13

2.3K 120 3
                                    

Kamu adalah senja, dan itu dia masalahnya. Kamu dicintai semua orang, tak hanya aku.

🥀🥀🥀

Re mencari namanya di mading, dan dia menemukan namanya terdapat di kelas X-IPA 1. Namun Re harus menghela nafas kasar, karena ia juga sekelas dengan abang serta sahabat abang nya itu.

Tengah asik memperhatikan nama-nama yang tertempel di mading. Sebuah tangan besar menepuk bahunya pelan, Re hanya menengok tanpa mengatakan apapun.

"Kita sekelas kan Re?" tanya orang itu kepada Re, tanpa melepas tangan nya pada bahu Re

Re menyingkirkan tangan itu dari bahunya "baca!" setelah mengucapkan itu, Re memilih mencari kelasnya.

"Anjir hobi banget ninggalin dah. Untung sayang" gumam orang itu sendirian

"Gas, kita sekelas gak?" tanya Dilan kepada Bagas saat sudah sampai di depan mading

Yang tadi memegang bahu Re dan bergumam sendiri itu memang Bagas Brahmana.

"Iya sekelas semua kita. Lo, gue sama Re" ucap Bagas menjelaskan dengan raut wajah murung

Dilan mengerutkan dahi bingung, seharusnya Bagas senang karena mereka sekelas. Namun mengapa sekarang ekspresinya malah sebaliknya.

"Lo kenapa sih Gas? Mukanya begitu amat. Udah jelek makin jelek dah" ucap Dilan dengan ejekan nya

"Adek lo ninggalin gue mulu! Kan sedih hati abang dek" jawab Bagas dramastis

Dilan melongo dan terbahak. "Elah gitu doang baper lo nyet! Udah ayo cari kelas kita" ucap Dilan setelah tawanya mulai mereda

Bagas hanya mendengus kesal namun mengikuti Dilan juga.

🥀🥀🥀


Setelah mengelilingi sekolahan, akhirnya mereka menemukan kelasnya yang berada di lantai satu persis disebelah mading yang tadi mereka lihat.

Terus untuk apa sampai mengelilingi sekolah?

Jawaban nya adalah, Dilan ingin tebar pesona kepada para siswi. Padahal tanpa mereka melakukan tepe-tepe, siswi di SMA Garuda sudah tahu siapa mereka.

"Lan gue merasa bodoh punya sahabat kaya lo" ucap Bagas di depan pintu kelas mereka

Dilan menaikan alis "Maksudnya apa nih?"

"Kelas kita ada disebelah mading bego! Terus ngapain tadi kita ampe kelilingin sekolah!" teriak Bagas frustasi

Dilan terkekeh melihat sahabatnya frustasi "Kan sekalian tepe-tepe elah Gas"

Bagas menghela nafas kasar "Tobat gue punya cakapar kaya lo!" setelah mengucapkan itu, Bagas langsung memasuki kelas dan mencari tempat duduk Re.

Ternyata Re memilih duduk di barisan tengah, yang kebetulan di belakang Re masih kosong. Jadi dia berjalan ke arah Re.

"Re gue duduk di belakang lo ya" ucap Bagas meminta izin padahal tidak izin pun tak apa

Re hanya menatap sekilas lalu melanjutkan aktivitasnya membaca novel.

Tak lama Dilan datang dan duduk di sebelah Bagas "Gas, gak paling belakang aja duduk nya?"

Bagas menggeleng "Disini aja sayang"

Dilan yang mendengarnya bergidik ngeri lalu melihat adiknya yang sedang asik dengan kegiatan nya.

Tet tet tetttttttttttt

Suara bel berbunyi, tak lama seorang wanita paruh baya memasuki kelas dengan senyum kecilnya.

"Selamat pagi anak-anak!" ucap guru itu setelah sudah berdiri di samping meja guru

"Pagi bu!" jawab murid dengan serentak dan semangat, mengingat hari pertama mereka resmi menjadi murid SMA Garuda.

"Baiklah, pertama saya mengucapkan selamat datang di SMA Garuda" ucap guru itu dengan senyum lebar nya

Yang disambut dengan tepukan tangan oleh para siswa siswi.

"Nama saya Bu Rini. Saya wali kelas kalian. Dan saya kesini ingin berkenalan dengan kalian semua"

Kemudian Bu Rini menatap siswa yang berada di dekat pintu kelas "Dimulai dari kamu" tunjuk Bu Rini.

Siswa itu berdiri dengan senyumnya bermaksud tebar pesona kepada siswi dikelasnya "Nama saya Iqbal, bisa dipanggil sayang juga" 

Bu Rini yang mendengar siswa nya berkenalan seperti itu, hanya menggelengkan kepalanya disertai dengan senyum kecil

"Huuuuuuh" semua murid kompak menyoraki Iqbal sedangkan Iqbal hanya tersenyum saja.

Tiba lah giliran Re berkenalan, Re berdiri dengan raut wajah datar membuat orang yang melihatnya jadi merasa takut "Relina" ucap Re singkat kemudian Re kembali duduk

"Eh anjir singkat bener"
"Itu yang lagi jadi trending topic sekolah kita kan?"
"Weh kita sekelas sama bule ternyata"

Bisikan-bisikan murid X-IPA 1 membuat kelas menjadi ricuh.

Bu Rini yang melihat situasi semakin gaduh langsung bertepuk tangan bermaksud menyuruh mereka berhenti "Tenang anak-anak! Mari lanjutkan perkenalan nya"

Citra yang memang duduk disamping Re langsung berdiri "Nama saya Citra. Tapi bukan Citra Scholastika" ucap Citra dengan gurauan nya membuat yang lain nya tertawa

Kemudian siswa dibelakang Re berdiri dengan gaya tengilnya "Nama saya Bagas Brahmana, calon pacar saya Re, sahabat gila saya Dilan. Oh iya, jangan manggil saya sayang nanti ada yang marah. Terimakasih" ucap Bagas memperkenalkan diri nya panjang kali lebar disertai dengan senyum lebar nya sampai pipinya yang bolong terlihat jelas.

Dilan yang mendengar sahabatnya berkenalan seperti itu terkekeh kecil, berbeda dengan Re. Dia menatap tajam ke arah Bagas, namun dibalas Bagas dengan senyum manisnya.

"Eh anjir, manis banget senyumnya kaya gula"
"Yah udah mau taken"
"Dia yang katanya nikung temen nya bukan sih?"
"Cogan njir"

Kegaduhan kembali terjadi, namun Bu Rini dengan cepat membuat mereka diam lagi.

"Lanjutkan" perintah Bu Rini dengan tetap tersenyum

Dilan berdiri dengan senyum nya "Nama saya Dilan. Tapi bukan Dilan yang Jangan rindu, berat. Biar aku saja. ---"  Dilan menarik nafas sebentar lalu melanjutkan ucapan nya

"Kalo saya Dilan yang, Rindu aja gak papa. Kamu ini yang berat bukan aku" ucap Dilan memperkenalkan diri dengan mengutip sebuah kalimat yang pernah viral pada masanya dan membuat kalimat nya sendiri.

Murid murid terkekeh mendengarnya berbeda dengan Bu Rini yang memperhatikan Re dan Dilan secara bergantian.

Lalu Bu Rini tersenyum "Dilan dan Relina kembar ya?" tanya Bu Rini kepada mereka

Sontak murid X-IPA 1 menunggu jawaban dari keduanya. Memang wajah mereka sangat mirip. Yang berbeda hanya sifat mereka saja.

"Iya bu, kami memang kembar. Re adik saya" jelas Dilan sekaligus mengklarifikasi gosip bahwa dia dan Re berpacaran.

Bagas tersenyum lega sedangkan Re tersenyum kecil bahkan jika orang lain yang melihat tidak akan terlihat bahwa dia tengah tersenyum.

"Jadi lo adeknya Dilan, Re?" tanya Citra heboh disertai dengan wajah cengonya

Re menatap Citra lalu mengangguk pelan.

"Eh anjir, kakak adek ternyata"
"Pantesan mukanya mirip! Gue kira emang jodoh"
"Masih ada kesempatan deketin abangnya uy"
"Cogan juga dong"
"Dia mah yang pingsan dilapangan pas MOS kemaren"

Begitulah bisik-bisik di kelasnya yang membuat Dilan, Bagas serta Re harus terbiasa mendengarnya.

🥀🥀🥀

Selamat membaca.

Kayanya ini part terpanjang yang gua bikin :)

Dilan's ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang