PROLOG

384 78 32
                                    

"Senja indah ya?"

Aku menengadahkan kepala yang masih terfokus pada indahnya senja, "Hm".

"Gimana ya kalau ini benar-benar menjadi senja terakhirku bersamamu?", ia melanjutkan perkataannya.

"Maksud kamu?" aku menoleh perlahan, menatap mata lelaki yang tepat berada di sampingku.

Perkataannya membuat keindahan 59 detik lalu berakhir sudah.

"Nanti malam aku boarding." suasana di rumah pohon itu seketika membeku.

"Kemana?"

"Nggak akan lama kok. Aku akan baik-baik aja, Fi."

Sial. Dia bahkan tidak menjawab pertanyaanku, "Tapi kamu mau pergi kemana, Jim? Aku ikut ya?"

"Nggak bisa, Fi. Kamu harus tetap di sini. Ada suatu hal yang nggak bisa aku jelasin ke kamu."

Bodoh. Aku menangis.

"Kenapa Jim? Kamu mau kemana sebenernya? Berapa lama? Aku sama siapa terus? Jim. Jangan pergi."

Dalam hitungan sepersekian detik, senja berganti menjadi gelapnya malam dan menjadi pelukan termenyakitkan untuk detik keberikutnya. Pelukan akan rasa takut kehilangan dan tidak ingin ditinggalkan.

Jimmy masih memelukku, "Senja akan menjagamu, Fi. Layaknya aku menjagamu di setiap harinya dan seperti hari-hari sebelumnya. Aku akan datang lagi layaknya senja. Tapi mungkin tidak untuk esok ataupun lusa."

"Bodoh. Kenapa kamu harus hancurin perasaanku di waktu senja, Jim?" Aku memberhentikan perkataanku dan melepaskan diri dari pelukan yang entah akan menjadi pelukan terakhirnya itu, "...,aku benci kamu, Jim. Aku benci senja. Dan aku benci semua hal yang sudah kita lalui bersama."

Hari ini, senja menjadi hal yang paling menyakitkan di seluruh dunia.

Aku segera turun dari rumah pohon yang penuh akan kenangan itu. Jimmy ikut turun mengejarku. Lalu meraih tanganku dan kembali memberikan sebuah pelukan untuk kedua kalinya.

Aku senang ia memelukku, tapi tidak untuk hari dan kesempatan kali ini. Aku menghempaskan badannya, "Stop Jim. Semakin kamu memberikan pelukan itu. Kamu justru akan semakin menyakitiku. Jadi aku mohon, sudah cukup, ini sudah cukup menyakitiku. Kalau kamu mau pergi, yasudah pergi saja. Cepat atau lambat, aku akan terbiasa. Jangan pernah kembali Jim jika tidak ingin menyakitiku lebih dalam lagi. Sudah, persahabatan kita selesai."

Jimmy hanya bisa membeku. Entah, kata-kataku tadi semenyakitkan apa. Aku tidak peduli. Aku segera berjalan pergi menjauh darinya.

"Fi. Tunggu." Jimmy memanggilku dengan nada lirih. Bodohnya, aku berhenti berjalan dan ikut membeku di tempat.

"Happy Sweet Seventeen, Fi. Wish you all the best." nadanya masih lirih dan datar.

Sial. Aku segera menghapus air mataku yang tidak bisa berhenti mengalir. Tiga detik berikutnya aku melangkah lagi, menjauh pergi, dan menolak kembali.

Hellow!!! I'm hyuman.
Gimana ceritanya? Gajelas ya?
Sabar masih prolog (berikutnya pasti tambah gajelas nih)

Kalau kalian suka jangan lupa klik vote yaa dan kalau kalian penasaran sama kisah-kisah berikutnya comment aja di comment section. Oh iya, comment juga apa yang kalian rasain ketika kalian baca cerita ini? (walaupun yang kalian rasain juga gajelas)

So, gimana? Lanjut or unpublish nihh? Comment ya zeyenk ♡♡♡

See ya on the next chapter!!!!

euneirophrenia [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang