Chapter 1

1K 18 0
                                    

Pelajaran yang begitu membosankan bagi pemuda yang sedang menelungkupkan kepala di antara lilatan kedua lengannya. Sudah dua jam berlalu tetapi tidak membuat sang guru lelah berbicara,menjelaskan materi - materi di depan kelas. Selama itu juga ia tertidur pulas tanpa bergerak dari posisi awal. Semalaman ia tidak tidur karena harus lembur bekerja. Ia tidak akan menyia - nyiakan waktu tidur yang sangat berharga ini.

Mana peduli jika ada guru,toh guru saja tidak berani membangunkannya. Padahal ia tahu jika salah satu anak muridnya sedang terlelap.

Ia tahu apa yang akan terjadi membangunkan Ardian jika sudah terlelap seperti ini. Lebih baik ia biarkan saja,dari pada harus menanggung akibatnya.

Ardian sedikit menggoyangkan kepala di antara lipatan lengan,kebiasaannya ketika bangun tidur. Kemudian mengangkat kepala,mengerjapkan mata beberapa kali guna menyesuaikan cahaya masuk melalui retina. Mengusap wajahnya dengan telapak tangan lalu merapikan rambutnya yang sedikit berantakan.

Ardian melirik jam tangan yang bertengger di lengan sebelah kiri,jam sudah menunjukkan pukul 10.10. Sudah cukup baginya untuk waktu tidur siang ralat pengganti tidur malamnya.

Ia bangkit dari bangku yang di dudukinya kemudian berjalan keluar kelas tanpa menghiraukan sang guru yang terus memanggil namanya. Tidak sopan memang, yah begitulah Ardian.

Tujuan Ardian sekarang hanyalah ingin menghisap rokok di taman belakang. Tetapi tidak seru jika sendirian, pikirnya mungkin bersama teman - temannya lebih menyenangkan. Sekalian lewat di depan kelas Allex dan untuk teman - temannya yang lain cukup mengirimkan pesan saja.

Ardian sudah sampai di depan kelas Allex. Ia berdiri di depan pintu kelas lalu mengetuknya beberapa kali.

"Alleeex..."teriaknya memanggil nama Allex, tidak peduli jika ada guru yang sedang menjelaskan pelajaran di depan kelas. Allex menyadarinya tersenyum tipis.

"Taman belakang!!"pemuda itu mengangguk menanggapinya kemudian berjalan keluar meninggalkan kelas. Hanya gelengan kepala yang bisa di lakukan Pak Tono melihat kelakukan mereka berdua. Mengomeli mereka sampai mulut berbusa pun tidak ada gunanya,toh Mereka tetap saja akan mengulangi kesalahan yang sama. Lebih baik ia biarkan saja,yang rugi mereka sendiri.

"Untung aja lo jemput gue,kalau enggak bisa mati otak gue dengerin si 'pak tua' ngoceh."keluh pemuda itu.

"Kenapa lo gak jemput gue dari tadi Iyan?"tanya Allex yang berusaha menyamai langkah Ardian. Karena tinggi badan mereka yang berbeda jauh membuat Allex ketinggalan jauh.

"Biasa, tidur."jawab Ardian seadanya.

♡♡♡

"Mancis Vin!!"teriak pemuda bersurai coklat tua yang sedang duduk di bangku taman. Sebatang rokok sudah berada di genggamannya,siap untuk dinyalakan.

Vino melempar pematik api yang diinginkan pemuda itu. Dengan sebelah tangannya yang kosong Ardian menangkap benda itu dengan sigap.

Disinilah mereka berada sekarang, taman belakang sekolah. Empat orang pemuda tampan berandalan sekolah, yang kerjanya hanya membully siswa lain,merokok dan masih banyak kenakalan lagi yang mereka lakukan.

Keempatnya memiliki wajah yang bisa di katakan tampan, tetapi sangat disayangkan siswi malah menganggap wajah mereka itu menyeramkan. Bukan menyeramkan seperti hantu atau lainnya, tetapi menyeramkan karena mimik wajah dingin mereka.

BERANDALANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang