Part 24

101 13 3
                                    

  Suara yang begitu berisik membuat Jasmine sadar dari pingsannya. Beberapa waktu lalu ia ingat, bahwa ia disekap oleh seseorang dan dipukul hingga ia pingsan. Kini ia berada di sebuah ruangan yang gelap. Cahaya lampu hanya menyinari dirinya. Ia terduduk sambil memegangi kepalanya yang masih pusing.

"Sudah saya bilang, jangan sakiti dia. Kenapa kamu malah pukul hah!!" Ucap seseorang dengan nada membentak.

"Maaf Bos. Wanita itu terus memberontak, saya nggak sanggup megangin sendirian"

"Haaah, nggak guna!"

Bugghh..

Satu hantaman yang begitu keras membuat seseorang yang dipukul tersebut tersungkur di depan Jasmine. Jasmine mundur perlahan karena terkejut. Ia ingat bahwa orang ini adalah orang yang memukulnya.

"Oh, kamu sudah bangun."

Seketika lampu di dalam ruangan tersebut menyala. Hingga Jasmine tahu siapa dalang dibalik semuanya.

"RENDI."

Rendi hanya tersenyum kecut menanggapi ekspresi Jasmine saat melihatnya. Ia berjalan mendekati Jasmine sambil menatapnya intens. Jasmine berjalan mundur hingga ia tersudutkan. Rendi tepat berdiri dihadapannya sambil tangan kanannya membelai rambut Jasmine. Jasmine menangkisnya dengan keras bahkan mencengkramnya, hingga tangan Rendi tergores oleh kukunya.

"Jangan macem-macem!" Teriak Jasmine.

Rendi tertawa mendengar itu dan tangannya mencengkram pipi Jasmine,"Dengar ya, gue udah cape tau nggak sih. Lu dibaikinnya malah ngelunjak. Nggak pernah gitu sekali aja nurutin apa yang gue mau. Emang gue kurang gimana?gue kaya, of course gue ganteng. Cewek pada ngarep ama gue tapi lu bukannya bersyukur gue deketin bahkan mau gue nikahin. Apa kurangnya gue??"

"Nggak usah banyak bacot lu ya. Lu mau tau apa yang kurang dari lu hah? Hati lu. Kalo orang yang punya perasaan nggak bakal tega jahat sama orang. Hati lu tuh lebih buruk daripada setan!"

Rendi bertolak pinggang dan mengangkat sebelah alisnya,
"Oke oke. Masalah itu gampang. Kalo lu mau gue jadi baik, lu harus nikah dulu sama gue."

Sontak Jasmine langsung menjawab dengan kencang.
"GILAAA!!"

"Nggak mungkin banget gue mau nikah sama lu. Cari kek cewek lain, katanya banyak yang mau sama lu. Eh, tapi pasti nggak lama kemudian mereka pasti nyesel lah nikahin cowok yang nggak punya hati, bisanya nyiksa orang doang."

"DIAM!" Dengan amarah yang begitu dalam ia mendekati Jasmine dan menamparnya.

Plaaakk..

Jasmine yang terkejut hanya bisa tertawa dan memegangi pipinya yang merah. Matanya mulai berkaca-kaca dan emosinya meluap-luap.

"Bisa nggak sih lu jangan bikin gue sengsara mulu. Gue juga cape, gue pengen gitu hidup bahagia. Gue udah pusing sama nyokap gue dan sekarang lu malah bikin gue menderita."

"Emang nyokap lu nggak sayang sama lu bodoh. Lu tau nggak kenapa nyokap lu kepengen banget jodohin gue sama lu?"

Rendi melihat Jasmine yang sudah mengepalkan tangannya.

"Karena perusahaan nyokap lu tuh lagi bangkrut. Nyokap lu tuh korupsi, semua perusahaan pada batalin kerjasama nyokap lu. Dan harapan satu-satunya adalah perusahaan gue bantu perusahaan nyokap lu. Dan bahkan dia juga dengan senang hati nawarin lu buat gue sebagai gantinya. Hahaha miris bangetkan hidup lu."

Braakk...

Jasmine menendang bagian sensitif Rendi dan ia berlari ke arah pintu untuk berusaha kabur.

"PENJAGA PENJAGA TANGKEP WANITA ITU!"

