Seandainya #375

3.1K 417 132
                                    

Sei-sensei,

Seandainya Dimas bertemu dan menghabiskan waktu bersama Reo dan Luca?

==============

"Hmm... kalo di foto yang Eyang kasih, kayaknya orang yang duduk di sana itu si Reo." Dimas membawa kakinya, melangkah masuk ke sebuah kafe mewah.

"Haah... kenapa bukan ama Tian aja! Nyebelin!" sambil berjalan menghampiri meja dimana Reo berada, Dimas tak berhenti menggerutu.

Begitu ia tiba di meja Reo, ia pun langsung duduk di hadapan Reo.

"Kok sendirian? Hari ini Eyang bilang Dimas bakal ketemu ama dua orang."

Reo meletakkan kembali cangkir kopinya dan menatap Dimas.

"Sayang sekali Brother tidak bisa datang bersama denganku."

"Hmm..."

"Selamat datang," seorang pelayan kafe menghampiri Dimas lalu menanyakan apa yang ingin ia pesan. Usai mendapatkan apa yang ingin dipesan Dimas, pelayan itu pun pamit undur diri.

"Kafe di sini terkenal mahal, gimana?" Dimas menatap Reo sambil menyeringai.

"Ya, daftar menu di sini punya harga yang mahal. Kalau aku mengajak Aki ke sini, aku yakin Aki akan mengomeliku. Dia lebih memilih membawa sendiri makanannya dari pada buang-buang uang." Reo menimpali.

"Ugh...." Dimas terdiam, "Ughh!! Gue jadi keinget Tian! Kalo Tian tau gue di sini, Tian juga pasti bakal marah-marah!" batin Dimas.

"Kau, bocah yang Gilbert bilang, dapat sponsor dari mini market, bukan?"

"Reo kenal ama Om Bert?!"

"Ah, mengenalnya sangat baik."

"Gitu ternyata! Lu juga kenal ama Om Bert," ujar Dimas seraya tersenyum.

"Kau tampaknya tidak takut pada Gilbert."

"Takut? Nggaklah! Bagi Dimas, nggak ada yang nakutin! Lagian Om Bert juga asyik, baik, dia ngajarin Dimas biar bisa ngasih Tian kepuasan!" jawab Dimas.

"........" Reo pun terdiam, meski dalam hatinya ia berkata, "apa bocah ini polos atau ia tidak tahu kelicikkan dan bagaimana bahayanya Gilbert..."

"Reo, lu takut sama Om Bert?"

"Tidak, hanya saja bila memungkinkan aku tak ingin berurusan dengannya." Reo menjawab, "ia akan menghasutku untuk memanggilkan kakak dan membuat Brother murka." Reo membatin.

"Tapi Om Bert juga, Reo juga, ternyata nggak begitu ganteng kayak Tian." Dimas menghela napas.

Di saat yang sama datang pelayan kafe membawakan pesanan Dimas.

"Padahal gue pikir bisa nemu orang yang bisa jadi saingan Tian, ckck, tapi ternyata cuma Tian gue yang paling ganteng." Dimas melanjutkan.

"Kebetulan sekali, aku juga berpikir seperti apa pemuda yang dapat penghargaan populer. Rupanya hanya bocah yang senang pamer. Kalau begitu, penghargaan itu seharusnya jatuh pada Aki. Tidak ada satu pun bottom yang semanis, seperhatian, penuh kasih sayang dan mampu melakukan segalanya selain Aki." Reo membalas, lalu mengangkat cangkir kopinya dan kembali menyeduh kopinya.

"Masih gantengan Tian dibanding Reo!"

"Lebih manis Aki dibandingkan dirimu."

"Tian nomor satu!"

"Aki yang terbaik."

Dimas pun mulai menggembungkan pipinya kesal.

"Dimas, namamu?"

S.S.S. -3-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang