₹4 -Start Reacting

5 0 0
                                    

Bodoh, bocah, sok-jagoan, lengkap sudah. Park Jimin yang nekat, masih saja berupaya ingin mengambil keinginan nya itu.

"Jimin! Kau benar-benar tidak punya akal. Kau babak belur seperti ini, masih ingin melawan Roland angkuh itu?!" bentak Dong Guk. Benar jika Jimin pulang lagi ke rumah teman nya itu, dengan babak belur karena dihajar beberapa suruhan Roland, Ayah kekasihnya.

"Sshh. Sudah. Itu s-sakit bodoh!"

Dong Guk tak merespon, dan terus masih bersikeras mengobati luka Jimin yang terdapat di bibir, dan bagian pinggiran pipi Jimin.

"Diam."

Bunyi dering ponsel Dong Guk, sedari tadi tak henti nya bergema di ruangan kamar nya.

"Hei. Angkatlah dulu itu." suruh Jimin.

Dong Guk menatap sinis Jimin, lalu menaruh kapas yang sudah basah dengan alkohol itu ke mangkuk kecil. Dong Guk pun segera berdiri, berjalan ke kamar, dan mengangkat telfon nya.

"Ye?"

Jimin melihat Dong Guk sekilas, lalu mengambil kapas tadi, mengobati dirinya sendiri.

Tak lama, Dong Guk mendekati Jimin, "Kau. Harus segera berlatih. Tapi apa kau benar bisa di keadaan seperti ini?"

Jimin melihat Dong Guk, dan mengangguk. "Tak masalah."

***

"Noonaa!" teriak Jungkook, yang sekarang mengetuk beberapa kali pintu rumah Renna.

Tak berselang lama, dengan tampilan yang lusuh, rambut berantakan itu menyapa berat Jungkook.

"Berisik." singkat Yoongi, yang langsung ingin menutup pintu rumah nya lagi itu ditahan Jungkook.

"Beri tahu aku dimana noona, hyung?"

***

Gadis dengan ber-penampilan simpel, hanya topi baseball berwarna merah, crop-top hoodie bertulis 'Thraser', celana menggantung harem hip hop itu memandang gedung yang menjulang tinggi.

Dengan bertuliskan,

'PJ-Entertainment'.

Renna berulang kali mengecek salah satu alamat di ponsel nya. Karena gadis ini tak percaya. Apa benar disini alamatnya? Pikirnya.

"Yasudah, masuk dulu." kata Renna yakin, yang lalu melangkah kan kaki nya untuk masuk ke dalam gedung tersebut.

Renna berulang kali melihat seisi gedung dengan melongo. Mewah.

Duk!

"A-aw." Renna terjatuh, karena terlalu fokus melihat area gedung itu. Benar, kalau Renna tak sengaja menabrak seseorang. Tak lama Renna berdiri, lalu menundukkan kepala nya. "Maaf. Aku tidak melihatmu.

"Jalan tuh lihat-lihat! Mata dipakai." tegas. Itu pria.

"M-maaf. Aku sama sekali tidak melihatmu tadi. Ka-||"

"Noonaa!" tiba pria dengan senyum sumringah nya itu, berhasil menemukan Renna. Itu Jungkook. Jungkook tahu keberadaan Renna karena Yoongi.

Renna menoleh, dan mengintimidasi matanya, "Jungkook? Unt-||"

Jungkook berlari kecil menghampiri Renna, lalu memeluk nya, "Noona, agh. Kau tidak biasanya pergi tanpa aku. Kau tahu."

          

Renna spontan berusaha melepaskan pelukan pria ini. Karena malu, pelukan manis tiba-tiba Jungkook itu dilihat langsung oleh sosok pria yang tak sengaja tadi Renna menabraknya. "Ju-||"

"Bocah." sudah mengatakan nya, pria itu pergi berjalan ke tangga.

Renna menepuk jidatnya. Malu.

"Jungkook! Astaga kau ini!" Jungkook diam, dan sudah melepaskan pelukan nya itu.

"Maaf noona. Jangan marah lagi." suara Jungkook, yang membuat Renna memutar bola nya malas.

"Ku tidak marah. Asalkan, kau membeli ku minuman bubble, diujung sana." minta Renna santai, sambil memperlihatkan kantung celana nya yang tidak membawa sangu apapun. "Lagi bokek. Gara-gara suami." tak malu dengan Jungkook, candaan Renna yang dimaksud adalah Justin Bieber, lagi.

"Entah apa noona ini sampai tersihir begitu dalam mengagumi pria bertato itu. Yasudah. Aku akan menyusul." ujar Jungkook pasrah, yang lalu keluar dari pintu bergeser otomatis gedung tersebut.
.
.
.
.
.

Jimin masuk ke ruangan biasa ia melakukan latihan. Sebelum itu ia mengganti bajunya, menjadi baju santai biasa umum nya melakukan dance.

Jimin berjalan ke sisi samping sudut ruangan, untuk menghidupkan musik Bruno Mars – Versace On The Floor. Selesai hidup, Jimin berjalan ke sisi tengah ruangan, menundukkan kepala nya, dengan kedua tangan bersilang genggam di bawah perutnya.

Pertama, Jimin mulai menghadapkan wajahnya ke kaca besar, yang ada di ruangan.

So baby let's just turn down the lights
And close the door

-Jimin mulai menghentakkan kakinya, lalu berputar cepat, dengan tangan di sisi celana yang dipegang tak erat.

Ooh I love that dress

-Ia merapatkan kaki nya lurus, dengan jemari nya yang mengatuk menunjuk ke arah kepala lalu kaki.

But you won't need it anymore
No you won't need it no more

-Jimin tersenyum nakal, dengan kaki yang menunjuk ke arah samping kanan, dan badan yang sengaja berposisi ingin kebawah, menyibak baju nya cepat, lalu jemari kiri nya bergoyang mengatakan 'tidak'.

Let's just kiss 'til we're naked, baby
Versace on the floor—;

-Jimin mulai melebarkan kaki nya, tangannya menelusuri bagian intim nya, lalu dengan sengaja memajukan nya, dengan berakhir jemari mungil namun kekar nya itu menyentuh bibir tebal nya.

Selesai. Jimin begitu saja menjatuhkan badannya ke lantai; vinyl pada ruangan itu. Tangannya sengaja direnggangkan bebas. Nafas Jimin masih tersenggal-senggal, dengan keringat yang cukup deras mengalir di dahi maupun bagian dada bidang nya.

Namun, matanya samar-samar melihat sosok gadis yang berdiri tak jauh dari Jimin. Jimin masa bodoh, ia tak peduli.

"Mau apa kau disana? Pergi jika tak ada urusan." ujar Jimin dingin, dengan nafas yang masih tak beraturan.

Gadis itu tersentak tak tahu ada orang didalam nya. "Maaf. Aku salah ru-||"

Jimin melihat lagi sosok itu, "Tunggu!" Ia langsung berdiri, mendekatinya, lalu memegang kedua bahu gadis itu.

Dostali jste se na konec publikovaných kapitol.

⏰ Poslední aktualizace: Okt 24, 2019 ⏰

Přidej si tento příběh do své knihovny, abys byl/a informován/a o nových kapitolách!

Buď první, kdo přidá komentář 💬

FameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang