MMB 04

1.5K 80 3
                                    

Maureen sudah siap dengan setelan kerjanya. Rok bahan hitam selutut, kemeja warna biru langit dengan model kerut di bagian pergelangan tangan, dan sebuah cardigan rajut yang membungkus tubuhnya hingga paha.

Oke, elemen terakhir adalah elemen tambahan yang sengaja dikenakan Maureen untuk menghalau dinginnya hembusan angin di pagi hari yang menerpanya.

Maureen enggak mau sakit lagi! Dia kapok!

"Duh, Maw, kok kamu cantik banget, sih!"
Maureen tersipu malu dengan kedua pipi yang memerah.

Stop! Stop! Jangan membayangkan jika orang lain yang telah melontarkan kalimat berisi pujian itu pada Maureen. Bahkan, mama, kakak-kakak, dan adik Maureen belum pernah memuji dirinya, meski kecantikan yang dimiliki Maureen memang benar adanya.

Ada, ya, keluarga seperti itu?

Ada! Keluarga Maureen!

Rambut cokelat panjang bergelombang, alis tebal tertata rapi, hidung tinggi dengan sedikit aksen patah di pertengahannya, dan kulit putih bersih dengan bulu-bulu halus yang tertata rapi.

Err ... entah, Maureen harus beryukur atau tidak untuk ciri fisiknya yang terakhir. Di satu sisi, kulit Maureen yang mulus tanpa bekas luka sedikit ternodai, namun di sisi lain banyak orang yang mengatakan bahwa Maureen terlihat lebih seksi dengan bulu-bulu halus itu. Dan tentu saja Maureen lebih menanamkan dalam benaknya mengenai pendapat yang kedua.

Jadi, siapa yang memuji Maureen barusan?

Sudah jelas! Maureen sendiri!

Maureen tengah mematut dirinya di depan cermin. Setelah ia selesai menyisir rambut panjangnya, Maureen membubuhkan lipstik berwarna merah marun ke bibir seksinya. Astaga! Maureen kok kamu cantik banget! pekik cewek itu dalam hati kembali mengagumi kecantikan dirinya sendiri.

Dih! Maureen kepedean banget. Maureen sombong. Maureen bikin ilfeel. Maureen, Maureen, dan Maureen yang lainnya ...

Please, don't judge Maureen!

Justru kalian harus mencontoh yang Maureen lakukan karena Maureen adalah salah satu dari sekian sedikit manusia di muka bumi ini yang mencintai dirinya sendiri. Maureen enggak pernah memandang rendah dirinya---ya kecuali kalau dia ketemu lagi sama istrinya Pak Langit---Maureen selalu memuji setiap bagian dirinya, termasuk kekurangannya.

Memang Maureen punya kekurangan?

Ada! Banyak!

Jadi, jangan pernah membayangkan kalau Maureen adalah sosok yang sempurna seperti novel-novel pada umumnya karena Maureen hanya nyaris sempurna. Nyaris.

"Maureen Roxanne Arkananta! Ini jam berapa?! Dandan kok lama banget!"

Teriakan mama Miranda menggema ke seluruh penjuru rumah. Maureen tersentak dari ketersipuannya sebelum kemudian mengerucutkan bibir dan dari sinilah kalian bisa tahu salah satu dari sekian banyak kekurangan yang dimiliki Maureen.

Maureen suka lupa waktu kalau sudah di depan cermin.

Cewek itu tidak akan beranjak dari depan cermin sebelum teriakan mamanya terdengar membahana, mengusik ketenangannya.

Well, mungkin memang ini bukan sebuah kekurangan di mata kalian, tapi di mata sahabat, keluarga, pacar ataupun mantan-mantan Maureen, ini sebuah kekurangan yang menguji kesabaran. That's it!

Maureen muncul di ruang makan dengan bibir mengerucut. "Bisa enggak, sih, Mama enggak usah teriak-teriak kayak gitu!" protes Maureen pada Miranda yang tengah menyiapkan sarapan di meja makan. Maureen menghempaskan bokongnya di salah satu kursi meja makan.

Marry Me, Boss? (On Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang