"Junmyeon bilang, setiap perempuan pasti maunya diberi kapastian. Kalau kamu, mau nikah juga, Wan?"
Seungwan yang sedang mengunyah popcorn terbatuk-batuk mendengar apa yang Chanyeol katakan sore itu. Di hari liburnya, mereka memutuskan untuk menghabiskan waktu untuk memakan banyak makanan pesanan. Sampai dengan menonton beberapa film yang tidak bisa mereka tonton bersama. Ya termasuk Doctor Strange yang hits itu.
Seungwan menautkan alisnya. Dia sebenarnya terkejut dengan kalimat Chanyeol yang tiba-tiba. Memang sih, dia ingin kepastian. Membangun hubungan, pernikahan seperti teman-temannya. Dia juga kan perempuan. Karena itu, tadinya dia mau mengangguk antusias.
Sayangnya tidak.
Karena saat dia melihat wajah Chanyeol yang seolah mengatakan kalimat itu tidak benar-benar serius. Membuat Seungwan urung bahagia. Chanyeol hanya bertanya. Soal pendapatnya tentang pernikahan. Yang semua perempuan inginkan.
Jadi dia kembali mengunyah popcornya. Mengedikkan bahu, enggan menajawab. Gadis itu enggan untuk dijatuhkan. Dia takut harapan yang dia bangun dan sudah tinggi itu dihancurkan oleh pendapat Chanyeol soal menikah. Seungwan lebih memilih untuk tidak tahu soal pendapat Chanyeol mengenai pernikahan.
"Kalau aku, merasa. Pernikahan itu bukan sesuatu yang penting. Kalau komitmen, bagiku, ketika aku memutuskan jatuh cinta. Maka aku harus membangun komitmen yang sama. Yang aku bingung, kenapa kebanyakan perempuan menggambarkan komitmen dengan pernikahan?"
Seungwa sudah bilang, pada dirinya sendiri. Kalau dia tidak mau tahu apapun alibi Chanyeol yang belum melamarnya. Menikahinya. Karena kalaupun lelaki itu tidak berniat untuk menikahinya. Paling tidak khayalan tentang pernikahan tetap hidup di benak Seungwan. Kalau sudah begini, jangankan mengkahayal, Chanyeol saja sudah menghancurkan fondasi yang mulai dia bangun. Mengesalkan.
Seungwan tetap diam. Namun, bedanya sekarang dia mengunyah popcorn dengan suara decakkan yang lebih keras dari sebelumnya. Sengaja. Agar Chanyeol bisa diam dan berhenti membicarakan pernikahan. Tapi yang namanya Chanyeol. Laki-laki paling tidak peka sedunia. Kalimat itu terus berlanjut.
"Bisa aja aku menikahi kamu. Tapi, apa yang berubah? Kita sudah satu atap? Saling mencintai, menghadirkan diri di tiap kesulitan hidup. Nggak ada yang berubah kan," kata Chanyeol lagi.
Tapi tidak sampai di sana, karena Chanyeol mulai lebih serius dengan kalimat selanjutnya. "Mungkin, sex life sih berubah. Kamu punya prinsip, never sex before marriage. Aku menghargai keputusan kamu. Lagi pula, cinta aku ke kamu tulus. Ada kamu aja di sekitar aku, aku bisa lupa semuanya. Termasuk, hormon seksual aku kok."
Usai mengatakan kalimat tersebut, Seungwan masih diam. Dia jengah, lalu menatap Chanyeol yang mengedip-ngedipkan matanya. Mau marah. Tapi bagaimana bisa? Chanyeol terlalu terlihat mengagumkan. Wajahnya selalu berseri. Membuat dia merasa bahwa laki-laki itu tidak pernah melakukan kesalahan.
Seungwan tidak bisa menggambarkan amarahnya. Kekecewaannya. Jadi dia hanya menarik nafas. "Apapun yang kamu ungkapin itu, menurut aku nggak penting. Jadi, kalau kamu nggak mau bahas pernikahan. Yaudah, nggak usah bahas sama aku juga," kata Seungwan.
Untungnya, amarah Seungwan bisa teralihkan dengan suara ponsel dari arah meja di haapan mereka. Nomor emergency. Cuma Yeri yang punya akses untuk menghubungi nomor ini. Jadi dia segera menerima sambungan. Memberikan gestur kepada Chanyeol untuk tidak mengatakam kalimat apapun.
"Ya Yer, ada apa?" Kata Seungwan memulai.
"Pasien dengan SCD dok. Dokter Ahn sedang ada operasi. Saat ini sedang ditangani Dokter Kang. Dokter diminta datang, ruang operasi A sudah disiapkan," ini bukan informasi. Yeri memberitahu bahwa ada operasi mendadak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Atrium ✔
FanfictionDokter bedah berpengalaman sekalipun, tidak akan pernah mau membelah dada orang yang dicintainya sendiri. -Son Seungwan Karena aku percaya kamu bisa. Jadi kamu juga harus percaya bahwa kamu bisa. -Park Chanyeol Disclaimer : You might never find the...