13. Bagaimana sebenarnya ?

13 8 2
                                    

SORRY TYPO

“REYNALD!”

Teriak bu rizka ketika mendapati reynald yang sedang berada di alam mimpinya. Beliau adalah salah satu guru yang sangat disiplin , ia sangat tidak suka melihat anak didiknya tidak memperhatikan penjelasanya apalagi sampai tertidur.

Mendagar teriakan dari dosennya, reynald langsung terbangun dengan muka sayu tapi tetap tidak mengurangi ketapanannya sama sekali.

“Kalau kamu tidak suka ada di mapel saya lebih baik kamu keluar dari ruangan ini !”

Semua pasang mata kini tertuju pada Reynald begitu juga dengan Miracle. Tanpa rasa takut akan gertakan dari Bu Rizka, Reynald tiba-tiba berdiri yang mungkin akan benar-benar keluar dari kelas.

“Jangan bu! Reynald nggak akan tidur lagi kok bu, saya janji Reynald pasti akan memperhatikan penjalasan dari ibu. Tapi tolong jangan suruh dia keluar dari kelas bu, dia juga harus belajar bu.”

Perkataan Miracle membuat Reynald yang sudah berdiri dan hendak melangkah menjadi terhenti untuk mendengar perkataan yang akan di lontarkan dari mulut Miracle.

“Kenapa kamu membela dia Miracle ?”

“Ng.. saya cuma nggak mau dia ketinggalan pelajaran ibu aja. Ng.. kamu jangan keluar dari kelas ya, kamu harus tetep di sini biar nggak ketinggalan pelajaran.” Miracle terlihat sangat perhatian pada Reynald. Dia juga menahan Reynald yang sudah berdiri untuk tidak keluar pelajaran.

“Gue cuma mau cuci muka, siapa yang mau keluar dari pelajaran ?” perkataan reynald barusan sungguh membuat malu Miracle. Suasana kelas yang tadinya hening kini berubah menjadi ricuh dengan gelak tawa teman kelasnya.

Muka miracle kini sudah seperti kepiting rebus, ia salah sudah membela laki-laki yang tega membuat malu dirinya. Bahkan Bu Rizka terlihat dengan susah payah menahan tawanya melihat kondisi seperti itu. Hingga akhirnya bu rizka hanya geleng-geleng kepala dan kembali ke kursinya.

Setelah Reynald keluar untuk mencuci mukanya, ia pun masuk kembali ke dalam kelas. Namun yang membuat jantung Miracle maraton adalah Reynald tiba-tiba mengambil kursinya dan duduk di samping Miracle.

“Kamu kenapa duduk di sini? sana ke meja kamu sendiri.”

“Gue nggak mau.”

“Ih sempit tau, sana buruan pergi.”

“Reynald! Miracle! Kalian kenapa rebut-ribut? Loh Reynald kenapa kamu duduk di samping Miracle? Kembali ke tempat kamu sekarang!”

“Bu, meja saya itu ada penunggunya. Ntar kalo saya tidur lagi ibu marah lagi. Ibu mau kan saya memperhatikan penjelasan ibu? Ya kalau ibu mau ini cara satu-satunya bu.”

“Terserah kamu Reynald ibu pusing ngurusin kelakuan kamu. Yang penting kamu jangan ngganggu konsentrasi Miracle. Yang lain juga perhatikan penjelasan ibu.”

Bu rizka pun melanjutkan penjelasannya kepada semua mahasiswa di kelas. Dengan membiarkan Reynald duduk bersebelahan dengan Miracle.

Miracle sungguh tidak bisa konsentrasi, semua yang dikatakan dosennya itu tidak ada yang masuk ke otaknya. Ia lebih memikirkan jauntungnya yang berdegub kencang.

Dengan tampang tanpa dosa, reynald terlihat sangat serius memperhatikan penjelasan dari bu rizka. Memberikan peluang untuk Miracle untuk mengamati setiap inci wajah reynald. Miracle merasa bahwa ia sudah gila saat ini.

“Biasa aja kali liatinnya. Gue tahu gue ganteng tapi jangan berlebihan gitu liatinya.” Perkataan Reynald sukses membuat Miracle gelagapan ketika ia tertangkap basah sedang mengagumi wajahnya.

you are miracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang