[32] heheh

1.2K 312 256
                                    

Dunia lucu banget, aku mau nangis rasanya. Meskipun menggunakan kata pipis sebagai perumpamaan bahwa aku tegang banget, mau jatuhin diri, degup jantung gak bisa terkontrol. Saat Kak Hoseok nawarin aku untuk ke toilet sebentar sebelum kita pergi, aku gak bisa respon apa-apa selain diam. Bagai kesurupan setan rest area rasanya. Aku bilang aja, "Gak kok, Kak, aku gak papa."

Jelas-jelas bukan gak papa lagi. Ini sudah memasuki stadium akhir dari kepanikan seorang Aku. Sampai sekarang tidak ada balasan dari aku, Kak Hoseok juga diam saja. Juga, bukan maksud aku untuk bersikap apatis dengan perasaan dia. Aku cuma baru sadar aku terserang. Terserang. Ada negara api yang datang ke wilayah aku. Aku tengah memproses. Ini saja aku lagi mikir. Aku harus gimana? Aku gak tahu.

"Kak,"

"Hm?"

"Aku gak tahu kalau aku suka kamu apa enggak. Maksudnya ... aku suka kamu, ya ... aku suka, kamu baik, kamu friendly, kamu lucu, kamu caring, kamu ganteng, lain-lain deh. Tapi aku gak tahu kalau aku juga bisa di atas perahu yang sama dengan kamu."

"Kamu nonton drama Korea?"

"Kadang-kadang?"

"Pernah nonton The Encounter?"

"Enggak?"

"Waktu aku nonton, ada satu episode, Park Bogum nya bilang ke Song Hye Kyo kalau dia suka sama Hye Kyo, terus dengan gamblangnya dia mau berada di zona pendekatan sama Song Hye Kyo nya."

"Pdkt?"

"Iya."

"Terus?"

"Kalau aku bilang, aku mau pdkt sama kamu, boleh?" Ini dia masih nyetir. Untung saja bukan aku, soalnya detik itu juga aku bakalan menyerempet mobil lain lalu melambaikan tangan pada dunia ini. "Kasih aku waktu, terserah, mau seminggu, sebulan, dua bulan, pokoknya dalam waktu yang udah ditentuin, aku sebisa mungkin buat kamu suka aku. Tapi jangan tiga hari, ya?"

Aku senyum-senyum sendiri jadinya. "Kak."

"Iya?"

"Maaf, ya?"

"Buat apa?"

"Buat gak sadar. Buat aku yang sok polosnya bertingkah sampai kamu kesel. Buat aku yang egois mikirin aku sendiri. Buat rude attitude aku. Maaf, ya? Maaf banget."

"Aku juga minta maaf, aku ingetin kamu sama Taehyung, ya? Childish banget akunya. Maaf, ya? Cemburu sama kamu juga, maaf."

"Impas ya berarti?"

"Impas."

Aku terkekeh, mengeluarkan nafas lega selega-leganya, sudah tidak ada lagi perang dingin antara aku dan Kak Hoseok. Tidak perlu lagi untuk mengsensor namanya. Tidak perlu lagi merasa kesal pas dengar namanya. Lega banget. Paling terpenting ... gak perlu canggung lagi!

"Kak Hoseok."

"Apa?"

"Enggak, kangen aja manggil tanpa rasa beban dan amarah."

"Dih, ngeselin banget. Baru baikkan juga."

Sekarang aku mau merosot dari jok kursi karena respon Kak Hoseok yang sudah di garis normal. "Kak Hoseok."

"Apaaaa, Cantik?"

"Gombal, ih."

"Hehe, kenapa lagi?"

"Ini ... kalau aku iyain bakalan aneh gak diantara kita berdua?"

"Iyain apaan?"

"Ih, jangan pura-pura bego deh, aku males banget."

"Oooh, pdkt?" Kak Hoseok tertawa gemas.

"Iya, itu, kamu gak bakalan bilang yang tadi cuma bercanda kan?" Aku menoleh ke arahnya. "Jangan kayak cerita-cerita di wattpad, ya!"

"Cie, berarti mau dong?"

"Boleh."

"Serius?"

"Kapan aku bercanda?"

"Kamu ngelawak mulu disini, tahu?"

"Dih, kamu itu mah?"

"Kamu juga keles."

"Aku tarik nih perizinan pdkt nya?"

"Ih, jangan dong." Bibir Kak Hoseok jadi pouty gitu kok akunya jadi gemes? Oke. Ini lampu merah. Jadi, pandangan milik Kak Hoseok sepenuhnya menghadap aku yang lagi melihat dia, aduh ketahuan curi pandang dari tadi dong. "Mau berapa bulan?"

"Gak usah pake tenggat waktu. Sebisa kamu aja."

"Kesannya kok kaya ngerendahin skill pdkt aku banget?"

"Skill kamu seberapa emangnya?"

"Jago pokoknya."

"Kamu fuck boy di kampus ya, Kak?"

"Prasangka aja!"

"Kayak gitu sih, abisnya."

Tidak lama kemudian, lampu hijau kembali menyala sehijau pertanyaan Kak Hoseok yang berasa bebas banget karena sudah menerima jawaban aku yang hijau. "Jadi ... mau?"

Aku ledekkin lagi lah, "Mau apa?"

"Jadi pacar aku?"

"Ya tergantung sejagonya kamu ngalusin aku lah?"

"Hehe, gemes jadinya. Oke, kita di zona pendekatan, ya?"

"Iya, Ganteng."

Sekarang aku makin gak percaya sama apa yang sebenarnya terjadi sore ini? Kayak ... berjam-jam lalu aku masih kepengen buat hancurin kamar Kak Hoseok beserta manusianya lalu sudah masuk jam langit beroranye tiba-tiba kita sudah bisa saling godain satu sama lain? Oke, itu sangat smooth. Tidak ada yang kurang kan? Apa ya? Apa hari ini terlalu mulus aku jadi curiga? Yaudah. Oke. Gak usah dipikirin. Setelah ini bakal biasa saja. Well, mungkin agak sedikit variasi karena status aku dan Kak Hoseok yang diresmikan sore ini. Aku ... jadi penasaran? Ah. Malu. Yaudahlah.

Sudah memasuki pekarangan rumah Kak Hoseok bersamaan Kak Hoseok yang menarik rem tangan, dia sekali lagi menoleh ke arah aku sambil menyender ke jok kursinya. Seperti tidak ada niatan untuk keluar dari mobil sekarang juga.

Aku penasaran dong? Terus dia mau apa liatin aku kayak gitu? Bakal merubah dunia ini, ya. "Apa?"

"Aku mau ngalus nih."

"Gak bosen?"

Dia terkekeh. "Baru hari pertama udah bosen? Loyo banget akunya?"

"Iya, mau ngalus apa, Kak Hoseok?"

"Mau ingetin kalau aku suka sama kamu."

"Udah gak malu?"

"Enggak." Dia mengendikkan bahunya, matanya menatap sendu, teduh, tapi terlihat mengantuk. "I have to do my very best, right?"

"Kalau capek bilang, ya?"

"Jangan buat aku capek, ya?"

"Semoga." Kata aku begitu, melepas seat belt dan menatap kembali Kak Hoseok yang terlihat masih leha-leha untuk turun dari mobil. "Aku pulang, ya?"

"Nanti aja?"

"Di cariin Mama nanti."

"Yaudah deh."

"I'll text you, yeah?" Aku bilang kemudian, memberi satu senyuman manis buat Kak Hoseok sebelum buka pintu mobil dan keluar, tapi belum di tutup lagi karena badan masih menghadap sempurna ke sosok Kak Hoseok di jok mobil seberang. "Makasih udah di supirin, hehe. Dadah. Sore, Kak Hoseok."

"Sore, calon pacar." balas Kak Hoseok.

--

T__T   AKHIRNYA

MARI MENGUCAP HAMDALLAH

[SUDAH TERBIT] sore, hoseok !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang