58-Welcome Jogja

7.6K 474 34
                                    

JANGAN LUPA TINGGALIN JEJAK CINTAMU ❤

"Saat dia kecewa tapi masih diam, adalah jenis rasa sabar yang paling luar biasa."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

"Kita makan dulu ngapa? Laper bat gua." Adu Sava dari jok paling belakang. 

Perasaan dia yang paling banyak ngemil terus tidur. Dan sekarang dia juga yang ngadu minta makan lebih dulu.

Semua orang menggelengkan kepala menatap Sava.

"Laper, gak?" Tanya Pagi pada Senja yang duduk di sampingnya. Mendampinginya menjadi supir utama dalam perjalanan mereka ini.

Senja mengangguk, barulah Pagi mencari tempat untuk makan.

Sava memasang wajah malasnya, "Giliran gue aja yang bilang... Gak ditanggepin. Eh?!! Giliran si Senja? Cusss deh -- langsung berhenti TEPAT DI DEPAN RESTORAN MEWAH!!" Heboh Sava sambil mencebik kesal.

Pagi menaikkan sebelah alisnya, melirik Sava dari kaca. Sedangkan yang lain. Senja, Pandu dan Abigail yang ada di bangku tengah terkekeh melihat cewek itu.

Pandu menepuk-nepuk pucuk kepala Sava dengan sepenuh hati... kuatnya.

"Cup!Cup!Cup! Udah gak usah ngambek. Nanti kalo gue supirnya, lo mau berhenti dimana aja dan kapan aja juga gue jabanin. Gak usah cemberut gitu. Mereka itu emang alay, gue aja jijik liatnya. Najisqun!" Ucap Pandu. Malah mengkompor-kompori.

"Kalo gitu gimana kalo kita suruh si Pagi aja yang bayar makan?" Celutuk Abi tiba-tiba.

Panji menatap Abi dengan alis terangkat.

Sava berteriak heboh, "SETUJU DONG GUE!!" Serunya. Dan langsung diangguki semua orang kecuali Senja.

Cewek itu menatap Pagi yang juga menatapnya.

"Tunggu! Tunggu! Kok Pagi yang bayar sih? Gak bisa gitu dong?!" Ucapnya membuat semua orang bingung.

"Kenapa gak bisa?" Bingung Sava.

You'll also like

          

"Yah... kan Pagi itu belum kerja. Duitnya juga masih duit orang tua. Apalagi tempat ini pasti mahal. Kalian bayar masing-masing aja deh." Ucap cewek itu. Pelit sekaligus tak enak hati dengan Pagi.

Pagi tersenyum geli memperhatikan wajah lucu Senja.

"Ya elah, Sen! Pagi mah anak konglomerat. Mau bayarin makan se-Indonesia juga kagak bakalan habis hartanya. Lagian dia juga biasa kok bayarin makanan kita." Ucap Sava enteng. Tak tau malu.

"Tapi kan... Kalian juga punya duit?! Ihh masa kaya-kaya doyannya yang gratisan sih?!" Oceh Senja. Semakin membuat Pagi gemas.

Pagi, Panji dan Pandu saling lirik dan menaikkan sebelah alinya.

"Udah biar gue yang bayar. Dia masih pemegang. Belum pemilik dompet gue seutuhnya." Ucap Pagi. Senja mencebik membuat Pagi mencubit pipinya gemas.

"Tapi awas kalo makannya banyak-banyak!" Senja menatap tajam pada kedua pasangan itu. Padahal temannya sendiri juga.

Dasar Senja!

Pagi terkekeh pelan lalu menarik kepala Senja untuk berjalan di sampingnya.

"Dasar pelit lo Se! Belum jadi istri Pagi aja udah pelitin kita! Apalagi jadi istrinya? Bisa-bisa kalo bertamu kita cuma dikasih aer putih sama kerupuk doang." Cibir Sava membuat yang lain terkekeh.

*** 


"Mau minum?" Tawar Senja pada Pagi yang fokus menyetir.

Pagi menggeleng. Menolak dan Senja hanya mengangguk kecil.

Cewek itu lalu membuka satu makanan ringan yang mereka beli untuk dimakan di jalan.

"Mau?" Tawar Senja lagi sambil menyodorkan kripiknya pada Pagi.

Pagi melirik makanan itu lalu Senja. Cowok itu memajukan sedikit wajahnya.

"Suapin?" Tanya Senja. Pagi mengangguk singkat membuat penghuni jok belakang seketika memasang muka penuh kejijikan memperhatikan sepasang kekasih itu.

"Kalo ngantuk tidur aja." Suruh Pagi setelah melihat Senja yang tampak lelah dan beberapa kali menguap sambil bergerak tak nyaman.

Senja melirik ke belakang. Keempat orang itu pun sudah tertidur pulas. Lalu Senja memiringkan tubuhnya pada Pagi, "Nanti kamu temennya siapa?" Tanya cewek itu. Padahal wajahnya sudah jelas-jelas ngantuk berat.

Pagi mengelus kepala Senja lembut, "Gak papa. Udah tidur aja." Suruh Pagi lagi. Senja tampak berfikir beberapa lama lalu cewek itu mengangguk.

"Siniin kakinya, biar gak pegel." Suruh Pagi lagi. Senja ingin menolak. Takut Pagi yang malah kesusahan nyetirnya. Tapi cowok itu menatap Senja seakan memberi peringatan kalau dia tak mau dibantah.

Senja pasrah lalu meluruskan kedua kakinya ke atas kaki Pagi, tak lupa cewek itu memakai selimut menutupi tubuhnya lalu tertidur dengan tangan Pagi yang masih betah mengelus rambutnya lembut.

"Si Senja udah tidur?"  Tanya seseorang dari jok belakang. Panji.

Pagi berdehem pelan mengiyakan pertanyaan Panji. Yang mungkin tidak tidur sedari tadi.

"Lo ngajak Xania, kan?" Tanya Panji  tiba-tiba. Atau sudah tahu lebih tepatnya.

"Gue gak mungkin ada di sini sekarang kalo dia gak ikut. Setidaknya gue punya alesan supaya gue bisa bebas. Walau gue tau ini salah."

"Jadi gimana lo bakal ngatasi keadaan di sana nanti?" Tanya Panji lagi. Yang jelas-jelas mengkhawatirnkan keadaan Pagi.

"Awalnya gue juga bingung. Tapi ada Saga dan Kalya juga. Yang katanya bakal nge-handle semuanya. Entahlah, Ji." Ucap Pagi. Disertai helaan napas beratnya.

Senja Pagi [Completed] ✔️Where stories live. Discover now