6. Nyctophobia | Canon Version

2.1K 201 2
                                    

Shortlist Part
Naruhina
Masashi Kishimoto (Disc)
Hanaamj

.

.

.

.

Rate: T
Genre: Romance/Hurt
Canon
Hinata's Point Of View

.

.

.

.

"Terimakasih, karena kau ada dan menenangkan rasa takutku."

.

.

.

.

Apa yang aku lakukan?

Yang kulakukan seharusnya percaya padanya. Namun, bagaikan jiwa iblis yang tengah membisiki, aku memudarkan rasa percayaku padanya. Aku seharusnya tidak melakukan itu. Dan saat ini, sepertinya aku sedang mendapatkan balasan karena aku tidak percaya pada suamiku, Uzumaki Naruto.

Aku wanita bernama Uzumaki Hinata. Aku dan suamiku baru saja menikah 10 bulan yang lalu. Kami habiskan waktu itu dengan masa-masa manis kami.

Kini aku ketakutan. Aku seperti terperosok ke dalam jurang yang dalam dan menyeretku dalam penderitaan yang tidak akan berakhir.

Aku ketakutan.

Tadi, aku berlari meninggalkan Naruto yang sedang menangkap atau mungkin mendekap sahabatnya---Sakura yang hampir terjatuh. Aku cemburu melihat itu. Mengingat bahwa Naruto pernah menyukai Sakura. Tapi, seharusnya aku ikut membantu Sakura dan percaya pada Naruto, bukan terbakar api cemburu seperti tadi. Terlebih lagi, Sakura sedang hamil 4 bulan. Seharusnya aku bersyukur saat Naruto menyelamatkan Sakura yang bisa saja keguguran.

Bodohnya aku. Pergi dan berpikiran yang tidak-tidak.

Sekarang, aku dilanda rasa ketakutan yang amat sangat di tempat gelap ini. Mungkinkah ini balasan untukku karena tidak percaya pada suamiku?

Kupeluk lututku yang tertekuk dengan erat. Aku bisa mendengar suara jangkrik dan hewan malam lainnya. Dimana aku? Apakah aku di hutan? Aku benar-benar menyesal karena berlari tanpa tahu arah.

Aku takut akan kegelapan. Sangat takut. Nyctophobia, itu yang Sakura katakan sebagai dokter.

Namun, malam kian larut. Bunyi hewan malam semakin terasa berdenging di telinga. Aku bisa merasakan air mataku yang menetes berkali-kali. Ketakutan adalah hal yang mengerikan.

"Hinata...."

Aku tersentak. Suara yang kudengar tengah memanggil namaku begitu menggema dan mendayu-dayu. Siapa itu? Apa ia yang akan membawaku dan menelanku dalam kegelapan yang semakin dalam sampai aku tidak bisa keluar?

"Tolong aku...." ucapku lirih sambil terisak-isak.

"Hinata-chan...."

Suara itu masih memanggilku. Tunggu, aku heran. Apakah ia memanggilku dengan akhiran '-chan'? Apa itu bukan suara kegelapan? Kurasa, kegelapan tidak akan memanggilku dengan akhiran '-chan'.

Wajahku yang tadinya tertunduk kuangkat. Gelapnya tempat ini, membuatku kembali menunduk. Aku tidak berani melihatnya.

"Tolong.... siapa pun..."

Brukh

Grep

Tangisanku semakin kencang. Aku merasa ada yang memelukku, dan aku tidak tahu itu siapa. Yang pasti aku tidak berani melihatnya. Entah hal itu akan berdampak baik atau buruk bagiku. Yang pasti, aku semakin terisak-isak.

"Hiks... Naruto-kun..."

Orang itu mengusap kepalaku dan semakin mendekap tubuhku yang gemetaran. "Aku di sini. Jangan takut, Hinata," ucapnya.

Aku mendongak patah-patah. Kulihat wajahnya yang bersinar di antara gelap, seperti diterpa cahaya rembulan. Ia Naruto, suamiku.

Terharu dan senang, aku membalas pelukkannya.

"Maafkan aku, Naruto-kun," ucapku yang masih terisak.

"Tenangkan dirimu. Aku selalu ada untukmu."

Aku meluapkan semuanya dalam pelukan itu. Antara rasa ketakutan yang mulai pudar, dicampur rasa haru, senang, dan rasa tidak ingin kehilangan. Aku terus menangis.

"Terimakasih, Naruto-kun."

***

"Nah, ceritakan padaku kenapa kau tiba-tiba menghilang begitu saja. Kau membuatku dan Sakura khawatir." Naruto berkata sambil mengeratkan aku yang digendong di punggungnya.

Jelas, aku merasa bersalah. Malu juga, pada Naruto dan Sakura. Kalau aku memberitahu mereka, mungkin mereka akan menertawaiku sampai terbahak. Tapi, aku akan tetap memberitahu mereka karena jelas semua ini salahku.

"Maaf, Naruto-kun. Aku cemburu," cicitku pelan dalam gendongannya. Sementara Naruto yang berjalan, berhenti sejenak.

"Cemburu? Kenapa?"

Aku hanya diam. Terlalu malu melanjutkan cerita.

"Aku tidak mengerti maksudmu." Ia kembali berjalan sambil memasang wajah bertanya-tanya yang menurutku lucu dan menghiburku. "Tapi, apa pun yang akan terjadi, aku selalu ada untukmu. Kalau ada masalah, kita hadapi bersama. Kita akan melewatinya bersama. Semua itu.... karena aku mencintaimu."

Wajahku memerah hangat. Aku tersenyum sendu. "Aku juga mencintaimu, Naruto-kun..."

END

1. An Information:
-Words totaly: 585 words (only story)

2. Author Note:
Kalau kalian buka chapter ini, dan ceritanya terpotong, tolong comment ya. Biar saya tahu.

Maaf baru up. Tapi di chapter sebelumnya sudah diberitahu kalau minggu-minggu ini bakal sibuk. Jadinya jarang up. Selama itu, saya juga memikirkan ide buat next chapter.

Ini pertama kalinya saya bikin latar canon. Rasanya susah. Dan rasanya nggak nge-feel karena selama ini saya selalu buat yang versi Alternative Universe. Gomenne.

Shortlist Part | ɴᴀʀᴜʜɪɴᴀTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang