

"Temen lo sarap, Dav." Gumam Ravian sambil bergidik ngeri.

"Temen lo juga kali, Rav."
Balas Davin datar.

"Lo belum hawab pertanyaan gue." Desak Ravian. Davin menghela napas berat.

"Gue masih mikirin dia." Jawab Davin berusaha mengeluarkan isi hatinya.
"Dia siapa?" Tanya Ravian penasaran.

"Dia, dia, dia....t'lah mencuri hatikummphhh---,"
Karena terlanjur kesal, Davin menutup paksa mulut Ridho dengan telapak tangan kanannya.

"Bisa diem nggak, sih?!" Semprot Davin dan Ravian bersamaan.

Dengan sekuat tenaga, Ridho berusaha untuk melepaskan bekapan tangan Davin dari mulutnya.

"Anjir lo, Dav! Tangan lo baunya asem banget! Nggak bisa napas tadi gue!" Umpat Ridho sambil terbatuk-batuk.

Kamu akan menyukai ini

          

Davin hanya terkekeh geli. Tapi, ketika ia melihat sesuatu di telapak tangan kanannya, ia berjanji pulang sekolah nanti akan mencuci tangannya dengan air bunga tujuh rupa.

"Ridho! Jigong lo nempel di tangan gue!" Teriak Davian sambil mengusap-usapkan telapak tangannya ke baju seragam Ridho.

Dan sebelum Davin mengeluarkan kata-kata mutiaranya, Ridho sudah terlebih dahulu bangkit dari duduknya dan tersenyum penuh kemenangan.

"Adek pergi dulu yah, Abang-abang sekalian, Bye-bye. Muachhh..."

Ridho melemparkan cium jarak jauh pada kedua sahabatnya yang sedang bermuka masam.

"Astaghfirullahaladzim! Gue gantung lo nanti di pohon cabe milik Mamanya Davin, Dho!"
Teriak Ravian kesal dengan tingkah laku Ridho yang sudah diluar batas kewajaran.

Untung sahabat, coba kalo bukan. Udah gue lempar kali
disumur belakang sekolah. Suruh nemenin Sadako buat main disana.
Batin Ravian dalam hati.

"Semoga Tuhan melindungi kita dari godaan makhluk jadi-jadian tadi. Aamiiin...."

Davin berdo'a sambil menyatukan kedua tangannya di depan dada.

"Dia yang lo maksud tadi....biar gue tebak, pasti cewek yang waktu itu semeja sama kita kan dikantin?"

Davin hanya mengangguk. Ia masih membersihkan tangannya dengan tissu.

"Ck, dah bersih tuh tangan. Sok clean banget." Komentar Ravian.

"Gue cuma khawatir aja kalo Si Makhluk jadi-jadian nularin virusnya ke gue."

"Terserah lo dah. Jadi, alasan lo masih mikirin tuh cewek kenapa?"

Davin menghela napasnya sebentar.
"Karena, gue rasa dia berbeda."
Jawab Davin serius.

***

Semenjak kejadian di UKS, Davin merasa penasaran dengan seorang gadis yang diketahuinya bernama Laurencia Karina Ferdinand itu. Ada sesuatu dalam diri Karina yang membuat Davin tertarik.

"Duduk bengong di siang hari, nasib jomblo emang begini..." senandung Ridho menyanyikan lagu dangdut "Belah Duren" dengan sedikit mengubah liriknya.

"Bang Davin kenapa, sih? Bengong mulu deh kerjaannya."

Ucap Ridho sambil menarik sebuah kursi dan mendekatkannya kesebelah Davin.

"Lo semua bisa bantuin gue nggak?"

"Apapun itu Bang. Selama kita semua mampu, kita bakal bantuin lo, kok. Ya kan, Guys?" Kata Ridho antusias.

"Bener kata Ridho, Dav. Lo tinggal bilang masalahnya apa, kita selesain sama-sama. Udah deh kelar." Sahut Vino menimpali.

Alex hanya terdiam. Ia bersandar didepan papan tulis sambil mendengarkan pembicaraan teman-temannya.

"Jadi gini, sebenarnya----"

Davin memutuskan kalimatnya. Ia merasa berat jika harus mengatakan hal ini pada keempat sahabatnya.

"Sebenarnya-----"

Davin beralih menatap wajah serius sahabat-sahabatnya yang tampak penasaran dengan perkataannya yang berkali-kali terputus.

LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang