Chapter 2

206 39 4
                                    


----

Hari ini Riou kembali berburu di hutan tempat ia memasang tenda. Niatan untuk mengajak kedua rekannya batal karena penolakan secara halus dari kedua insan itu.

Padahal hari ini adalah hari Minggu dan hari dimana mereka berdua sedang tidak sibuk seperti biasanya.

Kesepian sudah biasa melandanya kala ia sedang berburu bahan makanan. Sudah terlalu biasa sehingga ia tidak pernah memikirkannya. Ia terlalu sibuk dengan cara lain yang lebih efektif untuk menangkap buruannya.

Biasanya, ia akan kedatangan tamu kala berburu. Kalau bukan gambler bangkrut dari Shibuya, kadang pemuda bersurai merah berhighlight biru juga mampir datang.

Seusai Rap Battle yang terakhir antara Mad Trigger Crew melawan Matenrou, semua divisi jadi saling mengenal lebih dekat satu sama lain dan lebih akrab. Terkadang mampir tidak ada salahnya, ya kan?

Tetapi, hari ini rasanya sunyi sekali. Tidak terdapat tanda-tanda akan datangnya seseorang untuk sekedar mampir atau melewati tenda sang manusia survival tersebut. Mungkin Doppo hari ini sedang beristirahat dirumah dan mungkin Daisu sedang mengemis dijalan seperti biasanya.

Padahal, hari ini sangat cerah. Sepertinya akan bagus untuk berpiknik sambil menyantap hidangan yang ia masak sepenuh hati.

Setelah menangkap buruannya dan membereskannya, Riou kembali ke daerah tendanya didirikan. Ia akan memasak makan siang untuk dirinya karena berburu lumayan menguras tenaga dan membuat perut kosong.

"Hmm... Sepertinya kare akan enak untuk disantap hari ini." Gumam Riou berbicara sendiri. Sudah ia putuskan akan memasak kare untuk hari yang cerah ini, walaupun hari ini bukan Friday.

Kegiatan memasaknya berjalan seperti biasa. Suara pisau beradu dengan berbagai sayuran dan alas kayu terdengar bagai lantunan irama yang merdu. Kicauan burung yang bersarang di pohon dekat sana menambah kesyahduan acara memasaknya.

Aliran sungai terdengar melalui daun telinga bertindik itu. Sinar mentari cerah tak membuat hawa sekitar panas karena angin semilir yang berhembus membuat hawa menjadi sejuk. Benar-benar ia menyayangkan rencana pikniknya, tetapi mau bagaimana lagi, ia tak bisa berbuat jika tidak ada yang ingin ikut serta.

Karenya sudah matang dan siap disajikan. Aroma lezat dapat tercium sampai jauh. Kali ini Riou membuat kare kambing hutan. Bahan yang cukup normal untuk ukuran orang sepertinya.

Karena, ia kira akan ada yang ikut serta dalam piknik kecil-kecilanya. Jadi, dia berinisiatif membuat makanan dengan bahan yang lebih sering ditemukan di supermarket. Dalam diam ia mengetahui bahwa semua yang memakan masakannya sebenarnya tidak suka dan terpaksa. Sedih memang, makanya ia bertoleransi kali ini.

Tetapi tetap tidak ada yang datang.

"Hufff..." Riou menghela nafas. Ia akan makan karenya dan menyisihkan untuk kedua rekannya. Ya, siapa tau mereka akan senang setelah kare ini dihangatkan di markas. Apalagi dengan bahan yang tidak aneh seperti biasanya.

Ngomong-ngomong soal kare kambing hutan, Riou jadi mengingat bagaimana rasa masakan yang dimasak teman-temannya di kemiliteran dulu. Rasanya enak, namun bahannya bahkan lebih aneh dari yang ia pakai sehari-hari.

Hangatnya kebersamaan mereka semua menjadi kenangan yang menyenangkan hingga saat ini. Riou masih mengingat jelas bagaimana mereka berjuang bersama melawan tentara musuh. Dia dan teman-temannya pernah terluka agak parah juga waktu itu.

Ah, ia dulu diselamatkan oleh [Name]. Wanita itu, walaupun terlihat polos dan tidak tahu apa-apa, sebenarnya ia adalah dokter profesional yang tidak main-main kemampuannya. Setingkat dengan pemimpin Matenrou mungkin, agak sedikit dibawahnya kira-kira.

Sampai saat ini, bekas luka yang dijahit [Name] masih ada, tampak jelas jika kau melihat tubuh telanjang dada manusia blasteran ini. Banyaknya sayatan dan bekas tembakan yang cukup dalam hingga membuatnya sampai tidak sadarkan diri berminggu-minggu.

Ia masih ingat bagaimana kesadarannya yang tidak banyak saat itu melihat jemari lentik sang wanita yang menjahitnya dengan penuh kesabaran. Bagaimana wajah lelah yang tetap terlihat menawan tersebut memaksakan diri untuk mengobati tentara yang terluka sekian banyaknya. Ia ingat sekali saat ada kabar bahwa dirinya terluka, yang pertama kali datang dan mengobatinya adalah wanita bersurai [Hair color] itu.

Dirinya pun masih ingat bagaimana saat ia siuman, yang berada di sisinya adalah [Name] yang sedang ketiduran dilengan kanannya, menggenggamnya agar tetap hangat, seakan tidak mau melepaskan dan membiarkannya terasa dingin.

Wajah rupawan itu masih terlihat indah bahkan saat kedua mata tersebut memiliki kantung mata tanda lelah. Tampak damai saat sedang terlelap, berbeda jauh dengan sifat ceria dan ramahnya.

Akhir-akhir ini Riou jadi sering memikirkan wanita itu. Ia tak bisa menghilangkannya dari kepalanya, seakan tak ada hal lain yang dapat dipikirkan lagi. Entah apa yang dipikirkannya. Mungkin hanya sekedar pernasaran akan apa yang dilakukan wanita bernetra [Eye color] itu, atau bertanya-tanya sedang dimana dan bersama siapa perempuan itu.


Apakah akan menyenangkan mengajaknya piknik hari ini?


Menggelengkan kepalanya, pria berkepala hampir tiga itu membuang pikiran yang tiba-tiba muncul itu. Ia tahu [Name] pasti sibuk dengan profesinya sebagai dokter, walau mungkin tak sesibuk dokter khusus kemiliteran. Lagipula, akan mustahil mengajaknya berpiknik bersama, Riou bahkan tidak tau berapa nomor telepon atau alamat rumahnya, mengingat beberapa hari lalu saat ia bertemu dengan [Name] hanya sekedar kebetulan dan wanita tersebut sedang agak sibuk mengurus hewan taman kota. Mereka hanya dapat berbincang sebentar saja, sekedar bertanya kabar dan sedikit bernostalgia.

Ingin rasanya mengenal lebih dekat. Bagaimana keseharian sang mantan dokter kemiliteran tersebut? Apa yang ia lakukan saat sedang senggang? Apakah ia menjaga kesehatannya sendiri? Apakah ia mendapat tidur yang cukup dan tidak memaksakan dirinya sendiri? Dengan siapakah ia tinggal dan dengan siapakah ia bekerja sehari-harinya? Apakah ia aman?

Sepertinya, Riou akan menghabiskan waktunya dengan tidur diatas rumput dan berangan tentang teman wanitanya itu. Berangan rasanya berpiknik berdua di hutan yang rimbun dengan mentari menyinari cerah dan sejuknya angin bersemilir. Sepertinya ia akan mudah terlelap.





"Ah! Busujima-san!"




Baru mencoba terlelap, ia mendengar suara khas yang ia rindukan walau baru bertemu beberapa hari yang lalu. Sempat Riou berpikir mungkin suara itu hanyalah bayangannya saja yang sedang berangan, tetapi kenapa terdengar nyata?


"Busujima-san apa yang sedang kau lakukan disini?" Tanya suara itu lagi yang ternyata memang suara [Name]. Mantan tentara angkatan laut itu membuka mata dan sudah terbukti yang ia lihat bukanlah sekedar ilusi angan-angannya.

"Berpiknik." Jawab pria blasteran itu santai dan bangkit dari baringnya di rumput.

"Hee~? Berpiknik? Bolehkah aku ikut? Kebetulan saja aku membeli roti dan beberapa minuman dingin." Tanya wanita bermahkota [Hair color] tersebut menunjukkan kantung plastik yang berisi.




Ah, ternyata tidak mustahil mengajaknya berpiknik.


---

🄺🄴🄱🄴🅃🅄🄻🄰🄽Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang