ADENIN - TUJUHBELAS

1K 77 8
                                    

Satu hal yang membuat Dyra tak menyangka sekaligus heran adalah ketika tadi, Alden memintanya untuk ikut dengannya, datang ke tempat pemotretan juga menemani laki-laki itu shooting. Wah, dalam hati, Dyra bertanya-tanya meskipun, tetap saja masih tetap aneh baginya karena ini—baru kali pertama Alden, laki-laki itu secara langsung meminta padanya untuk menemani.

Reflek Dyra mencubit pipi chubby-nya, tapi sakitlah yang dia rasakan. Ya, berarti, sudah jelas jika apa yang terjadi padanya adalah suatu, kenyataan.

Setelah diantar supir Rifai, Alden memasuki Gedung Bigheat Entertaiment yang merupakan tempat yang sama saat Dyra pertama kali dikenalkan dengan dua sepupu Alden yang lain, Arzha dan Alvin. Nah, terakhir kali Dyra ke sini adalah... saat supirnya Alya menjemputnya kala itu. Terakhir beberapa tahun lalu dan kini.

Kini bahkan Dyra menemani tunangannya shooting!

Dyra meringis ketika di depannya, Alden, berjalan tergesa-gesa, kelihatan, terburu-buru sekali. Mereka memasuki gedung Bigheat dengan disapa para staff, yang kebetulan berada di sekitar mereka. Alden dan Dyra hanya tersenyum saja.

Jujur, Dyra entah kenapa merasa canggung dengan sapaan-sapaan itu.

Saat Alden memasuki sebuah pintu besi berwarna abu-abu pun, Dyra tetap saja sepeti anak bebek, mengikuti kemanapun Alden berada.

"Alden!" Sapa pria berkepala lima, yang menyambutnya, dengan senyum ramah serta tangan siap high five yang tentu disambut Alden. "Gak nyangka kamu bakal langsung ke sini, buat bicara diskusiin langsung."

Oke, Dyra tidak mengerti apa maksud pria ini. Intinya, kemanapun Alden, dia akan mengikuti laki-laki itu karena, Alden sendiri kan, yang minta ditemani?

Saat Alden duduk di sofa kosong berkapasitas dua orang, Dyra buru-buru ikut duduk juga di sebelah Alden. Jujur Dyra memang senang bisa berkesempatan melihat tunangannya shooting untuk iklan. Tapi setelah sampai di sini percaya diri Dyra, entah menguap pergi kemana. Dia tidak menyangka staff di sini, tahu dia.

"Jadi gini, Den. Untungnya, kamu bawa Dyra juga," sahut pria yang tentu, sukses membuat mata sipit Dyra melebar. Tadi, apa, kenapa namanya dibawa?

Tahu kalau Dyra bingung, pria itu tersenyum, mengulurkan sebelah tangan untuk jabat tangan kenalan. "Saya Beni, manajernya Alden," kenalnya ramah.

Gadis itu ikut mengulurkan sebelah tangan, mengenalkan diri juga. "Aku, Dyra. Salam kenal juga Pak Beni..."

Pak Beni, mengangguk sekilas lalu atensinya kembali mengarah pada dua orang yang kini duduk di sofa tepat di hadapannya. "Jadi gini, Alden. Seperti yang udah kamu tau, bimbel online Murid Pintar pengin kamu jadi ambassador mereka. Tapi kemarin, aku dapet telepon dari sana, kalau mereka butuh juga figur cewek."

Alden mengangguk sekilas, dia tahu ini akan mengarah ke mana meskipun sebenarnya alasan dia membawa Dyra, bukan karena ini.

"Jadi aku rasa, Dyra kayaknya cocok. Terlebih waktu aku ngajuin Dyra ke pihak mereka, mereka malah setuju banget," jelas Pak Beni.

Kali ini, Pak Beni melihat Dyra penuh pengharapan. "Jadi, gimana, Dyra? Kamu mau kan, jadi teman model iklan Alden kali ini?"

Namun sebelum Dyra menjawabi, terdengar suara ketukan pintu dari luar. Perhatian mereka semua sekarang melihat salah staff laki-laki, yang tadi baru saja mengetuk pintu. Ekspresinya staff itu, berubah menjadi panik.

"I-itu, di hall, banyak wartawan—banyak banget sampai..." Deru nafasnya staff itu tak teratur, mungkin habis berlari. "Jumlah wartawannya banyak dan itu, mereka, lebih dari jumlah wartawan yang kita prediksi bakal dateng buat press..."

D(N)A [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang