Typos...
"Kau takkan pernah mengerti hyung. Lebih baik kita akhiri saja hubungan ini." Haechan berkata disela isakannya. Mark tak menjawab, raut wajahnya berubah kaku.
"Sepertinya kau mengantuk. Bicaramu sudah melantur. Aku akan memgantarmu pulang." Setelah mengatakannya Mark segera menghidupkan mesin mobil lalu melajukan mobilnya ke rumah Haechan. Sesampainya didepan rumah Haechan Mark segera turun membukakan lelaki cantik itu pintu mobil. Haechan diam tak bergerak. Ia menoleh dan menatap Mark.
"Hyung, aku bilang aku ingin putus."
"Pulang dan beristirahat, kurasa kau terlalu lelah."
Haechan menatap Mark dengan mata berapi-api. Ia marah dengan sikap denial yang di tunjukkan Mark. Sebenarnya Haechan terlalu gampang dan terlalu sering melontarkan kata putus setiap ia dan Mark bertengkar. Dan Mark akan mengacuhkan serta menganggap apa yang dikatakan Haechan hanya angin lalu. setelah itu tak butuh waktu lama mereka akan kembali berbaikan.
"Pokoknya aku bilang putus! Jangan temui aku lagi!" Bentak Haechan, kemudian ia turun dari mobil dan berlari masuk ke dalam rumahnya. Mark masih diam diposisinya, menutup pintu mobil perlahan. Kemudian berbalik dan membuat tubuhnya bersandar dipintu mobil. Ia mendongak menatap kearah kamar Haechan yang berada dilantai dua. Lampu kamar itu baru saja menyala. Menandakan sang empunya telah berada disana saat ini. Mark tersenyum miris, ia merasa Haechan tak pernah mencintainya sepenuh hati. Haechan tak pernah mengatakan jika ia mencintainya, sedangkan Mark tiada hari tanpa melontarkan kata-kata cinta dan sayang untuk Haechan. Mark selalu mengucapkan apa yang ia rasakan. Betapa ia sangat mencintai Haechan.
Berbanding terbalik dengan Mark, lelaki manis itu tak suka mengumbar untaian kalimat cinta dan sayang yang terdengar menggelikan ditelinganya. Ia terbiasa menerima banyak cinta dari orang-orang disekitarnya. Namun dirinya sendiri memiliki sifat cuek dan acuh, meski demikian Hacehan memiliki hati yang baik dan sensitif. Ia berharap Mark bisa merasakan bahwa Haechan juga mencintainya meskipun tanpa harus ia ungkapkan dan tunjukkan.
Sebenarnya mereka seperti langit dan bumi, atau seperti minyak dan air yang tak bisa menyatu. Begitu banyak perbedaan dan ketidakcocokan, tapi ada sesuatu yang membuat mereka terikat, cinta. Meskipun yang kebanyakan orang lihat bahwa Mark terlalu banyak berkorban demi Haechan, dan Haechan terlihat hanya diam saja menerima kegilaan cinta Mark, tak ada yang tahu diam-diam Haechan telah melepaskan kebebasannya. Mengikuti aturan yang diberikan Mark, merubah kebiasaan dan sifat keras kepalanya demi Mark. Ia jadi sering mengalah dan membiarkan Mark mengatur hidupnya.
Sebelum bertemu Mark, Haechan adalah orang yang bebas, tak ada orang yang berhak mengaturnya. Ia merupakan anak manja kesayangan ibu dan ayahnya. Ia selalu mendapatkan apapun yang ia inginkan. Tak ada seorangpun mengkritiknya, mengatur bagaimana ia harus berpakaian, apa yang harus ia kerjakan, Haechan tak suka diatur-atur. Namun saat mulai menjalin hubungan dengan Mark, diam-diam Haechan menekan ego dan gengsi yang ia miliki meskipun terkadang hatinya menjerit ingin kembali pada dirinya yang apatis dan bebas. Hanya satu kegengsian yang masih ia pertahankan 'mengungkapkan cinta'. Terlalu cheesy dan aneh. Menurut Haechan, cinta dirasakan bukan diucapkan.
Tanpa Mark sadari pula, Haechan telah menggantungkan dirinya pada Mark. Jauh dilubuk hatinya ia merasa nyaman bila bersama Mark. Ia yang pemalu itu tak usah merasa khawatir karena Mark akan selalu ada disana untuk menjaga dan menemaninya. Haechan tak memiliki ketakutan apapun jika Mark akan meninggalkannya. Mungkin karena itu pula Mark kadang merasa tak berarti untuk Haechan. Sekali lagi Hachan tak suka menunjukkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected [Markhyuck]
Fanfiction"Hyung, aku bukan boneka, kenapa kau selalu memperlakukanku seperti ini?"