°25

787 156 8
                                    

Malam itu Haechan mengajak Jeno dan Mark diskotik. Kali ini Jeno diundang, jadi dia tidak perlu susah payah menunggu agar dia bisa mendekati Mark. Haechan pikir ini ide yang bagus, Mark sekali-kali harus mabuk untuk melupakannya, karena Haechan sudah kehabisan akal ingin membantu Mark dengan cara apa.

Mereka bertiga jalan kaki dari rumah Mark. Sudah lima belas menit berlalu, dan klub hanya berada di seberang jalan. Mereka hanya perlu menyebrang saja. Keadaan saat ini cukup sepi karena hari sudah semakin larut, jadi mobil jarang yang akan lalu lalang.

Mark sudah menyebrang duluan. Ketika Jeno ingin ikut, tangannya tiba-tiba di tarik. Jeno memandang Haechan risih.

"Jeno, aku ingin bertanya."

Tarik aku lagi, aku tantang kau.

"Kau pasti tahu sedikit soal pembunuh yang mengincar Mark kan?"

"Apa maksudmu?"

"Aku hanya ingin memberitahu. Mark bilang pembunuhnya mengincar teman-temannya, berdasarkan novelnya. Jika benar begitu, maka tinggal aku dan kau."

"Intinya apa?" Jeno risih. Haechan tidak perlu memberitahunya, Jeno juga sudah tahu. Daripada mencari tahu, Jeno akan menunggu hingga pembunuh itu datang menemuinya. Itu jauh lebih praktis.

"Ya, maksudku, jika memang benar. Aku justru akan mencurigai teman Mark."

Jeno meneguk ludahnya.

"Jeno..." Haechan mencengkram tangan Jeno kuat. Aneh, Jeno merasakan kesakitan sedikit. "Kau pasti..."

"Haechan! Jeno! Kenapa kalian di seberang sana?!" Teriak Mark dari seberang. Ternyata dia belum masuk klub terlebih dahulu. Haechan memandang Mark dan melepas tangan Jeno.

"Lupakan apa yang kukatakan." Gumam Haechan, kemudian di tersenyum ke arah Mark.

"Kami akan segera ke sana!" Haechan menyahut kembali dan dia berjalan duluan. Dia menyebrang, dan Jeno hanya diam. Klakson terdengar samar-samar, Jeno hanya terdiam. Sebuah mobil putih tiba-tiba menukik tajam dan menabrak, Jeno hanya diam. Badan Haechan sudah tergeletak, Jeno hanya terdiam. Mark terjatuh di seberang sana, Jeno hanya terdiam.

Tapi saat sebuah mata menggelinding ke arahnya, menatap dirinya, Jeno langsung berjongkok. Dia menutup mulutnya, menahan mual.

Kau mencurigai ku, Haechan?

You Send Me Right To Heaven [republish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang