24. Ancaman!

9.8K 500 0
                                    

"HADIR untuk jadi pengantin perempuanku!"

Sharla terkejut, 'pengantin perempuan dia? Dia akan menikahi ku?'

Arga yang melihat Sharla diam dia merasa ada yang aneh.

"Shar?"

"Iya Ga?" Sharla masih menunduk.

"Udah ada yang lebih dulu dari aku?"

Sharla menggeleng

"Lalu bagaimana Shar?"

"Biacarakan dengan Abi Ga, jangan sekarang"

Meski jawaban Sharla bukan 'iya' namun bisa membuatnya tersenyum.

Dibalik cadarnya Sharla juga tersenyum.

Dokter keluar dari ruangan tempat Fadri dirawat.

"Keluarga pasien?"

"Kita temennya pak" Ucap Arga.

"Pasien baik-baik saja, hanya karena pukulan pada kepala belakangnya yang membuatnya tak sadarkan diri dan sedikit luka, saya permisi dulu"

"Iya Dok" Ucap keduanya.

Baru saja Sharla dan Arga akan masuk, namun Fadri sudah dibawa keluar dengan kursi roda oleh seorang perawat.

"Fad" Arga memanggilnya

Fadri hanya menoleh dan memerintahkan perawat itu untuk membawanya pergi dari hadapan Sharla dan Arga.

Arga menatap Sharla yang menunduk dan seperti menahan tangis.

"Sharla?"

Sharla menangis, tapi masih menunduk, dia tak menoleh sedikitpun.

"Dia pasti benci sama aku" Ucap Sharla di sela tangisnya.

Jika Arga sudah menghalalkannya, ingin sekali rasanya memeluk wanita di depannya ini, dia tak tega melihatnya menangis terisak seperti itu.

"Pulang ya Shar? Aku pesenin taksi"

Sharla mengangguk, kemudian menyusul Arga yang sudah jalan terlebih dahulu.

***

Fadri benar-benar marah, sampai di rumahnya, dia hancurkan semua yang ada di dalam kamarnya.

"Kenapa lo nggak pernah kasi gue bahagia Ga?"

Fadri mengambil sebuah foto di atas nakas, foto gadis dengan dreess hitam, rambut terurai dengan mahkota kecil di kepalanya.

Dibalik foto itu tertulis, 'Vina & Arga'

Fadri menangis kemudian memeluk foto itu,
"Malaikat kecilku"

***

Sharla sudah sampai di rumahnya, dia menepuk keningnya, ada yang dia lupa.

Taksi yang tadinya mau berangkat dia stop lagi, dia akan menemui seseorang.

Tak membutuhkan waktu yang lama, dia sudah sampai di sebuah rumah seseorang.

Turun dari taksi, dia berlari ke rumah tersebut. Dia mulai mengetuk pintu.

"Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikummussalam, Sharla? Ada apa?"

"Ada yang mau aku tanya Ga"

Kamu akan menyukai ini

          

"Oh gitu, duduk di dalam apa di luar?"

"Di luar aja"

Arga dan Sharla duduk di kursi yang ada di teras rumah, dengan jarak dua meter.

"Siapa Fadri Ga?"

Pertanyaan itu membuat Arga terdiam. Apakah ini saatnya untuk Sharla tahu?

"Dia tetangga aku di Bandung Shar"

Flashback on

"Argaaaa"

Arga tersenyum, meski gadis ini membuatnya sedikit tak nyaman, karena dia merasa kalau Arga menyukainya. Kali ini Arga masih kelas 10.

Namun sebenarnya Arga tidak menyukai Gadis itu.

"Ada apa Vin?"

"Arga mau sekolah? Vina ikut ya?"

"Emangnya lo mau ikut naik sepede sama gue?"

Arga memang lebih memilih baik sepeda kesekolahnya, daripada harus di hantar.

Vina mengangguk
"Vina di depan aja ya Ga?"

"Iya"

Arga pun mulai mengayuh sepedanya, di tengah perjalanan tiba-tiba hidung Vina mengeluarkan darah.

"Arga stop"

Dengan cepat, Arga memberhentikan sepedanya dan menatap ke arah Vina yang baru saja turun dari sepeda milik Arga.

"Lo kenapa?"

"Hidung Vina berdarah Ga"

Arga dengan cepat membawa Vina untuk pulang, walaupun harus bolos sekolah.

"Argaaa?" Ucap Vina saat tiba di depan rumahnya.

"Iya?"

"Arga jangan pergi ya?"

Arga mengangguk.

Beberapa bulan kemudian...

Keluarga Arga hari ini akan pindah ke Jakarta, dan Arga akan sekolah disana. Dan ada kebahagiaan di wajah Arga yang terus terpancar, dia akan bertemu dengan Senja.

Setelah cukup lama lebih Arga di Jakarta, Arga mendapat beberapa pesan dari nomor yang tidak dia kenal.

Semua pesannya hanya ancaman

"Lo nggak pantes buat di dapetin wanita manapun"

"Adik gue nggak mau makan gara-gara lo Ga, dan sekarang dia ninggalin gue"

"Lo emang gak guna, lo nggak pernah buat adik gue sedikit merasa di hargai"

"Gue nggak akan buat lo bisa dapetin wanita manapun"

Takdir Allah Untukku [SELESAI✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang