18 | namanya sunwoo

1.8K 386 44
                                    

Sore ini, Chaeyoung tampak cantik dengan pakaian kasualnya yang dipadu dengan jaket denim.

Ya, sekiranya itulah yang dipikirkan Sunwoo saat melihatnya pertama kali.

"Hai, istriku!"

"Berisik!"

"Cantik banget. Istri siapa, sih?" Sunwoo menyender di pagar sambil tersenyum lebar. "Ya istriku, lah!"

Gadis itu memutar kedua bola matanya.

Sunwoo ini freak banget, serius! Dia yang nanya, dia juga yang jawab.

"Ini sepeda siapa?" tanya Chaeyoung yang baru menyadari bahwa Sunwoo sedang duduk di atas sepeda berwarna pink.

"Sepeda-"

"Hasil nyolong, ya?"

"Masa iya aku nyolong, sih, Yaaaanggg?" Pemuda itu merengut. "Aku minjem sepeda tetangga."

"Oh."

Chaeyoung segera duduk di jok belakang, namun Sunwoo tak kunjung jalan.

"Nunggu apa lagi? Buruan gowes!"

"Ya kamunya ngapain naik? Buruan turun!"

Chaeyoung turun, begitu juga dengan Sunwoo.

"Gak naik sepeda?"

"Enggak."

"Terus, ngapain dibawa sepedanya?" ujar Chaeyoung dengan nada gemas, gregetan, menahan emosi.

Seriusan, deh. Chaeyoung gak ngerti cara kerja otaknya Sunwoo!!!1!!!1!!

"Gak apa-apa. Didorong aja sepedanya, biar tanganku gak kosong soalnya gak ada yang bisa digandeng."

Kode.

"Oh, yaudah."

Sunwoo merengut, lagi.

"Yaaaanggg! Kamu gak peka banget, sih!"

"Jadi jalan gak, sih?"

"Jadi," jawab Sunwoo dengan ketus.

Tanpa bertanya, Chaeyoung sudah bisa menebak tujuan Sunwoo. Jawabannya adalah tidak ada.

"Sunwoo, kita mau ke mana?" tanyanya, iseng.

Chaeyoung berani bertaruh, Sunwoo tak pernah memikirkan destinasi yang akan dituju. Ia sangat random.

"Ke neraka."

Nah! Benar, kan?

Ini aneh, tapi benar adanya. Walaupun Sunwoo sering bertingkah tidak jelas, Chaeyoung tetap menerima ajakannya untuk jalan-jalan sore.

Biasanya Sunwoo mengajak Chaeyoung keliling kota, tetapi tidak untuk hari ini.

Keduanya sedang berada di mall, lebih tepatnya di toko kecantikan.

"Sunwoo, gue boleh minjem tangan lo, kan?"

"Boleh!" jawabnya dengan antusias.

Hm. Ternyata, sudah selesai ngambeknya.

Chaeyoung tersenyum, Sunwoo balas senyumannya.

Gadis itu mengambil beberapa lipstik dengan warna yang berbeda, kemudian ia goreskan di lengan pemuda itu.

Sunwoo tak menolak, ia justru bersorak dalam hati karena Chaeyoung memegang tangannya.

Sayang sekali, gadis itu terlalu sibuk untuk sekadar melihat ekspresi Sunwoo.

"Kamu suka ke sini, Yang?"

"Iya, suka banget."

"Kalau udah kerja, aku bakalan beliin kamu toko kayak gini. Kalau mau, sekalian sama penjaga kasirnya."

"Makanya cepet gede biar bisa kerja."

"Percuma kalau aku kaya, tapi gak ada kamu. Kalau begitu, kamu harus selalu sama aku. Oke?"

"Oke!"

Detik itu, tangan Chaeyoung berhenti. "HAH? APA?" pekiknya.

Sunwoo cengengesan.

"Kok lo anteng aja, sih? Gue pikir, lo bakalan marah-marah."

"Kenapa harus marah, sih, Yaaanggg? Aku kan jarang ngeliat kamu seseneng ini."

Untuk kesekian kalinya, Sunwoo berhasil membuat Chaeyoung tak berkutik.

Matahari sudah kembali ke singgasananya ketika Sunwoo mengantar Chaeyoung pulang.

"How was your day, Darl?"

"So-so, Mam."

"Tadi, pergi sama Lino? Emangnya dia gak balik, gak kuliah?"

"Bukan."

"Terus, sama siapa? Cewek atau cowok?"

"Ada, deh!" Chaeyoung tersenyum jahil.

"Siapa, sih? Kenalin, dong!"

"Aku ngantuk," katanya sembari membuka pintu kamar. "Good night, Mam!"

Sebelum menutup pintu, Chaeyoung terdiam sebentar.

"Mam!"

Mamihnya menoleh, Chaeyoung tersenyum manis.

"Kalau gak mau ngasih tau, jangan bikin kepo!"

Chaeyoung kembali ke ruang tamu, lalu meletakkan sebuah foto.

Chaeyoung kembali ke ruang tamu, lalu meletakkan sebuah foto

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tanpa ragu, ia membuka mulutnya. "Namanya Sunwoo."

Asik, dikenalin! Kalau Sunwoo tau, mungkin dia salto kegirangan.

[4] Dear Darling - Sunwoo ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang