Si Manis by yoonginawa
--------
.
.
.
Si Manis.
Pernahkah kalian membaca dongeng tentang putri salju dan tujuh kurcaci? Selamat! Masa kecil kalian sungguh menyenangkan. Tapi, pernahkah kau membaca dongeng putri salju dan tujuh kurcaci edisi yang tidak biasa? Nah, inilah dongengnya.
.
.
.
Di suatu tempat, tinggallah tujuh lelaki cilik dan pengasuhnya. Maafkan aku, wahai penggemar putri salju. Yang memerankan putri salju dalam dongeng ini, bukanlah wanita cantik ataupun seksi dengan bibir merah merekahnya, tapi seorang pria paruh baya yang bertubuh tambun danmenyandang nama Bang Si Hyuk. Tujuh lelaki cilik yang diasuhnya memanggilnya ‘papa Bang’.
Papa Bang tidak kabur atau bahkan diusir dari rumahnya. Tapi, ia pergi karena pondasi rumah tangganya telah hancur dan tak bisa dipertahankan lagi. Dan akhirnya, papa Bang memulai hidup baru dengan tujuh lelaki cilik yang satu persatu ia temukan. Si Pintar yang pertama kali ia temukan, lalu Si Jenius dan kemudian Si Ceria. Beberapa bulan kemudian, papa Bang membawa pulang Si Tampan, Si Manis, Si Cerdik dan yang terakhir Si Narsis.
Mereka hidup bahagia dalam kesederhanaan. Setiap hari Sabtu, papa Bang akan membawakan mereka daging bulgogi untuk makan malam. Papa Bang begitu menyayangi tujuh lelaki cilik itu, begitu pula sebaliknya.
Papa Bang memberi mereka amanat sebelum ia berangkat bekerja hari ini. Si Pintar mendapatkan amanat untuk memantau saudara-saudaranya, sekaligus memegang kendali benda yang bergagang panjang dan terdapat rambut kaku di bagian bawahnya. Ia tidak mau menyebut nama benda itu sebelum mengetahui namanya dalam bahasa Afrika. Si Tampan bertugas membersihkan dapur dan memasak untuk makan siang. Si Jenius memperbaiki beberapa barang yang rusak dan membantu Si Pintar membersihkan sarang laba-laba. Si Ceria menata lemari pakaian dan mengelap beberapa benda kesayangan papa Bang. Si Narsis mengepel lantai. Si Manis membersihkan kamar mandi dan Si Cerdik mencuci baju.
Hari ini adalah hari Sabtu. Hari yang paling ditunggu tujuh lelaki cilik yang kini telah menjadi saudara itu. Karena dihari Sabtu, papa Bang akan membawa daging bulgogi favorit mereka.
Tepat saat waktu makan malam tiba, papa Bang datang dengan kantong palstik di tangan kanannya, dan mereka bersorak girang.
“Aku punya hadiah untuk kalian semua.” ucap papa Bang.
“Woah! Apa itu?” Si Ceria sudah heboh.
Papa Bang mengeluarkan sebuah kotak dari tas kerjanya, lalu membukanya dan membuat tujuh lelaki cilik itu memandang isinya takjub.
Tujuh buah kalung perak berukirkan nama “Bangtan Sonyeondan” di bandulnya yang berbentuk peluru.
“Woah...daebak..” Si Manis ternganga.
“Oh my god....it’s so beautiful...” Si Pintar secara otomatis akan berbahasa Inggris saat merasa kagum atau terkejut.
Senyum tujuh lelaki cilik itu makin merekah saat mengetahui bahwa, nama mereka juga terukir di balik nama “Bangtan Sonyeondan”. Papa Bang memasangkan kalung itu satu persatu pada mereka.
Makan malam kali ini sangat menyenangkan dan sedikit ribut. Tujuh lelaki cilik itu saling memamerkan kalung mereka, dan tanpa henti mengucapkan terima kasih pada papa Bang. Mereka berharap, di hari ini dan masa yang akan datang, mereka akan senantiasa bersama.
Jika dalam cerita yang sebenarnya, putri salju mati karena memakan apel beracun pemberian nenek sihir, lalu sang pangeran datang, kemudian mencium sang putri dan berhasil membuat sang putri terbangun, dan akhirnya hidup bahagia hingga hari tua, maka lain dengan edisi yang tidak biasa ini.
Bukan apel, tapi dua buah peluru yang menembus dada papa Bang.
“Bangtan-ku...” panggil papa Bang.
“Ne..” mereka mulai menangis. Si Cerdik sudah sesenggukan.
“Cepat pergi..dari..sini..”
“Papa..”
“Cepat pergi!” mereka melangkahkan kaki dengan berat hati. Mereka tak ingin meninggalkan papa Bang, namun pria itu memerintahkan meraka untuk pergi. Perintah papa Bang tak bisa dibantah.
Mereka berlari meninggalkan rumah dan papa Bang yang mereka sayangi. Sekilas, Si Jenius menangkap bayangan seseorang berpakaian hitam yang membawa pistol di tangannya. Sepasang mata tajam Si Jenius berkilat marah. Tanpa berpikir panjang, ia segera berlari mengejar orang itu.
“Hyung! Tunggu!” saudara-saudaranya segera menyusul Si Jenius dengan terburu-buru.
Si Manis tersandung saat ia berusaha berlari lebih kencang mengejar saudara-saudaranya.
“Aduh! Sakit…” Si Manis bangkit dengan susah payah karena lututnya terluka.
Namun sayang, ketika ia berhasil bangkit, saudara-saudaranya sudah tak terlihat lagi di manapun.
Si Manis yang jarang menangis dan senang memberi senyum kotaknya pada semua orang, kini menangis keras hingga sulit bernapas.
***
Siang ini begitu terik. Tak nampak satupun awan menggantung di langit, membuat seorang pemuda manis yang sedang berteduh di bawah rimbunnya pohon, mengelap peluhnya yang tak berhenti mengalir dari wajahnya.Kim Taehyung. Sembilan belas tahun.
Pemuda manis itu memandang birunya langit, lalu menoleh ke arah anak-anak yang sedang bermain. Senyumnyamengembang, namun tampak perih.
Ia rindu. Sangat rindu.
“Kalian di mana?” tanyanya, entah pada siapa.
Taehyung melirik jam di tangannya. Pukul dua siang. Masih tersisa dua jam sebelumshift-nya dimulai. Taehyung bangkit dan berjalan pulang.
***
“Hei, kau tau? Hari ini kita kedatangan murid baru!” seru salah satu siswi di kelas Taehyung.Hanya dengan satu seruan, beberapa siswi yang lain segera mengerubungi jendela kelas, penasaran dengan sosok yang sedang dibicarakan. Kabar burung mengatakan, bahwa anak baru itu sangat tampan dan berasal dari kalangan konglomerat.
Semua segera menduduki bangku masing-masing, saat ibu guru Ahn memasuki kelasdengan diikuti seorang siswa. Beberapa siswi sudah memekik senang bagai bertemu jodoh.
“Selamat pagi, anak-anak.Hari ini kita kedatangan teman baru. Nah, boy, perkenalkan dirimu.”
Anak baru itu memandangi seluruh kelas, seolah sedang melakukan scanning. “Jeon Jeongguk imnida.”
Keributan mulai terdengar. “Nah, Jeongguk, duduklah di samping Taehyung.”
“Denganku saja!” seru salah seorang siswi.
“Tidak! Jeongguk duduk denganku!”
“Jeongguk, duduk denganku saja!”
“Ssaem..biarkan Jeongguk di sampingku saja!”