Double Up guyss....
Ada yang seneng gak aku up lagi?Aku syuka banget baca komen dari kalian, tapi maaf ya aku gk bisa balas satu persatu. Aku jadi hapal siapa saja yang sering komen di disini dan aku jadi semangat ngetik lanjutannya.
Cuslah langsung baca..
Tandai typonya ya.Pagi ini, suasana rumah Keenan menjadi ramai. Hari ini adalah hari pernikahan Vano dan Mawar. Meskipun hanya prosesi ijab qobul, Keenan mengundang seluruh relasi bisnis. Mawar menolak diadakannya pesta resepsi, ibu hamil itu tak ingin menyakiti hati Melati semakin dalam. Dirinya tak ingin berbahagia diatas penderiataan Melati.
"Kamu cantik sekali sayang" ucap Gladyss memandang Mawar dari cermin. Mawar terlihat cantik dengan kebaya putih gading yang menempel ditubuh rampingnya.
Mawar tersenyum manis menatap mamanya, memyembunyikan kesedihannya. "Terima kasih ma" balas Mawar.
"Sekarang kita turun, keluarga Vano sudah menunggu" ucap Gladyss. Mawar mengangguk.
Semua tamu undangan mengarahkan pandangan matanya kearah tangga. Disana pengantin itu nampak cantik. Sama seperti Vano, pria itu hingga menatap Mawar sepersekian detik, dirinya pangling melihat Mawar.
Adik dari Vano itu nampak berpikir keras. Mengapa kakaknya itu menikah dengan kembaran kekasihnya. Jika dirinya bertanya pada Vano, maka Vano hanya menjawab dengan tatapan dinginnya. Dan jika dirinya bertanya pada kedua orang tuanya maka David dan Karin menjawab 'Kamu akan tahu sendiri'.
Naya mencuri pandang kearah Melati, gadis itu duduk di samping papanya dengan tatapan mata kosongnya. Bahkan matanya telah berkaca-kaca.
Ijab qobul di mulai. Hanya dengan satu tarikan napas, Vano berhasil menirukan ucapan sang penghulu. Semua para hadirin mengucap kata 'sah'.
Mawar kini sudah sah menjadi istri dari seorang Delvano Bratawijaya. Mawar hanya bisa tersenyum kecut kala Vano menatapnya tajam.
"Selamat ya. Semoga pernikahan kalian bahagia" ucap Karin. Wanita paruh baya itu merasa bahagia melihat putranya menikah, meskipun dirinya tahu jika Vano tak mencintai istrinya.
"Aamiin" balas Mawar tersenyum tipis.
Vano melirik Mawar dari ekor matanya. Wanita disampingnya membuat dirinya muak berada disini.
"Mawar. Selamat ya, semoga lo selalu bahagaia" ucap Risa. Sahabatnya itu datang bersama sang kekasih.
"Selamat ya Van. Gue gak nyangka lo nikah secepat ini" ucap Rendy.
"Thanks " balas Vano lesu.
Melati memutuskan untuk keluar dari sana. Hatinya terasa gerah menyaksikan pernikahan Vano dan Mawar.
"Hai Mel" ucap Alvian. Pria itu tersenyum manis pada Melati.
Gadis itu hanya memandang Alvian dengan tatapan malasnya. Moodnya sekarang hancur dan malas melakukan segala aktivitas, termasuk berbicara.
"Aku kira kamu yang nikah sama Vano, ternyata Mawar" ucap Vian lagi. Melati masih diam, hatinya meradang mendengarkan ucapan pria itu.
"Jodoh itu lucu ya Mel. Kamu yang pacaran Mawar yang nikah. Sama saja kamu jagain jodohnya kembaranmu sendiri" ujar pria berjas hitam itu.
"Diamlah. Aku sedang tidak mood untuk bicara" ucap Melati tegas.
"Ayolah Mel, kamu jangan bersedih. Lihat, disini ada aku" ucap Vian.
Melati memandang Alvian singkat. Sepertinya pria ini berusaha mendekatinya.
"Kamu cantik Mel, masih banyak cowok yang ngantri untuk dapetin hati kamu. Termasuk aku" ucap Alvian.
Melati masih diam dan memutuskan untuk masuk lagi. Namun dengan cepat Alvian mengikutinya dari belakang. Alvian tersenyum sinis, lebih tepatnya senyum kemenangan. Rencananya tempo lalu berhasil memisahkan Vano dan Melati.
***
Acara itu sudah usai. Kini, Mawar dan Vano berada di kamar Mawar. Vano memandang tajam istrinya itu. Mawar menunduk mendadak dirinya takut menatap pria yang kini menjadi suaminya."Setelah anak itu lahir. Kita akan bercerai" ucap Vano tegas namun sangat menghunus hatinya.
"Iya. Aku akan menerimanya." balas Mawar. Hatinya terasa ngilu, belum genap 24 jam menjadi istri dari Vano namun pria itu sudah membahas perceraian.
"Itu harus. Karenamu dan anak haram itu, aku batal menikah dengan Melati" ucap Vano.
"Yang kamu bilang anak haram, adalah anak kamu kak" ucap Mawar menatap Vano penuh sakit dihatinya. Air mata Mawar menetes seketika, hatinya berasa dihujam ribuan jarum yang tak kasat mata. Tak apa dirinya dihina, asal jangan anaknya yang tidak bersalah.
"Seharusnya dari kemarin anak itu mati. Aku tidak perlu susah payah untuk menikahimu" ucap Vano dan beranjak keluar dari kamar Mawar.
Saat keluar, Vano melihat Keenan yang sekarang menjadi mertuanya. Keenan mengisyaratkan dirinya untuk mengikuti Keenan.
"Kamu duduk" pinta Keenan. Kini mereka berdua sudah berada di ruang kerja Keenan. Ruangan luas nan nyaman dan kedap suara.
"Ada yang mau papa bicarakan" ucap Keenan.
"Apa itu pa?" tanya Vano.
"Saya tahu Van, jika kamu terpaksa menikahi Mawar. Kamu mencintai Melati, disini kamu juga harus bertanggung jawab terhadap anak saya. Masa depan Mawar hancur dan itu karena kamu"
"Sekarang saya sudah bertanggung jawab pa" balas Vano.
"Saya tahu, jika kamu bertanggung jawab. Saya hanya mengingatkan untuk menjaga Mawar, belajarlah untuk mencintainya dan lupakan Melati. Mungkin ini adalah takdir yang harus kamu jalani. Ingat, manusia boleh berencana namun tetap Allah yang menentukan. Saya yakin jika kamu adalah pria baik Van" ucap Keenan panjang.
Vano diam mendengarkan wejangan dari mertuanya. Melupakan Melati? itu adalah hal yang tak bisa dilupakannya dan mencintai Mawar, itu tidak akan pernah terjadi karena hatinya hanya bertuliskan satu nama yaitu Melati.
"Ya pa, saya akan belajar mencintai Mawar" balas Vano. Pahit sekali harus mengatakan kebohongan itu.
Setelah mengatakan hal itu, Vano keluar dari ruangan kedap suara itu dan menuju halaman belakang. Jika di tanya apakah dirinya bahagia dengan pernikahan ini, maka jawabannya tidak. Karena bahagiannya hanya pada Melati, bukan istrinya.
Disana tanpa sengaja, mata Vano menangkap adanya Alvian yang tengah berbicara pada Melati. Hatinya panas melihat mereka berdua, Vano sangat cemburu melihat kebersamaan mereka. Tangannya mengepal kuat dan siap untuk memukul Alvian.
Alvian yang melihat adanya Vano, semakin gencar mengajak Melati berbicara. Bahkan Alvian berani memegang tangan Melati, gadis itupun tak menolak.
"Ayo kita ucapkan selamat pada mantan kekasihmu itu" ucap Alvian berbisik.
Entah mengapa Melati mengikuti ajakan Alvian. Meskipun hatinya sakit, dirinya harus bisa menunjukkan pasa Vano kalau dirinya baik-baik saja.
"Selamat atas pernikahan kalian. Semoga selalu bahagia." ucap Melati dengan tulus.
"Selamat ya Van. Gue seneng lihat pernikahan lo" ujar Alvian.
Vano tak menanggapi ucapan dari Melati dan Vano, dirinya memilih pergi dari sana. Vano kembali masuk ke kamar istrinya.
"Kamu gak mandi kak?" tanya Mawar.
Vano hanya melengos dan tidur di ranjang. Hati dan pikirannya sangatlah lelah hari ini. "Lihat saja, penderitaanmu akan segera di mulai" batin Vano menyeringai.
Mawar menatap wajah damai sang suami ketika tidur. Impian menikah dengan Vano sudah terwujud, bolehkan jika dirinya mendapatkan cinta dari suaminya sendiri.
"Nak, bantu mama meluluhkan hati papa ya" gumamnya lirih dengan mengelus perut ratanya.
Mawar keluar dari kamarnya untuk mengambil air minum. Di dapur, Ia melihat kehadiran Melati yang tengah menyesap susu. Mawar tahu jika Melati minum susu, berarti kembarannya itu tida bisa tidur.
"Mel" ucap Mawar.
Melati mengalihkan pandangannya kearah cangkirnya. Matanya begitu malas jika bertatapan dengan pengkhianat seperti Mawar.
"Kamu belum tidur?" tanya Mawar basa-basi. Mawar hanya ingin hubungannya dengan Melati baik seperti dulu.
Melati tak menjawab ucapan Mawar gadis itu memilih untuk pergi dari sana.
Jangan lupa vomentnya ya...
Jangan jadi pembaca gelap. Sakit rasanya banyak yang baca tapi yang vote cuma sedikit.:Kediri,
25 Juni 2019Revisi
10 Juli 2021