41

18 1 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di dalam kepalaku, masih teringat jelas pembicaraan yang terjadi di Sarang Building dalam tema Patron

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di dalam kepalaku, masih teringat jelas pembicaraan yang terjadi di Sarang Building dalam tema Patron. Bagaimana menjadi kolektor pun tak mudah bahkan Oei Hong Djien. Lalu aku berpikir, jika Oei Hong Djien pun kesulitan akan hal itu dan dia mengakui cucu-cucunya tak memiliki kemampuan sebaik dirinya dan terlalu terlambat bagi mereka untuk memulai. Bagaimana dengan diriku? Yang terlalu terlambat dalam artian sangat terlambat.

Aku memandangi sekitar. Hanya ada aku yang memegangi buku-buku. Keberadaan yang langka dan hampir punah. Terlebih, seseorang yang bisa mencintai dan menyayangiku adalah keberadaan yang jauh lebih langka.

Jauh lebih langka.

Aku membaca perihal Bosch dan Grunewald dalam buku milik Stephen Bayle yang berjudul Ugly: The Aesthetics of Everything. Menatap lukisan Bosch dalam bentuk gambar, fragmen dari The Garden of Earthly Delights yang sangat terkenal. Juga the Isenheim Altarpiece kepunyaan Mathias Grunewald.

Cetakan dan sampul Ugly terbilang indah. Menampilkan bagian dari lukisan Bosch yang tengah aku amati. Berkesan keemasan seperti buku Klimt milik Tobias.

Sambil menikmati makan malamku, aku dikelilingi oleh tiga buku seni yang indah. Aku mengambil The Bruegels dan mencari-cari bagian yang menceritakan keterpengaruhan Bruegel terhadap Bosch. Dalam buku itu, aku juga mendapatkan sepotong lukisan milik Arcimboldo. Dan banyak lukisan lainnya yang terbilang memuaskan.

Membaca The Bruegels begitu mudahnya dan tak harus berhati-hati dengan sampul yang mungkin rusak seperti buku-buku yang memiliki jaket sampul begitu tipisnya. Itulah sebabnya, aku bisa membawa buku yang tengah aku baca ini tanpa perlu sekhawatir saat aku membuka-buka Klimt.

Saat membuka Klimt, aku tahu, cetakannya dan isinya jauh lebih indah dan mengesankan. Terlebih bagian-bagian awal benar-benar terkesan mewah, bermandikan cahaya keemasan dari dunia Klimt yang terkenal. Kehadiran yang berbau Mesir dan dunia timur.

Hanya saja, aku perlu berhati-hati saat membuka halaman demi halamannya dalam keterpesonaan yang aneh tapi juga biasa. Pertamakali aku membuka buku ini, Klimt, saat aku tengah menunggu dalam bosan, sebuah pameran dari almarhum Made Sukanta, yang pembukaanya terasa begitu lama dan membuatku menggelengkan kepala. Klimt-lah yang menyelamatkanku dari kebosanan itu.

J'Paris BohemienTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang