HILY #1 (Lita)

11 0 0
                                    

Lita Utari Pramoedibyo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lita Utari Pramoedibyo

🌹 HILY 🌹

Hari ini seluruh siswa di setiap SMA di Indonesia sedang bergelut dengan puluhan soal yang tercetak dalam suatu kertas yang terdapat tulisan DOKUMEN NEGARA SANGAT RAHASIA, yang membuat kepala seorang siswa pasti terasa panas, ditambah dengan cuaca di luar sangat terik.
Ya, hari ini adalah hari terakhir bagi seluruh siswa SMA yang sedang mengadakan ujian akhir semester.
Seorang gadis bernama Lita Utari Pramoedibyo, seorang gadis berumur 17 tahun yang masih duduk di bangku SMA kelas 10. Yang saat ini sedang membaca soal-soal yang terpampang di depan matanya dan dia masih sibuk mencari hidayah dari beberapa kawannya, agar mengisi jawaban dengan cepat. So, pasti berupa selembar kertas contekan yang memang sudah menjadi rahasia umum bagi para siswa disaat ujian. Selembar kertas yang di remas hingga membentuk bola itu di oper dari siswa 1 ke siswa yang lainnya secara bergilir. Ada pula siswa yang beralasan ke belakang padahal di toilet siswa tersebut mencari jawaban melalui gadget yang memang sudah dititipkan di kantin untuk berjaga-jaga misal soal yang rumit akan keluar.

Setelah pertempuran yang sengit dengan puluhan soal-soal UAS. Jam pulang sudah terdengar berbunyi maka Lita bersama teman sebangkunya bernama Luna beranjak keluar dari kelas.

"Ta, temenin gue dulu ya. Sampe Rici datang aja oke." (Rici adalah pacar Luna). Luna menarik badan untuk duduk di depan minimarket untuk menunggu Rici menjemputnya.

"Oke deh, gue beli minuman dulu ya haus." Lita masuk ke minimarket dan membeli 2 minuman dingin.

Beberapa saat setelah membayar pada kasir Lita kembali ke tempat Luna dimana Rici masih membuat seragam sekolah yang sudah stay duduk di atas motornya.

"Ta, gue cabut duluan yah Rici udah datang." Luna mengambil tas kemudian berjalan menghampiri Rici di pinggir jalan.

"nih bawa udah gue beliin." Lita menyodorkan minuman dingin kepada Luna.

"Thanks ya Ta, gak papa kan gue cabut duluan?" tanya Luna, karena merasa tidak enak meninggalkan temannya sendiri.

"gak papa Lun santai aja gue naik ojek online aja, soalnya bokap gue gak bisa jemput."

Lita kembali duduk di depan minimarket tadi sambil memesan driver online, beberapa menit kemudian driver ojek yang sudah di pesan datang, Lita memasukkan hp kedalam tas lalu pulang bersama ojol, bukan dengan ayahnya bukan pula di antar pulang oleh seorang pacar. Padahal Lita adalah salah satu siswa yang cukup eksis di sekolahnya bukan hanya karena followers IGnya. Lita dengan paras yang cantik, manis, imut, serta memiliki keahlian dalam bidang olahraga bola volly membuatnya terkenal dan banyak siswa cowok yang naksir padanya. Namun, hingga saat ini belum ada satu cowok pun yang berhasil menaklukan hati seorang gadis berumur 17 tahun ini.

Sepulang sekolah Lita langsung masuk ke dalam kamar, menaruh ransel dan berganti pakaian. Setelah mengganti pakaiannya, Lita menuju dapur untuk masak makan siangnya. Dia tinggal hanya bersama ayahnya, sudah 3 tahun sejak ibunya meninggal karena sakit TBC. Dia melakukan pekerjaan rumah dengan tangannya sendiri, karena ayahnya tidak mau menyewa tenaga ART. Alasannya bukan soal uang, melainkan ingin membentuk anak gadisnya menjadi anak yang mandiri serta ulet dalam bekerja.
Ayahnya yang sibuk kerja sebagai pegawai syahbandar di Pelabuhan Tanjung P*rak. Lita memiliki 2 orang kakak kandung laki-laki, yang pertama bernama Dean Joshua Pramoedibyo. Dean berusia 28 tahun, Dean sendiri sudah tidak tinggal bersama lagi. Karena sedang dalam tugas militer di daerah Oksibil, Papua. Tahun ini sudah terhitung sudah 6 tahun sejak sang kakak mengabdi serta menjaga kedaulatan perbatasan di bagian Timur Indonesia. Dan yang ke dua adalah Galih Abraham Pramoedibyo, Galih berusia 24 tahun baru lulus dari Institut Seni Indonesia di Yogyakarta. Dia bekerja sebagai seorang Photograper profesional di daerah Yogyakarta bersama sepupunya. Dia pulang ke Semarang hanya sekali dalam setahun, itu pun jika ada hari raya Idul Fitri saja. Galih, semenjak ibunya meninggal dia menjadi jarang ada di rumah, bahkan kedekatan dengan sang ayah pun semakin pudar. Dan Galih memutuskan untuk tinggal bersama sepupunya dan tidak lagi menyewa kost-kost'an.

Hello, I love youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang