7. Blank

1.1K 125 1
                                    

"Gimana sih, ungkapan perasaan yang bener?"

~❄️❄️❄️~

Kehidupan sebagai seorang siswa SMA seperti gue sekarang ini memang harus dinikmati, yah tapi enggak di bangun pagi-pagi pas mata masih susah buat melek. Apalagi, disaat jam pembelajaraan. Gue ngantuk pake banget, kadang kala gue kepergok sama guru kalau ketahuan tidur.

Pagi ini sekolah gue gaduh kayak di pasar. Gue gak tau kenapa, sekolah gue jadi rame banget sama kamera. Orang-orang dengan style yang norak bersebaran di seluruh penjuru sekolah gue. Dengan mode bodo amat, gue lewatin aja orang-orang itu. Sampe langkah gue berhenti karena denger suara cempreng yang khas banget.

Yuna, dengan semangatnya mengobrol sama seseorang pria dewasa. Keliatannya, mereka lagi ngobrol hal yang serius. Karena kepo, gue pun berdosa menguping obrolan mereka.

"Pokoknya, orang yang aku bilang tadi harus direkrut." Yuna yang ngomong gak sopan banget dengan kedua tangannya dilipatnya di depan dada.

"Kita juga harus liat kualitasnya." kata pria itu kemudian.

"Apa lagi yang kurang om? Dia punya kualitas yang disyaratkan kan?" Yuna keliatannya ngotot banget dengan "dia" yang dimaksudnya.

"Oke, oke. Tadi, siapa namanya?" sekarang pria itu keliatannya antusias.

"Soobin." jelas Yuna yang bikin gue spontan kaget. Gue menutup mulut gue supaya gak kedengeran karena kaget tadi.

"Nanti kita cari dia." pria itu manggut-manggut.

Setelah puas nguping obrolan mereka, gue bergegas pergi menjauh dari tempat tadi. Di benak gue ada banyak pertanyaan. Kenapa sih si penyihir tuh ngerekrut Soobin? Kenapa juga dia ngotot banget? Kira-kira Soobin tau hal ini gak sih?

Gue dengan keselnya melangkah di sepanjang koridor. Mood gue hancur banget. Saat ini gue butuh Yeji. Iya, gue harus nemuin Yeji dan ceritain semuanya.

~❄️❄️❄️~

Gue dan Yeji saling pandang satu sama lain. Di satu sisi, mood gue hancur dan males buat ngomong tapi pengen ceritain semuanya ke Yeji. Di sisi lain, Yeji mandangin gue dengan meneliti setiap ruas wajah gue.

"Jadi, lo mau cerita apa?" Yeji membuka suaranya sejak terdiam dari tadi.

Gue menghela nafas sedih.

"Oke, oke gue tau. Ini pasti soal Soobin kan? Dan ada hubungannya sama orang-orang majalah tadi," jelas Yeji bagaikan seorang cenayang yang bisa baca isi kepala gue.

"Jiiiiiii," gue menenggelamkan wajah gue di antara tangan gue.

"Yakin aja, Soobin gak bakalan mau. Orang jarang senyum kayak dia mana cocok," Yeji menepuk punggung gue sebagai penyemangat. Gue mendongakkan kepala gue.

Tak lama kemudian, Soobin masuk ke kelas bareng Yeonjun. Mereka keliatannya hepi banget. Sampe pandangan gue bertemu sama Soobin. Kita berdua saling tatap, yang dimana kontak mata itu gue akhiri sendiri karena badmood.

Gue emang gitu. Padahal orangnya gak ngapain, eh bawaannya badmood banget kalo liat dia.

Di waktu yang bersamaan, si Yeonjun nyamperin Yeji.

"Ji, entar jadi kan?" Yeonjun duduk diatas meja kami. Ekspresi Yeji auto galak.

"E-eh, sori sori." Yeonjun seketika turun dari meja. Mukanya jadi kusut.

"Iye, awas aja lo telat." ancam Yeji dengan senjata, tatapan tajemnya itu.

Soobin yang berdiri di sebelah gue, gue cuekin. Dan gue gak ngebahas soal kerja kelompok hari ini. Paling, dia bakalan ikut seleksi model majalah.

My Cold Crush [On Hold/Slow]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang