1. Tragedi Desa Asdiva '2602 Mosura'

7 0 0
                                    


Lari, lari, dan lari. Hanya kata-kata itulah yang dapat dia dengar. Suara ketukan kaki orang-orang perdesaan berbunyi begitu jelas. Ribuan orang berlarian. Teriakan dan pekikan ketakutan memancar dari berbagai arah. Tak hanya itu, suara burung-burung pun rasanya menyiksa. Bayi-bayi menangis tak tahu alasannya. Suara terbakar ada di luar sana. Rasa takut menyelimuti hati Felio . 'ada apa di luar sana?' pikir Felio.

Felio benar-benar takut. Dia tak ingat sedikit pun mengapa dia berada di dalam sebuah kotak buah berbhan kayu berlubang-lubang. Meski berlubang-lubang Felio tetap saja tak dapat melihat kondisi di luar kotak. Dia pun menggeprak-geprak sisi-sisi dalam kotak kayu tersebut. Akan tetapi, tak ada respon. Felio merasakan udara yang udara di dalam kotak memanas. Tak tahu seberapa tidak mengenakannya di salam sana. Rupanya kalau dilihat dari luar. Ternyata Felio berada di tepi jalannan pasar di sebuah tenda toko buah. Dan dia sama sekali tahu apa-apa yang terjadi sebelumnya.

Desa terbakar- berapi-api. Ketakutan menyelimuti seluruh desa. Di desa bernama Asdiva. Desa tepi pantai, desa pelabuhan yang dipenuhi nelayan dan petani rumput laut yang biasa bertugas menyuplai pasokan hasil laut utuk negeri Nenira. Desa nelayan ini luluh lantah terbakar.

Kain hitam yang menutupi kotak buah berisi Felio terkena bara-bara api kecil dari langit-langit teras sebuah rumah yang terbawa oleh hembusan angin. Kian lama bara-bara api kecil tumbuh membesar, terlahaplah kain berwarna hitam itu. Sebagian kain telah terbakar hangus. Lubang-lubang kecil kotak buah dapat menghantarkan cahaya dari luar dan segala penampakn yang ada di luar sana. Felio pun dapat mengintip lari lubang-lubang kecil dari dalam kotak buah. Dia melihat ke berbagai lubang. Dia menyadari bahwasannya dia tengah berada di sebuah toko buah. Saat dia mengintip terlihat di salah satu sudut toko ada seseorang bertubuh gempal sedang berlindung di bawah keranjang buah besar tengah ketakutan.

"Hei kau! Bisakah kau tolong aku?" kata Felio

"Hah!"

"Tolong!" teriak Felio pada lelaki bertubuh gempal itu

"Apa? Tolong? Kau tak bisa lihat kah? Aku saja sedang kesusahan begini kau malah minta tolong... Terkutuklah Maruta Asula!" balas si lelaki gempal

"Siapa? Maruta Asula? Siapa dia? Aku sama sekali tak tahu apa yang terjadi kawan! Siapa namamu kawan?"

"Ah iya. Kau hanya bocah. Pasti kau baru sepuluh tahun." Balas si lelaki gempal dengan senada sedikit meendahkan pada Felio yang berusia sepuluh tahun. "Namaku Boru, dan kau siapa?" Tiba-tiba sebuah batang kayu yang terbakar jatuh di hadapan Boru yang sedang tengkurap. "Akh... keparat!"

"Aku Felio."

"Hah. Felio? Sungguh Felio? Coba keluarkan suaramu lagi" nada bicara Boru menandakan dia kaget. Boru tahu sesuatu.

"Felio, benar Felio. Apa aku salah?" Kata Felio. Tiba-tiba Boru bangkit dari bawah keranjang buah. Felio bingung melihatnya. Boru yang tiba-tiba beringas menyingkirkan benda-benda yang menghalanginya untuk menyelamatkan Felio. Api-api menjilat-jilati pakaian dan kulitnya. Wajahnya pun tampak kotor karena abu kayu yang berterbangan. Felio menyaksikan Boru yang tengah luntang-lantung mendekatinya dengan menerjang sisi-sisi jalan berapi. "Boru! Ada apa?"

"Tenang, aku akan menyelamatkanmu! Ini akan jadi jalan suciku padamu, pangeran Felio!" Boru menyingkapkan kain hitam terbakar dari atas kotak buah dan segera membuka mengangkat balok-balok kayu yang menahan pintu kotak kayu. "Akh!!! ... Akh!!! Sakitnya, ekhhh!" Boru terkena jilatan-jilatan api besar di kulit lengannya.

"BORU!" kata Felio ketika berhasil keluar dari dalam peti kayu. "Boru, kau terluka."

"Tak apa, Felio. Aaa... terkutuklah Maruta Asula" Luka bakar Boru semakin menyakitkan. Boru pun tiba-tiba terjatuh ke muka jalan. "Aaa... Pangeran.. cepat! PERGILAH! Seluruh warga sudah pergi ke pelabuhan. Ikuti jalan ini. Mereka semua sedang menyelamatkan diri ke tengah laut. Tolong balaskan dendamku. Si berengsek Maruta lah yang telah mengambil semuanya dariku!" Dengan wajah pucat Boru tampak memendam kesedihan. Air matanya mengalir.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 30, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Indora: Keruntuhan DogradaWhere stories live. Discover now