Euphoria

27 7 0
                                    

Aku membuka mataku dan menemukan sebuah pahatan Tuhan yang sempurna sedang terlelap dengan damainya. Aku masih tidak percaya kalau seseorang dengan segala kelebihannya benar-benar sedang tertidur disampingku. Siapa juga yang akan menyangka kalau seorang Jung Hoseok, manusia yang sedari kecil sepertinya selalu memancarkan cahaya disana sini jadi semua orang yang berada didekatnya merasa hangat dan betah bersamanya, akan memintaku untuk menjadi kekasihnya saat kami berada di tepi Sungai Han. Aku menatap seluruh wajahnya dengan teliti--tidak sopan memang tapi enggan untuk menyia-nyiakan kesempatan tentunya--wajah terlelapnya yang seperti bayi, hidung mancungnya yang bisa aku jadikan perosotan, telinganya yang lucu, dan bibirnya berbentuk hati yang menarik untuk dicium.

Oh, astaga, Seren! Apa yang kamu pikirkan!

Dia terlihat sangat lelah jadi aku berusaha untuk tidak mengeluarkan suara sekecil apapun agar tidak membangunkannya. Saat kakiku menyentuh lantai tiba-tiba tanganku terasa hangat dan ketika aku menoleh kebelakang,  Hoseok terbangun rupanya.

Aku mendekat padanya untuk mencium keningnya, "Maaf, aku membuatmu terbangun ya? Ingin sarapan apa? Akan aku buatkan."

Dia mengerang seperti anak kecil, membuatku tidak kuasa untuk tidak tersenyum gemas melihatnya, "Jangan pergi, tetaplah disini. Aku masih ingin memelukmu."

Aku menghela napas pendek dan menarik tanganku yang digenggamnya untuk membelai kepalanya--dia selalu menyukai hal ini sedari kecil, nyaman katanya. "Tapi, ini sudah siang, Hoseok. Aku harus berangkat kerja. Kembalilah tidur, kamu masih lelah karena latihan kemarin kan? Nanti aku letakkan sarapan untukmu di meja makan."

Aku pikir ia akan menurut tapi ternyata dia malah kembali mengerang dan menarik tanganku agar aku tidur disampingnya. Aku mencoba melepaskan diri namun tangan besarnya yang melingkar di perutku membuatku kesulitan dan ciumannya yang mendarat dipunggungku membuatku semakin tak kuasa untuk pergi.

"Jangan pergi, kumohon, untuk kali ini saja. Aku benar-benar merindukanmu."

"Aku benar-benar harus pergi. Hari ini ada rapat penting, aku bisa dipenggal atasanku kalau aku tidak datang. Aku janji akan kembali sebelum makan malam dan membuatkanmu makanan kesukaanmu, oke? Jadi, singkirkan tanganmu." Dia menghela napas pendek dan dengan berat hati mengangkat tangannya dari perutku. Aku bangkit dan menatapnya yang sedang mengerutkan bibir-- terlalu menggemaskan jadi aku mendaratkan sebuah kecupan kecil diatas bibirnya sebagai hadiah karena melepaskanku. Wajahnya seketika berubah menjadi merah dan aku melepaskan tawa ketika ia memalingkan muka untuk menyembunyikan wajah malunya, "Katamu akan terlambat? Sudah pergi sana. Aku mau tidur lagi."

"Padahal aku baru saja berpikir untuk memberikan satu kecupan lagi tapi yasudah aku mandi dulu ya. Selamat tidur, Sayang!"

Hoseok seperti ingin menarik tanganku namun aku sudah lebih dulu keluar kamar karena tidak ingin terlambat.

Ketika aku menutup pintu tiba-tiba tubuhku terasa sakit seperti menghantam sesuatu. Aku memejamkan mataku seraya meringis kesakitan. Saat kubuka mataku aku melihat segalanya berubah.

Tunggu, ini kamarku. Jadi, yang tadi itu mimpi?

-end-

LacunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang