Di dunia yang tidak familiar karena memiliki kondisi yang sangat berbeda dengan dunia mereka, Tadakatsu, Naomasa dan Naotora melihat-lihat sekeliling dan mencari seseorang yang bisa mereka ajak untuk berbicara tentang apa yang terjadi. Beberapa jam kemudian, mereka menemukan sekumpulan prajurit yang sepertinya tengah bersiap untuk berperang. Mereka pun mendekati pasukan itu dengan bermaksud baik. Akan tetapi, pasukan itu malah menyerang mereka.
"T-tunggu sebentar, ka-kami datang kemari bukan untuk menyerang kalian..." kata Naotora yang sedikit ketakutan dan bersembunyi di belakang Naomasa. "Cih, jangan harap kami percaya dengan omongan orang tak dikenal, serang mereka!" para prajurit itu menyerang tanpa ampun, Tadakatsu dan Naomasa tak tinggal diam dan langsung menyerang balik para prajurit itu.
Beberapa menit setelah mereka melanjutkan pencarian, mereka bertiga bertemu dengan para jenderal yang tengah bersiap menghadang mereka. "Ah...sepertinya, mereka benar-benar menganggap kita sebagai lawan..." kata Naotora yang mulai cemas dengan keadaan. "Cih! Kami sedang tersesat dan tidak bermaksud tuk melawan kalian!" kata Naomasa yang tidak bisa menahan emosinya. "Hmph...kalian kira kami akan mempercayai omongan kalian, jangan harap! Serang mereka!" kata Chen Gong. "Tidak ada pilihan lain!" kata Tadakatsu yang langsung menyerang balik mereka bersama Duo-Ii. Berselang beberapa menit saja, seluruh pasukan dipukul mundul oleh mereka bertiga, "Awas saja, kalian pasti akan menerima akibatnya!" kata Lu Lingqi yang berlari menuju suatu tempat yang tak lain tak bukan sebuah benteng yang di dalamnya ada seorang pria yang sepertinya menunggu kedatangan mereka. Mereka bertiga pun menghampiri pria tersebut, "Siapa kalian?" tanya Lu Bu yang kelihatan marah. "Kami dari pasukan Tokugawa dan sebenarnya kami datang kemari dengan maksud baik!" jawab Tadakatsu. "Hmph...tidak ada nama seperti itu di negara kami, pasti kalian mata-mata salah satu dari mereka!" kata Lu Bu yang langsung menyerang mereka. Baru berselang beberapa menit mereka sudah kewalahan melawan Lu Bu, apalagi dia berubah bentuk menjadi lebih mengerikan dari yang sebelumnya, kekuatannya pun lebih dasyat. Mereka bertiga tak puya pilihan lain selain mundur dan mencari informasi di tempat lain.
Keesokan harinya, mereka melanjutkan perjalanan dan melihat pasukan yang sepertinya juga bukan dari pihak mereka. Para pasukan itu membawa sebuah sebuah bendera berlambangkan 'Wu'. Mereka bertiga pun sepakat untuk mendekati para pasukan tersebut tuk mencari informasi. Akan tetapi, nasib yang sama terjadi saat mereka melawan Lu Bu. Mereka malah dianggap salah satu dari pasukan Wei, Tadakatsu dan lainnya yang hanya bisa kebingungan hanya bisa melawan mereka dan melanjutkan perjalanan mereka. Di tengah perjalanan, sebuah cahaya muncul dari langit dan saat mereka membuka mata mereka bertiga melihat sebuah senjata aneh satunya berbentuk cangkir dan dua lainnya berbentuk tombak dan trident.
"Senjata ini tidak seperti yang kita punya..." kata Tadakatsu sambil memeriksa senjata tersebut. "Umm...lebih baik kita mencobanya dulu, mungkin saja senjata ini bisa membantu kita" kata Naomasa. "Ide yang bagus" kata Tadakatsu yang langsung mencobanya tapi tak ada reaksi sama sekali. "Apa yang terjadi?" kata Naotora yang terlihat bingung. "Ntah lah, senjata ini sepertinya memiliki fungsi yang berbeda" kata Tadakatsu yang kebingungan juga. "Mari kita coba saat melawan para pasukan yang di sana" kata Naomasa sambil menunjuk barisan pasukan yang baru muncul. Mereka bertiga pun langsung menuju ke tempat para pasukan tersebut dan benar saja, senjata itu benar-benar bereaksi. Akan tetapi, sepertinya senjata itu memiliki batas dan mereka pun mencari akal agar kekuatan senjata itu menjadi tanpa batas. Naotora yang tak sengaja berdekatan dengan sebuah jangkar raksasa langsung mendapatkan ide agar senjata itu memiliki kekuatan tanpa batas.
Selang beberapa menit setelah melawan para pasukan serta jenderal yang ada, mereka sampai di sebuah benteng yang di luarnya ada seorang pria yang sepertinya tengah bersiap menyerang mereka. "Ah...apa kau yang memimpin seluruh pasukan itu?" tanya Naotora. "Tugasku hanya tuk merancang strategi dan melindungi tuan Sun Quan!" jawab Lu Xun yang langsung menodongkan senjatanya ke arah Naotora. "Cih! Kami datang kemari dengan bermaksud baik, kalian saja yang tiba-tiba menyerang kami!" kata Naomasa yang kesal melihat tingkah laku Lu Xun kepada ibunya itu.
Selang beberapa saat, keluarlah seorang pria dari benteng tersebut. "Sudah cukup, Lu Xun!" bentak Sun Quan. "Tapi, tuan...jangan sampai mereka berpura-pura baik" kata Lu Xun sambil mendekati Sun Quan. "Sudahlah, mungkin saja mereka juga tahu tentang apa yang terjadi sekarang. Lihatah sekelilingmu, ini tak seperti negara kita" kata Sun Quan. Lu Xun hanya bisa terdiam dan membungkuk tuk minta meminta maaf. "Jadi, kalian juga belum tahu tentang apa yang terjadi dengan dunia ini?" tanya Tadakatsu. "Ya, kami juga sebenarnya sedang mencari informasi tentang dunia ini." jawab Sun Quan. "Hmm...ini benar-benar sulit" kata Naomasa yang sepertinya mulai putus asa. Naotora berusaha membangkitkan semangat anaknya itu dengan segala cara. "Kalo begitu, gimana kalau kita bersatu dan mencari informasi bersama-sama?" tanya Sun Quan. "Kurasa itu ide yang bagus" jawab Tadakatsu.
Mereka pun bersama-sama pergi kesuatu tempat tempat tersebut adalah sebuah kastil berwarna putih. Bentuknya jauh berbeda dengan yang mereka miliki, semuanya diukir dengan indah dan rapi. Walaupun ada beberapa yang rusak karena terkena dengan jangkar raksasa. Mereka pun beristirahat untuk mengumpulkan tenaga usai pertempuran dan perdebatan yang panjang. Di keesokan harinya ada laporan dari salah satu prajurit bahwa ada pasukan Dong Zhuo yang tengah menyerang para rakyat. Tanpa pikir panjang beberapa dari mereka pergi membantu para rakyat tersebut dan beberapa lainnya tetap berjaga.
