prolog

187 24 7
                                    



"Lu yakin mau ikut ekskul ini?"

Roseanne Althea-- selaku ketua ekskul karate menatap cowok bertatapan kosong didepannya dengan kening berkerut. Gadis berdarah campuran australia itu masih berusaha meyakinkan cowok didepannya ini agar serius dengan perkataannya.

Cowok didepannya ini seorang tunanetra. Dan terus menerus memaksa Rosi agar meresmikan dirinya menjadi anggota ekskul karate. Akan bahaya bukan jika dirinya tidak sengaja terluka?

Cowok itu mendengus kasar, "sejak kapan sih tunanetra gak boleh ikut ekskul ini?" Sindir cowok bergaris wajah dingin itu tegas, mempertahankan protesnya.

Rose yang akrab disapa Rosi dengan cepat mengelak, "m-maksud gue bukan begitu. Tapi, apa lo bener-bener yakin? Gue gak mau anggota gue ada yang terluka." Ujar si gadis berhati-hati takut cowok itu tersinggung.

Dua sejoli itu tidak sadar, banyak pasang mata melihat menuju ke arah mereka. Obrolan-obrolan kecil tercipta di sekeliling mereka. Tentang betapa mengagumkannya teman baru mereka yang bermata tidak sempurna itu. Juga tentang beruntungnya sang gadis berwajah bak princess disney itu bisa mengobrol dengan murid baru tampan.

Rosi menatap cowok itu lekat menunggu jawaban. Tanpa sadar, Rosi sudah tersihir oleh pesona si murid baru. Jantungnya bekerja lebih optimal dari biasanya. Atmosfir disekeliling Rosi pun jadi berhenti. Semuanya terlihat buram dan pudar dimata Rosi, hanya cowok itu yang terlihat berwarna dimatanya.

Kalau kata Boy anak jalanan sih, dunia serasa milik kita berdua.

Melengos pelan, cowok itu memecah keheningan, "Pokoknya gue tetep join ekskul ini. Gak ada penolakan." Cowok itu mengambil keputusan.

Bentar dah, ini ketua ekskulnya dia apa Rosi?

Rosi pun hanya mengangguk pelan, lantas menulis nama cowok itu dikertas pendaftaran, "hari Kamis setelah pulang sekolah lo udah bisa latihan bareng kita. Pake baju plus celana putih dulu. Nanti kalo udah resmi jadi anggota, bakal dapet baju seragamnya dari sekolahan." Kata Rosi setengah mati berusaha fokus dengan formulirnya. Namun kedua bola mata nakalnya itu terus-terusan mencuri pandang ke arah murid baru.

Fakta menariknya... cowok didepannya ini adalah cinta pertama Rosi.

"Udah kan?"

"Udah kok. Balik gih, bentar lagi bel." Pungkas Rosi tersenyum ramah.

Seakan tahu, pemuda tersebut membalasnya dengan tersenyum tipis. Dan hal itu membuat kupu-kupu diperut Rosi terbang bebas.

Ya, senyum tipis itu bahkan bisa membuat Rosi ambyar 7 hari 7 malam.

"Gue balik duluan ya." Cowok itu membuyarkan lamunan Rosi.

Saat si pemuda ingin mengambil langkah pergi, Rosi bergerak mendekat membuatnya reflek berhenti.

Gadis itu lalu menepuk pelan bahu cowok itu menyemangati,

"Semangat ya, Junatan Adhikari!"



❒ perfection | koo junhoeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang