18/5/19
------------
Matahari sudah menampakan diri nya, jam sudah menunjukan pukul enam lewat lima belas menit.Yasa dan aqila sudah sampai di parkiran sekolah mereka. Sesampainya disana aqila langsung memberikan helm nya kepada yasa dan tak lupa mengucapkan terima kasih.
Yasa pun mengikuti aqila dari belakang, gadis yang selalu riang dan juga ceroboh. Entah mengapa ada keinginan didalam hati yasa untuk selalu melindungi gadis itu.
Sesampainya di kelas aqila sudah menemukan fika yang sudah duduk di bangku nya.
"pagi" sapa gadis itu dengan senyuman yang selalu bertengger di wajah nya.
"pagi juga" balas fika.
"oh iya lo belum cerita ke gw kenapa kemarin lo dipanggil ke ruang guru sama bu Eva" tanya fika.
"oh itu, kemarin bu Eva manggil aku buat ngasih tau kalau aku dipilih untuk mewakili sekolah untuk ikut olimpiade matematika" ujar aqila.
"wih keren tuh, gokil lo qil" ucap fika histeris.
"ah fika bisa aja, qila kan jadi malu" balas aqila yang tersenyum malu-malu.
"kira-kira kapan acara nya?" Tanya fika.
"kata bu Eva sih dua minggu dari sekarang jadi biar aku ada persiapan buat disana" jawab aqila.
"ok, kalau begitu gw selalu suport dan kasih semangat penuh buat lo qil" ucap fika penuh semangat.
Sahabat nya yang satu ini memang sangat perhatian dan pengertian kepada aqila. Sosok nya yang tomboy berbanding terbalik dengan sifat aqila yang kemayu.
Namun bukannya memang sahabat harus saling melengkapi satu sama lain??Aqila dengan sikap lemah lembut nya selalu memberikan perhatian kepada fika sedangkan fika dengan sifat nya yang bar-bar justru malah membuat aqila merasa aman saat bersamanya.
Dilain sisi yasa sedang berada di warung emak ati, bel masuk masih sekitar sepuluh menit lagi sehingga masih ada waktu untuknya mengobrol bersama teman-temannya di warung tersebut.
"yang kemarin itu si aqila kan ya anak ipa-2" ucap salah satu temannya.
"iya, ada urusan apaan lo sama dia yas?" celetuk temannya yang lain.
"di sahabat gw dari kecil sama kaya ibra" jawab yasa sambil memandang sosok ibra yang sedang berjalan ke arahnya.
"woi bro" sapa ibra kepada yang lainnya lalu duduk di sebelah yasa.
"gimana motor gw aman kan" ucap ibra ke yasa.
"aman lo tenang aja, lagian kan motor gw juga sama lo kan" balas yasa.
"lo berdua tukeran motor" tanya temannya.
"iya, buat anterin aqila pulang kemarin" jawab yasa.
"kira-kira sampai kapan nih yas" tanya ibra.
"semingguan lah, kata nya motornya paling lambat minggu udah beres" ucap yasa.
"ya gw sih ga keberatan ya yas, malahan seneng gw bisa naik motor ninja lo" ujar ibra.
Bukannya orang tua dari ibra tidak mampu membelikan motor ninja seperti orang tua yasa. Tetapi zahra dan rayhan tidak mau lagi melihat anaknya balapan liar menggunakan motor ninja yang dahulu mereka belikan.
"makanya dikasih kepercayaan tuh dipegang bra" ucap yasa.
"yailah lo tau sendiri kan remaja labil kaya kita ini tuh masih mau bebas ngerasain dunia" balas ibra.
"tapi jangan kebebasan bra, berabe lo ntar" celetuk salah satu temannya.
"yah gw juga masih punya batesan kali cok" ucap ibra.
Tak lama bel masuk pun berbunyi, membuat para murid disana segera meninggalkan warung dan masuk ke dalam sekolah lewat pintu belakang.
🏫🏫🏫
Sepulang sekolah seperti biasa yasa menunggu aqila di parkiran. Tak butuh waktu lama ia menunggu, gadis yang ditunggu pun menampakan diri nya.
"yasa, kita makan dulu ya qila laper" rengek aqila saat yasa hendak menyalakan mesin motornya.
"dirumah aja lah ya makanya" ucap yasa.
"ga mau qila mau makan burger deh" ucap aqila.
"burger ga bakalan bikin lo kenyang, mending pulang kerumah makan masakan mama lo kenyang" ujar yasa memberi penjelasan.
"ga mau pokoknya qila mau makan burger,TITIK" ucap nya penuh penekanan.
Yasa membuang napas kasar, mau tidak mau ia harus menuruti kemauan gadis dihadapannya ini.
"yaudah cepet naik" aqila hampir saja ingin melompat bahagia karna kemauannya dituruti oleh yasa. Segera dia menaiki motor tersebut dan mereka bergerak meninggalkan parkiran sekolah.
Sesampainya di restoran cepat saji tersebut mereka langsung memesan.
Mereka duduk berhadapan satu sama lain, namun yasa masih enggan menoleh ke aqila karena sibuk berkutat dengan handphone miliknya."yasa" ucap aqila sambil menggoyangkan tangan yasa.
"yasa marah ya sama qila" lanjut aqila.
Yasa membuang napas kasar lalu mendongakan kepala menatap aqila.
"ga" jawab nya singkat.
"bohong" elak aqila.
"beneran qila gw ga marah" ucap yasa.
"terus kenapa dari tadi yasa diem aja" tanya aqila.
Baru saja yasa ingin menjawab pertanyaan dari aqila tetapi pesanan mereka sudah datang.
"kapan olimpiade nya dimulai?" tanya yasa mengalihkan pembicaraan.
"dua minggu lagi" jawab aqila sambil mengunyah burger miliknya.
"belajar yang bener" ucap yasa.
"siap pak bos"
"kurang-kurangin nih makan makanan cepat saji kaya begini"
"iya iya, makanya qila pengen makan ini soalnya nanti pasti qila ga ada waktu buat mampir ke tempat ini " ucap aqila.
"jangan terlalu diporsir belajar nya, jangan sampai lupa makan apalagi solat" ujar yasa.
"hmm" gumam aqila yang menikmati setiap gigitan dari burger miliknya.
"semangat" ucap yasa sambil mengelus kepala aqila.
Tindakan yasa membuat tubuh aqila kaku, ia terkejut menerima usapan di kepala nya. Namun buru-buru aqila menyembunyikan rasa terkejut nya dengan memberikan senyuman manis nya ke arah yasa.
Mereka berdua pun menghabiskan makanan mereka setelah habis yasa segera menghantar aqila pulang.
"makasih yasa" ucap aqila dengan senyumannya saat mereka sudah berada di depan rumah aqila.
Yasa pun membalas ucapan aqila dengan anggukan kepala nya setelah itu langsung berjalan ke arah rumahnya.
💃💃💃
Next??
Vote and comment👌
KAMU SEDANG MEMBACA
YasaQila
Teen FictionSebagian besar wanita menganggap mempunyai sahabat pria itu menyenangkan. Tetapi resiko terbesar nya adalah merasakan jatuh cinta. Squel of "life after hijrah." -Update setiap Sabtu/Minggu-