18 : About Her Past

10K 1.2K 93
                                    

Vote before reading ❤
Vote sebelum baca, okay?

Enjoy~
   

Enjoy~    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
















Aku dibawa pulang setelah dinyatakan sehat. Tapi aku tetap harus beberapa kali bolak-balik ke rumah sakit untuk terapi menyembuhkan traumaku. Jeonghan jadi orang yang berbeda setelah memelukku waktu itu. Dia lebih ramah dan perhatian. Bahkan dia maksa mau nyuapin aku selagi masih di rumah sakit. Aku senang, sih. Berarti dia mulai menganggap aku sebagai istrinya.


"Obatnya diminum." perintahnya yang sedang cuci piring di dapur. Seharian ini dia gak kerja, izin dulu katanya. Padahal aku udah sehat, bisa buat makanan sendiri, tapi dia malah sukarela masak dan beresin semua peralatan bekas masak dan makannya.

"Iya bawel."

"Gue gak suka lo masuk rumah sakit." katanya yang buat jantungku berdegup kencang. "Ngabisin duit, soalnya."

Sialan. Aku udah melayang dan sekarang dijatuhkan lagi. "Katanya kaya, biaya rumah sakit aja gak mampu."

"Bukan gak mampu, tapi gue kan mau menghemat. Kehidupan kita kedepannya butuh banyak uang." dia menyopot sarung tangan karet yang dia pakai untuk cuci piring dan mengelap tangannya di lap. Setelahnya dia berjalan ke arahku dan duduk di bangki di depanku.

"Emang ada apa?" mataku mengikuti arah tangannya yang sedang membuka obat-obat yang harus aku minum.

"Kan zaman sekarang barang canggih-canggih, kalau gak punya duit banyak, kita ketinggalan zaman."

"Segitu takutnya lo ketinggalan zaman?"

"Iya."

Aku berdecih dan meminum obat pertamaku. "Gue malah gak keberatan hidup miskin sekalipun asal gue hidup sama orang yang gue cintai."

"Bukan gue berarti, ya?"

"Iya."

"Ah iya. Gue lupa kalau lo mau nikah sam gue karena terpaksa." dia tersenyum tipis dan meninggalkanku ke dalam kamar. Sontak keningku berkerut. Kenapa dia tiba-tiba bete begitu?

Aku memutuskan untuk cepat meminum obat dan menyusulnya ke kamar. Sekarang dia sedang berdiri di balkon sambil menatap lampu-lampu gedung di malam hari. "Dingin, loh, Han." dia bergeming di tempatnya tanpa mengucapkan satu kata pun.

Aku memeluknya dari belakang. Aku tau dia terkejut karena tubuhnya tiba-tiba menegang. "Dingin.." bisikku pelan.

Selama satu menit kami berada dalam posisi ini. Dan tiba-tiba Jeonghan membalikkan badan untuk memelukku erat. Alhasil aku bertubrukan dengan dada kerasnya. "Maafin gue.. Gue yang bikin hidup lo hancur dan gak sesuai sama yang lo inginkan, ya? Kalau lo mau lepas dan berhenti perjuangin pernikahan ini, gapapa kok."

HABIT || Yoon Jeonghan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang