Insert song: Ulysses - Story Veil of Secret from game Choice Stories You Play.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, akhirnya Tyler dan rekan-rekannya sampai di tempat yang disebutkan oleh Dolly. Namun sayangnya tempat tersebut membuat mereka terpana. Ya, bagaimana tidak. Selain karena cukup jauh, wujud dari bangunan di hadapannya ini jauh dari kata 'layak' disebut rumah.
Rumah itu kosong, seperti tidak terawat. Terbukti dari banyaknya lumut di tembok. Warna temboknya memudar dan tampak kotor karena debu, daun, ranting, dan tanah. Halaman rumahnya juga tidak terawat karena banyaknya rumput liar yang tumbuh tinggi, bersaing dengan tingginya rumput ilalang. Kaca jendela tampak kusam, kotor, bahkan beberapa di antaranya pecah sehingga tersisa kepingannya saja atau hanya menyisakan kerangka saja. Benar-benar bangunan yang tidak layak untuk dihuni.
"Apakah benar ini rumahnya?" tanya rekan Tyler sebut saja Junsu.
"Nona Dolly tidak mungkin berkata bohong, Junsu," jawab Tyler.
"Tetapi...." ucap Junsu ragu."Ayo kita masuk!" ajak Tyler. Meski ragu, Junsu tetap menuruti perintah Tyler. Ia mengangguk dan bersama rekan-rekan lainnya, ia berjalan ke dalam rumah mengikuti Tyler.
Mereka semua berjalan menyusuri ruang tamu. Mereka masuk begitu saja karena tidak ada pintu yang terpasang pada kerangka pintu tersebut. Mereka menoleh ke sekeliling, mencari keberadaan sosok pemilik dan juga penghuni dari rumah ini.
"Sepertinya rumah ini tidak berpenghuni," komentar Tyler.
"Apa mereka telah pergi dari rumah ini?" tanya Junsu.
"Bisa jadi," timpal Tyler."Lalu, apa yang harus kita lakukan?" tanya Junsu.
"Kalian semua berpencar! Telusuri rumah ini!" perintah Tyler.
"Baik!" jawab Junsu dan rekan-rekan lainnya.Junsu dan rekan-rekan lainnya berlari ke dalam ruangan, meninggalkan Tyler yang berdiri di ruang tamu. Ada yang ke kamar-kamar, ke ruang tengah, ke kamar mandi, ke ruang makan, ke dapur, ke halaman samping, ke halaman belakang, dan tempat-tempat lainnya. Sementara itu, Tyler mengambil smartphonenya lalu membuka pesan yang ia terima dua jam lalu dan membaca kembali isinya.
'Apa ini jebakan? Atau benar-benar informasi yang salah?' gumamnya dalam hati, mencerna informasi yang tidak masuk di akal ini. Ia genggam erat smartphonenya lalu berjalan keluar rumah.
Sesampainya di luar rumah, ia amati sekitar rumah tersebut. Di Sekitarnya hanya kebun dan jauh dari rumah penduduk. Hal itu membuat Tyler memicingkan kedua matanya. Ia merasakan seperti dejavu. Ia pun kembali diam, berpikir kemudian ia pun tersentak kaget.
'Jangan-jangan....'
Dan ia kembali ke dalam rumah sembari berlari.
Sementara itu....
Perjalanan menuju kota yang dituju oleh Dolly dan Hye Jin masih cukup lama, kurang lebih tiga jam lagi. Selama perjalanan menuju kota tersebut, mereka manfaatkan waktu senggang mereka untuk berkutat dengan diri sendiri. Ya, sebenarnya itu bisa mereka lakukan di waktu lain, nanti malam misalnya. Tetapi, melihat kondisi masing-masing yang tidak mungkin untuk bercengkerama, maka inilah jadinya.
Dolly sendiri tampak sedang asik melamun, entah melamunkan apa sementara Hye Jin mendengarkan lagu yang diputar di radio dalam Mobil Tobot D. Lagu yang diputar kebetulan adalah lagu barat kesukaannya yang berjudul Little Do You Know by Alex and Seira. Tanpa Dolly sadari Hye Jin bersenandung.
