7

14K 262 1
                                    

Claire berjalan menyusuri trotoar yang mulai sepi. Belum terlalu malam namun udara yang begitu dingin membuat orang-orang itu memilih tinggal di rumah mereka. Mungkin minum teh atau membaca buku dengan pemanas ruangan.
Andai saja Claire mempunyai rumah, mungkin ia akan melakukan hal yang sama. Gadis mungil itu berhenti, membuka dompet pemberian Caress beberapa bulan yang lalu - menghitung isinya kemudian mendesah.
Claire tidak menyanyi setiap malam, hanya beberapa kali dalam seminggu. Dan terkadang lembaran dollar itu tidak cukup untuk membayar sewa kamar dan membeli makanan. Caress adalah satu-satunya manusia yang bersedia meminjamkan uangnya kapanpun ia minta. Bahkan gadis itu tidak pernah menghitung uang yang dipinjamkannya.
Claire memukul kepalanya sendiri, merasa bodoh dengan tindakannya yang gegabah. Sekarang mana mungkin Caress mau menerimanya lagi dan ia masih punya harga diri untuk tidak kembali.

"Baiklah, aku akan membeli makanan lalu mati." gumamnya sembari menata dua dollar ke dalam dompet.

Claire menaikkan ransel ke bahunya, berjalan lagi dan berusaha menemukan makanan seharga dua dollar.
Di saat gadis itu sedang berpikir, suara klakson mobil yang begitu dekat membuat jantungnya melompat dan Luc terkekeh dari dalam sana.
Mata Claire berbinar, suatu kejutan memang, si pemuda tampan bermata biru berada tepat di dekatnya. Tertawa dan menawarkan tumpangan.
Tanpa ragu, Claire-pun masuk ke dalam mobil dan duduk di samping Luc, menyandarkan tubuhnya di jok sambil tersenyum penuh kelegaan.

"Kau mau ke bar?" tanya Luc dan menyodorkan sebotol air mineral.

"Tidak ada jadwal menyanyi malam ini. Aku akan membeli makanan kemudian mati di trotoar." ujar Claire datar.

"What? What do you think? Are you crazy?" Luc terbelalak mendengar ocehan Claire. Gadis itu kemudian membuka dompetnya, mengambil dua dollar dan memberikannya kepada Luc, "bisa tolong aku dengan dua dollar ini? Aku sangaaatttt lapar, please."

Luc menarik napas panjang, melajukan mobilnya ke restoran cepat saji dan memesan melalui layanan drive thru.

"Simpan saja uangmu."

"Aku akan menganggap ini hutangku, terimakasih." Claire mengunyah makanannya, dan entah mengapa air matanya turun begitu saja.

"Ayolah, Claire, kau begitu mudah terharu. Aku hanya membelikan fast food. Kau tak perlu menangis begitu."

Luc mengusap kepala Claire dan perhatian pemuda itu justru membuat Claire semakin terisak. Luc menepikan mobilnya, hanya berjarak beberapa kilometer dari bar tempatnya bekerja.

"Telah terjadi sesuatu padamu? Ceritakan padaku, aku akan membantumu sebisa mungkin." Luc menatap Claire penuh simpati, namun gadis itu terus terisak dan tak bisa bicara.

Akhirnya, Luc memilih untuk membawa Claire ke dalam pelukannya. Isak Claire terhenti ketika wajahnya berada di dada pemuda itu. Dengan jelas ia mendengar detak jantung Luc yang tak beraturan.
Sudah lama sekali, Claire tidak merasakan pelukan lelaki seperti itu. Sejak kejadian beberapa tahun yang lalu, sejak ia kehilangan keperawanan yang membuatnya tidak bisa mencintai siapapun.

Ia membenci mereka, tapi kenapa tidak dengan Luc? Mungkinkah sikap Luc yang penuh perhatian kepadanya juga ketampanan Luc telah meluruhkan hatinya.

Namun, pemuda ini bukan miliknya, Luc tidak mencintainya, ia hanya mencintai Caress. Luc hanya kasihan padanya, terlebih lagi karena ia sahabat kecil Caress.

Lagipula, Claire tidak pernah berani menuntut siapapun untuk mencintainya, gadis itu selalu merasa kotor dan ternoda. Pemuda sebaik Luc tidak pantas mendapat perempuan seperti dirinya.
Bagi Claire yang merasa sudah terlanjur "jatuh" tidak akan pernah memiliki kesempatan untuk bangkit kembali. Karena itulah ia memilih hidup di dalam dunia yang berisikan dengan orang-orang yang sama. Kalau-pun ia bercinta, semua itu demi lembaran dollar.

"Luc..." suara Claire begitu lirih, terbenam di dalam pelukan pemuda itu.

"Katakan saja." ujar Luc yang masih memeluknya.

"Aku tidak pantas tinggal bersama Caress, dia terlalu baik untukku." Claire melepaskan diri dari Luc dan pria itu menatap Claire dengan heran.

"Apa terjadi sesuatu antara kau dan Caress? Kalian bertengkar? Kenapa?"

"Hanya hal kecil, tapi kami sudah bukan anak kecil lagi yang selalu bisa berbagi apa saja. Caress memberi tembok yang harus kuhargai." Claire menghapus air matanya. Tersenyum kecil dan berpaling ke luar jendela.

"Claire, kau sangat cantik. Kenapa tidak memulai dengan sesuatu yang baru. Tinggalkan bar, klub, juga cafe. Kau bisa bekerja dengan lebih baik." ujar Luc yang membuat Claire menoleh dan menatap tajam kepadanya.

"Itu rumahku, Luc. Gadis sepertiku hanya layak tinggal di sana. Pekerjaan apa yang lebih baik? Aku bukan gadis yang belajar dengan baik. Aku lulus, yach... Mungkin karena mereka bosan padaku," Claire tertawa, "berbeda dengan Caress, dia gadis cerdas dan selalu menjadi yang terbaik."
Claire mengeluh, menyesal dengan semua hal yang terjadi di dalam hidupnya. Semua karena mereka... Lelaki busuk itu juga ibunya.

"Hei, berhenti menyalahkan dirimu. Kau memiliki potensi, Claire."

"Kau tidak tahu apapun tentang aku, Luc. Aku... Aku mempunyai masa lalu yang..." Luc Meletakkan jari telunjuknya di bibir Claire lembut, "Yang aku tahu, yang kukenal adalah Claire, si gadis cantik dan penuh semangat, yang sekarang tepat berada di depanku. Aku menyukaimu sejak pertama melihatmu, dan terkejut karena kau sahabat Caress."

Claire dan Luc saling menatap, dan entah mengapa Luc begitu ingin melindungi gadis di hadapannya.

"Bagaimana kalau ikut aku bekerja malam ini?" Luc mengalihkan pandangannya dan kembali menjalankan mobilnya menuju bar.

.......

(BUKAN) PERAWAN#Wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang