4. Adu Mulut

132 33 1
                                    

"Melihat kalian bertengkar ada rasa tak enak dalam diriku. Hanya dengan berpura-pura tidak tahu untuk menyembunyikan perasaanku."

Happy Reading★♡


Setelah diantar pulang oleh Nadin, Kaila segera masuk ke dalam rumahnya, mengetuk pintu dan berucap salam.
"Assalamualaikum ma, Kai pulang," ucapnya sedikit tinggi.
Namun Kai tak mendapati ada yang menjawab salam, suasana dirumah hening bagai rumah tak berpenghuni. Ia melihat ke setiap ruang di rumahnya, ia tak mendapati mamanya. Kaila berjalan keatas, menaiki anak tangga menuju kamarnya. Namun, disana juga tak ada siapa-siapa. Setelah ia menyimpan tasnya, ia segera menuju kebawah menuruni anak tangga.

Yang pertama ia tuju adalah kamar Tina, mamanya. Ia mendapati kamarnya yang tak tertutup rapat, ada secelah ruang untuk Kai bisa melihatnya. Lalu Kaila mengintip dari pintu itu. Ia terkejut, melihat mamanya sedang menangis tersedu di atas ranjang dengan posisi terduduk menekuk lututnya. Kaila yang melihat itupun langsung menghampirinya.
"Ma.. mama," ucap Kai sembari mendekatkan dirinya kepada Tina mamanya.
  Tina yang mendengar suara anaknya itu langsung menghapus air matanya agar tak terlihat sedih di depannya.
"Heii, kamu sudah pulang? Sejak kapan kamu disini?" Tanyanya sambil memperlihatkan seyum paksanya.
"Sejak tadi," ucapnya datar lalu, "kenapa mama nangis?" Tanyanya penasaran.
"Hahh, kamu ada-ada saja mama hanya kelilipan, mata mama perih jadi keluar airnya. Mama tidak menangis," jawabnya seraya memperlihatkan matanya yang katanya kelilipan itu.
"Mama gak bohong kan?"
"Enggak sayang, mama gak apa-apa. Sekarang kamu mandi ya ganti baju, terus makan," ucapnya sambil mengelus rambut Kaila.
Kaila pun menganggukkan kepalanya berarti setuju. Tapi ia masih kepikiran mamanya, ia tahu jika mamanya itu sedang berbohong kepadanya. Kailapun beranjak menuju kamarnya.

Sedang Tina mamanya, hanya termenung sambil mengingat sesuatu.

|Flashback on|
"Bi Minah," panggil Tina kepada asisten rumah tangganya itu.
"Iya bu, ada yang bisa saya bantu?" Jawabnya langsung menghampiri.
"Saya akan pergi ke supermarket untuk membeli keperluan dapur, kamu tolong jaga rumah ya."
"Baik bu," jawabnya patuh.
"Saya berangkat dulu, Assalamualaikum."
"Waalaikum salam, hati-hati bu."

Setelah sampai di supermarket itu, Tina segera memasuki toko itu. Setelah ia selesai berbelanja, pandangannya tertuju kepada seorang laki-laki yang begitu ia kenali. Dia sedang digandeng oleh perempuan seumurannya. Mata Tina terbelalak melihat suami yang kini ia sayangi telah menghianatinya. Tina menahan sedihnya yang kini sudah berada di pelupuk matanya, tak lama pandangannya kabur dan saat mengedipkan mata perlahan air mata membasahi pipinya. Ia langsung sesegera mungkin menghapusnya. Dan ia langsung menghampiri suaminya yang sedang bermesraan itu.
"Permisi," ucap Tina kepada sepasang kekasih didepannya. Keduanya menoleh kaget.
"Tii---nnaa?" Ucap lelaki itu sembari gugup dan tercengang melihat istri sahnya.
"Iya ini aku Tina istri kamu."
   Perempuan yang kini disebelah Renopun hanya tertunduk, seolah dia menjadi korban.
"Tina, aku bisa jelasin ke kamu. Ak---," ucapnya terpotong Tina.
"Udah, gak usah dijelasin aku mau pulang. Selamat bersenang-senang!" Ada tekanan disetiap kata yang diucapkan Tina.
Tina yang kini melenggang pergi meninggalkan keduanya. Bersamaan dengan isakan tangis yang ia sembunyikan. Selama dalam mobilnya, ia masih teringat kejadian yang sangat menusuk hatinya. Hingga ia sesampainya dirumah terus mimikirkan hal itu.

|Flashback off |

Air mata Tina terus meluncur membasahi wajahnya. Sudah sedari tadi ia terisak dalam tangisnya. Bayangan itu terus menghantuinya.
"Aku tak rela bila kau harus meninggalkanku," lirihnya dalam hati.

Sedangkan Kaila hanya menatap keluar jendela bersamaan dengan lamunannya, ia terpikir dengan keadaan ibunya yang sedari tadi tidak keluar kamar. Jam juga sudah menunjukkan pukul 20.30, dan Reno papa Kai belum kunjung pulang. Membuat feelling Kaila merasa tidak enak.
"Mama kenapa? Jangan sedih, kalo mama sedih Kai juga ikut sedih ma," lirih benak Kaila.
Kaila yang tadi menyebut nama mamanyapun segera tersadar dari lamunannya. Ia ingin melihat keadaan mamanya, dan segeralah Kaila keluar dari kamar menuruni anak tangga menuju kamar mamanya itu.
Beberapa langkah lagi Kai akan sampai di kamar itu, namun ia segera berhenti saat mendengar percakapan dua orang dari dalam kamar mamanya itu. Ia tersentak, ia takut. Kaila yang sedari tadi mematung di dekat pintu kamar mamanya, perlahan mengeluarkan air bening dari matanya, membasahi pipi mulusnya. Keadaan menjadi hening, setelah yang berbincang di dalam kamar terdiam tanpa suara, dan hanya isakan tangis yang terdengar di dalam sana. Kaila yang tak kuat akan hal itu segera berlari menuju kamarnya, sembari terus mengeluarkan air bening dari matanya. Ia langsung mengunci pintu kamarnya rapat-rapat, ia teringat tentang kejadian tadi yang tak sengaja terdengar olehnya.

| flashback on |

"Dari mana saja kamu, jam segini baru pulang?" Ucap Tina kepada Reno suaminya.
"Ouhh pasti kamu sudah bersenang-senang dengan perempuan tak tahu diri itu kan?" Ucapnya lagi diiringi isakan tangis.
"Kenapa kau diam saja? Kau tidak punya mulut? Hahhh kau benar-benar tidak punya mulut!" Ucapnya lagi dengan nada sedikit tinggi.
"Mana penjelasanmu? Katanya kau mau menjelaskannya, tetapi kau malah bungkam seperti patung tak bernyawa. Ayo bicara cepat bicara!" Katanya sambil memukuli lengan suaminya.
Reno yang geram dengan sikap istrinya itu hanya kebawa oleh nafsunya dan melayangkan tangannya tepat di pipi kanan Tina.
Pllaakk ....
Dan speechles Kai yang berada disitu tersentak. Mengapa bisa papa yang begitu menyayanginya memukuli istrinya sendiri.

"Kamu tidak seharusnya berbicara seperti itu Tina!" Ucap Reno dengan nada yang tinggi.  Membuat Kaila yang ada di luar mendengarnya ketakutan.
"Dan kau seharusnya tidak menamparku Reno!" Kata Tina yang tak kalah tinggi nadanya.

Bagai tertampar omongan Tina, Reno sadar atas apa yang dilakukannya. Membuat laki-laki itu diam seribu bahasa, menatap Tina yang menangis di hadapannya.
Dan Kai tak sanggup mendengarnya lagi.

| flashback of |

Kini Kai menatap sedih kearah langit-langit kamarnya. Meratapi kesedihan yang dialami mamanya dan juga dirinya.
"Ma.. Kai sayang mama, Kai gak akan ninggalin mama. Begitu juga mama yang akan selalu bersama Kai," ucapnya pelan.
"Ma.. ternyata papa gak sayang kita, papa malah nampar mama. Kaila takut ma, Kaila benci papa ma. Kaila gak sayang papa," lirihnya lagi pelan.

Ia yang biasanya selalu belajar seketika itu tidak dilakukannya. Karena mengingat esok tidak sekolah dan kejadian yang menimpa mamanya kali ini, membuat dia lupa akan tugasnya sebagai seorang pelajar. Keheningan terus meluas seisi ruangan itu, Kaila yang kini berbaring di ranjangnya terus menerus mengeluarkan air matanya, namun tiba-tiba kepalany terasa berat, pusing yang dirasakannya saat ini. Karena ia telah banyak mengeluarkan air mata, matanya juga sangat sembab. Dan perlahan Kaila tertidur, terlelap dalam tidurnya.

||||||||||||||

Haii!! Terus baca kisah Kaila selanjutnya yaa, yang pasti bakalan seru deh ') . Jangan lupa vote★★★★★, komen, dan follow yaa!!

Maaf kalo gak nyambung, masih tahap belajar akunya')
Terimakasih sudah mau membaca kisah Kaila ku.

 
31-05-2019

Selamat Malam💟

KAILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang