"REI IS COMEBACK!"
Seru Sam dan Zio bersamaan ketika cowok berbadan tinggi tegap itu berjalan menghampiri meja mereka berdua. Tidak ada yang berubah dari ekspresinya, tetap datar dan akan selalu datar.
"Lo ijin kemana sih 2 hari ini?" tanya Zio menatap Rei lekat lekat, sudah seperti polisi yang siap mengintrogasi.
Rei hanya menatapnya tidak suka, lalu menyandarkan punggungnya di bangku kafe Olivier dengan kedua tangan yang disilangkan di depan dada. Kedua matanya ia pejamkan untuk menghilangkan rasa pusing di kepalanya yang menyerang tiba tiba.
Awalnya Rei tidak mau ikut berkumpul dengan mereka, tetapi melihat grup chat mereka semalam, bahwa Sam akan membawa Rara ke kafe Olivier ini, jiwa semangatnya kembali berkobar dan ia setuju untuk ikut kumpul bersama dengan mereka.
Apalagi, Rei baru pulang dari rumah sakit tadi pagi. Sebenarnya dokter masih tidak memperbolehkan cowok itu untuk pergi kemana mana, tetapi Rei berhasil membujuk Mamanya dan akhirnya ia berada di kafe ini walaupun masih belum sembuh total.
"Lo habis liburan ya, Rei?" tebak Sam sambil berdecih pelan, "Nggak asyik lo! Nggak ngajak kita berdua."
Rei hanya menghembuskan nafasnya pelan tanpa merespon mereka berdua. Ia mengalihkan perhatiannya kepada jam tangan yang ada di pergelangan tangannya. Jam sudah menunjukkan pukul setengah 6 menjelang malam.
"Lo nggak ada janjian sama seseorang?" tanya Rei kepada Sam untuk mengingatkannya bahwa sudah saatnya cowok itu menjemput Rara.
"Oh iya, gue hampir lupa." Sam memukul keningnya setelah melihat jam tangannya, "Gue jemput dia duluan ya," pamitnya kemudian keluar dari kafe.
Rei mengalihkan perhatiannya ke kopi panas dan beberapa makanan kecil yang baru saja datang ke meja mereka. Rei kembali melirik Zio dengan tatapan curiga karena sedari tadi cowok itu gelisah dan tidak bisa diam di tempatnya.
💥💥💥
Setelah 30 menit Rei dan Zio menunggu anggota mereka yang belum lengkap, akhirnya cowok itu datang membawa gadis yang kini terlihat sangat manis dengan dress milo di bawah lutut. Rambut yang ia biarkan terurai dengan poni membuat gadis itu terlihat sangat imut.
Rei sempat dibuat mematung ketika gadis itu menatapnya dengan senyuman yang malu malu. Mungkin ia berniat untuk menyapa Rei tetapi masih tidak berani. Jantungnya yang mulai berdebar membuat Rei gelisah karena takut gadis itu akan mendengarkan suara detak jantungnya.
"Loh, Rara?" Zio terkejut atas kehadiran cewek itu disini, "Lo juga deket sama Sam temen gue?"
"Maksud lo?" Sam mengerutkan keningnya bingung. Begitupun dengan Rara yang tidak tau apa apa. Sedangkan Rei nampak santai karena ia sudah mulai paham dengan situasi sekarang ini.
"Bukannya lo kemarin bilang kalo nggak dibolehin sama Bunda ya?"
"Aku nggak--"
"Ternyata cuma luarnya lo kelihatan baik dan polos. Aslinya lo bener bener playgirl banget ya?" Zio terkekeh, memandang Rara dengan tatapan jijik, "Playgirl ya playgirl aja kali, nggak usah gue sama Sam yang lo deketin. Lo mau ngerusak pertemanan di antara kita?"
Rara tidak bisa mengeluarkan suara sedikit pun karena tenggorakannya seperti dicekik. Ia juga masih bingung apa yang sebenarnya terjadi. Ia menatap Rei untuk meminta agar cowok itu membantunya keluar dari situasi ini. Tetapi sayang, Rei tidak meresponnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
INHALER
Teen FictionInhaler. Sebuah benda kecil yang dapat menolong nyawa seseorang. Termasuk nyawa seorang gadis manis berambut panjang dan berponi. Selalu tidak mempunyai gairah hidup adalah suatu ciri khasnya. Bagaimana tidak? Rumah sakit, kasur, obat, dan inhaler a...