Little do you know
How I'm breakin' while you fall asleep
Little do you know
I'm still haunted by the memories
Little do you know
I'm tryin' to pick myself up piece by piece
Little do you know
I need a little more timeTanpa sengaja Hye Jin menoleh ke arah Bosnya. Ditatapnya sang bos yang masih asik melamun sembari melihat ke luar jendela. Ia naikkan satu alisnya lalu ia bersuara. Bukannya menyanyi, ia bertanya kepada sang bos agar ia berhenti melamun.
"Dan kau dari tadi melamun saja. Ada apa? Apa ada masalah?" tanya Hye Jin. Dolly tersadar dari lamunannya lalu ia melihat ke arah Hye Jin yang duduk di sampingnya di jok tengah.
"Tidak apa-apa," jawab Dolly singkat lalu membuang muka, kembali melihat ke luar jendela.
"Apa kau bertengkar dengan Ryan dan yang lainnya? Maksudku kukira kau mengenal dan selalu bersama mereka."
"Tidak juga," jawab Dolly singkat."Berarti ya." simpul Hye Jin.
"Ha?" ucap Dolly terkejut. Ia yang semula hendak melamun kini ia urungkan karena memilih menatap ke arah Hye Jin."Kalau kau tidak ada masalah, pastinya kau atau aku yang mengemudikan mobil ini, bukannya menyewa supir yang merangkap sebagai karyawan," ucap Hye Jin.
Ya, Dolly dan Hye Jin bertemu di kantor karena sesuai perintah Dolly, ia harus ke kantor dan bersama-sama keluar kota dengan menaiki Mobil Tobot D. Hanya saja karena Dolly sedang tidak dalam suasana hati yang buruk, ia pun jadi enggan mengemudi lagi. Jadilah ia meminta seorang karyawan untuk menjadi supir dadakannya. Karena diberi gaji tambahan melebihi gajinya perbulan, sang karyawan pun berkenan.
"Hn," hanya itu respon Dolly karena ia sedang malas menjawab. Hye Jin yang melihatnya malah bersungut-sungut karena kesal.
"Dan lagi, tampangmu tidak akan semuram ini kalau kau galau bukan karena mereka. Begini-begini aku bisa membedakan mana orang galau karena masalah asmara dan mana yang bukan."
"....""Kalau kau perlu teman bicara, aku siap mendengarkan. Aku akan berusaha berada di pihak netral dan akan menjadi pendengar yang baik."
Mendengar penuturan Hye Jin membuat Dolly termangu. Tetapi, bukannya menjawab, ia malah kembali diam.
Sebenarnya, Dolly memang sedang perlu seorang teman. Bukan, bukan hanya teman bicara, tetapi teman yang bisa dijadikan tempat mengadu, berbagi kisah, bertukar pikiran, memberi nasehat. Dan kualifikasinya adalah seperti yang dikatakan Hye Jin, yaitu berada di pihak netral dan pendengar yang baik.
Tetapi, entah mengapa Dolly ragu untuk menceritakan semua masalahnya pada Hye Jin. Bukan, bukan karena dulu ia pernah mengejar-ngejar Nathan dan Dylan, melainkan karena Dolly benar-benar merasa belum nyaman curhat padanya. Mungkin karena mereka belum lama kenal. Selain itu, mereka berada di dalam mobil dan ada bodyguardnya. Ia tidak mau masalah pribadinya didengar orang yang tidak ia kehendaki karena masalahnya kali ini terdengar sangat memalukan- menurutnya sih.
"Nanti malam saja setelah urusan pekerjaan kita selesai. Kita nikmati malam berdua dengan pesta bantal dan belanja. Bagaimana?" tawar Dolly sembari tersenyum simpul dan ini tulus.
"Kau yang traktir?" harap Hye Jin. Kedua matanya berubah berkaca-kaca sementara tampang Dolly langsung berubah malas.
"Tidak jadi," lebih baik Dolly melamun lagi daripada bicara dengan Hye Jin. Bicara dengannya barusan saja membuat suasana hati Dolly memburuk apalagi jika ini diteruskan? Yang ada hati Dolly meledak seketika.