Jasmine berhasil membuka pintu ruangan tersebut dan saat keluar ia mendapati banyak penjaga yang menghadangnya. Satu persatu ia lawan penjaga tersebut dengan ilmu bela dirinya yang cukup bagus untuk diacungi jempol.

"Heh, jangan lari kamu!" ucap salah satu penjaga.

Jasmine berusaha membuka pintu gerbang yang dikunci dengan beberapa gembok hingga ia kesulitan untuk membukanya.

"Ya ampun gimana ni." Jasmine panik dan kebingungan.

"TOLONG TOLONG!"Jasmine teriak meminta pertolongan. Namun saat ia menengok ke belakang ia melihat penjaga yang langsung menutup mulutnya dengan kain hingga ia pingsan.

Rendi keluar dan melihat Jasmine yang sudah pingsan.
"Bawa dia ke kamar saya!"

***

"Baik pak. Saya akan mencari anak bapak," ujar seorang Polisi.

"Iya pak, kalo gitu terimakasih pak. Saya mohon semoga anak saya cepat ditemukan." pinta Rio pada Sang Polisi tersebut.

Setelah mengetahui musibah yang tertimpa Leo, ia langsung bergegas menuju Rumah Sakit. Hatinya begitu teriris saat melihat keadaan Leo dan Robby yang begitu mengenaskan. Kini mereka berdua sedang ditangani oleh Dokter. Keluarga dari kedua belah pihakpun menyalahkan dirinya dan Jasmine. Komplit sudah penderitaanya. Istrinya kini malah pergi mengurus perusahaannya dan tidak peduli sama sekali dengan Jasmine. Padahal seharian ini ia sudah mencari Jasmine sendirian. Ia begitu lelah dan butuh istirahat. Tapi jika ia beristirahat pikirannya selalu tak tenang. Ia memikirkan Jasmine sedang dimana dan apakah dia baik-baik saja atau tidak. Semua itu berputar-putar diotaknya.

"Bagaimana pah,sama anak kita. Leo pah. Dia sekarat disana. Ini semua gara-gara Jasmine. Dia penyebabnya. Hei kau Rio,ini semua gara-gara anakmu Leo jadi kaya gitu. Hiks...hikss." ujar Sarah sambil menunjuk-nunjuk Rio.

Wijaya--- suami Sarah, mencoba untuk menenangkan Sarah. Sedaritadi Sarah terus menangis histeris dan selalu menyalahkan Rio. Entah kenapa setelah kejadian ini, sikap hormat Sarah luntur pada Rio,apalagi Jasmine. Ia tak peduli dengan Jasmine yang menghilang. Yang sekarang ia tahu adalah Jasmine penyebab semuanya. Leo jadi begitu karena Jasmine. Begitupun keluarga Robby yang juga sama dengan pemikiran Sarah.

Ckleekk..

Suara pintu ruangan operasi terdengar. Keluarlah seorang dokter yang baru saja menangani Leo. Sarah dengan cepat langsung bertanya pasal keadaan anaknya.

"Bagaimana keadaan anak saya, Dok? Apa dia sudah siuman?"

"Tenang Bu Sarah. Leo kini masih harus mendapatkan perawatan yang intensif. Masa kritisnya sudah ia lewati. Jadi ibu berdoa saja agar ia cepat bangun dari komanya."

"Anak saya koma, Dok?" tanya Sarah tak percaya.

Dokter menghela napas pelan,
"Iya bu, mungkin karena benturan yang cukup keras. Tapi syukur alhamdulillah, Leo tidak mengalami amnesia. Baik bu, saya permisi dulu."

Dokter pun pergi meninggalkan Sarah yang masih mematung ditempatnya. Sebagai seorang ibu, tentu saja hatinya menangis melihat keadaan sang anak. Bagaimana tidak khawatir, sekarang Leo terbaring di ranjang pesakitan dengan peralatan medis dan perban yang menempel di tubuhnya. Ia tidak tahu kapan Leo akan bangun. Yang sekarang ia lakukan hanya berdoa dan berharap Leo terbangun dari tidur panjangnya.

TBC....

HELLO GAIS
SORRY :)
UNTUK KENGARETAN AUTHOR!
Maklum author lagi misqueen ndak ada kuota:)

Dont forget to
Vote🌟
Comment📝
Share🔊

JASMINE✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang