Truth

16 1 0
                                    

Jangan lupa vote yang tandanya bintang....

Dan comment

Supaya saya lebih semangat menulisnya....

KEBIJAKAN PARA PEMBACA
KHUSUS YANG SUDAH MENIKAH ATAU 18 KEATAS (KALAU SUDAH MENIKAH)

HAPPY READING!!

"Cklik!" suara jepretan foto yang di ambil oleh abangku Ibrahim membuat mukaku seperti kepiting yang sudah matang.

Rafiq yang menyadari wajahku mulai menggodaku dengan sedikit memajukan badannya mendekatiku, jarinya yang ada di daguku di tariknya mendekati wajahnya lalu berbisik di telingaku, "Aku jadi gak sabar nunggu nanti malam..." katanya dengan nada sensual yang tentunya membuatku tergoda.

Aku beranikan diriku berbisik ditelinganya dengan suara mendayu, "Sabar ya... Aku juga menantikannya mas..."

Setelah aku mengatakan perkataan itu Rafiq melepaskan jarinya dari daguku. Aku jauhkan kepalaku dari kepalanya, ku perhatikan wajahnya yang memerah karena perkataanku.

Sekarang wajah kami sama-sama merah akibat rayuan kami masing-masing. Keluarga yang melihat kegugupan kami hanya tersenyum lucu.

Untuk menghilangkan rasa gugup ini aku menyendokan nasi lalu ku arahkan ke bibir Rafiq yang masih tertutup rapat.

"Katanya tadi minta di disuapin," sahutku membuyarkan lamunannya.

Rafiq lalu menegok ke arah wajahku yang sekarang sudah terlihat santai. Tentunya karena aku benar-benar mengontrol ekspresi wajahku.

"Aku bisa sendiri," katanya lalu menarik lembut sendok dan piring dari tanganku. Dia memperhatikan nasi yang ada di piringnya. "Kak ini nasinya banyak bangat," Rafiq melirik ke arah piring yang dia pegang yang terlihat seperti mamanya gunung.

"...Supaya kamu kuat entar malam," seruku pelan dengan ekpresi datar. Sedangkan Rafiq yang sedang mengunyah sepontak batuk. Buru-buru ku berikan minum yang telah kuambil tadi. Ku elus punggung badannya lembut.

"Sudah pelan-pelan jangan buru-buru makannya. Aku tahu kamu lapar kok," kataku dengan suara lumayan keras sambil tersenyum pada keluargaku yang sedang melihat ke arah kami.

Saat Rafiq sedang minum sambil mengelus dadanya. Aku mengambil piring yang berisi nasi yang tadi Rafiq letakkan di atas tikar. Ku sendokan nasi ke multku.

"Kok kakak makan nasi aku?" tanyanya saat melihatku memakan nasinya.

"Aku ngambil banyak buat aku juga. Lagi pula katamu tadi kebanyakankan," jawabku santai lalu menyendokan nasi ke mulut ku kembali.

Rafiq yang melihatku makan dengan lahab meraih sendok yang aku pegang kemudian menyendokan nasi lalu mengarahkan ke mulutnya. Kami berganti-ganti memakannya sampai licin tak tersisa.

Sebenarnya acara telah selesai sehabis sholat dzhur. Karena memang tidak banyak tamu yang datang. Yang datang hanya tetanggaku dan beberapa kerabat dekat keluargaku sedangkan Rafiq tidak ada sama sekali.

Rafiq saat ini sedang istirahat di kamarku. Aku hampiri dia yang sedang tiduran diranjang kecilku yang berukuran single. Aku menghampirinys lalu duduk di pinggir ranjang sambil menatap wajahnya yang sekarang sedang terlelap.

Jujur sebagai prempuan normal melihat lelaki tampan tentu ingin rasanya menerjangnya, apalagi dia pasangan halal kita. Walaupun begitu aku belum berani untuk menyentuhnya walaupun saat ini aku sangat ingin menyentuh bibir pinknya yang kecil dan tipis. Sungguh menggoda.

Ku arahkan tanganku ke arah wajah ovalnya. Ku singkirkan rambut halus yang menutupi wajahnya. Pandanganku menelusuri setiap titik wajahnya dari alisnya yang tebal dan rapi, bulu matanya yang panjang, hidung kecilnya yang mancung, dagunya yang lancip dan bibirnya..."Gluk!" lagi-lagi aku menelan slavinaku dengan kasar tanpa sadar aku menjilat bibirku menggigit bibir bawahku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 30, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

UHIBBUKI احبكTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang