(Ini cerita keknya udah bener-bener bisa di bilang selesai deh, sebenernya dulu mau ada season 2, udah ada rencana gitu. Tapi, kalau dipikir-pikir lagi kayaknya enggak usah ya. Tapi nanti, aku kasih extrapart aja ya. Eee seneng bgt bs slsin 1 cerita😭😭 akhirnya. Makasih selama ini yang udah baca, votmen segala macam. Aku mau publish lagi buat kenang-kenangan aja wkwkwk)
See u dilain ceritaaa
M Y F I A N C E E 1
- TRUTH OR DARE -***
"Wuishhh, Pak Bossss ...." Seorang anak laki-laki menepuk bahu kawannya yang baru saja datang ke kelas.
"Omegat, Altha makin ganteng aja kamu."
"Welcome back My Altha!"
"Brisik!" ketus lelaki yang disapa Altha tersebut.
"My baby Altha, kemana aja sih dua hari gak ada kabar? Becca kangen tau," Perempuan yang diketahui kekasih dari lelaki itu mendekati Ali yang baru saja duduk. Lalu dengan berani menyentuh leher, pundak hingga berakhir pada tangan Ali. "Eh cincin apa nih?" Rebecca memegang jari-jari tangan kiri Ali. Melihat dengan lekat cincin emas putih mahal yang berada dijari manis Ali.
Ali menghempas tangannya yang dipegang Rebecca. "Kepo." desis Ali. "Jauh, jauh!" usir Ali pada Rebecca. Rebecca kembali ke tempat duduknya dengan cemberut.
"Kemana aja bro?" tanya Muhammad Andra—merupakan teman dekat dari Ali.
"Kepo!" Andra mencibir balasan Ali. Tak patut. Tak patut.
"Guru guru guru ...." Seruan itu membuat semua murid kelas XII IPA 1 menjadi hening menanti sang guru yang akan mengajar.
Althali Arden—untuk orang terdekat disapa Ali, tetapi dalam lingkungan sekolahan kerap dipanggil Altha. Ali itu badboy tetapi orangnya cerdas alisan pintar dalam segala mata pelajaran. Ali juga dikenal dengan sikap dinginnya seperti cuek dan terlihat malas bicara, plusnya dia juga mempunyai sisi lembut terhadap perempuan. Membuat perempuan mudah luluh dan tergoda dengan ketampanan Ali, minusnya lagi Ali seorang playboy.
"Eh, Altha itu Altha."
"Dua hari gak ketemu makin kinclong aja!"
"Kampret kinclong lo kira kaca bege!"
"Kak Altha, tambah ganteng deh!!"
"Altha, i miss you baby."
"Altha, bukan babi monyet!"
"Hahaha monyet teriak monyet."
Kantin SMA Bintang Negeri siang ini begitu riuh akibat datangnya ketiga pria tampan yang menjadi primadona di sekolah itu.
"ANJING PERASAAN ALTHA MULU DAH YANG DITERIAKIN, DIGO ANDRA LOVERS KEMANA NIH KICLEP AMAT?!" teriak salah satu teman Ali yaitu Digo Syarief yang mempunyai sifat tengil abis.
"DIGOOOO ...." teriakan melengking membuat seluruh penghuni kantin menatap orang yang diteriaki.
Hening
"UTANG LO KEMARIN BELUM LO BAYAR!!!"
Brakk
Hahahahaha
"Astagfirullah malu, Mak." gumam Digo terduduk disembarang kursi kantin menatap lantai mengayun-ayunkan kakinya. Seperti orang tak berdaya.
Andra mencibir kelakuan digo. "Malu-maluin dasar!" Lalu menyeret Digo pindah dari duduknya yang sudah tertinggal jauh oleh Ali.
Mak Rora sudah di hadapan Ali and the geng. Sambil berkecak pinggang dan melototkan matanya ke arah Digo.
"Mwhehehe, Mak, ini udah ada Altha. Tinggal tulis bon Digo kasih ke Altha ye, jangan khuwatir!" ucap Digo cengegesan.
"Bangsat!"
"Kalau gak bangsat bukan Digo." sahut Andra.
"Udah-udah kasian dompet Altha, isinya nyuruh gue buat ngeluarin dia. Baikkan gue? kasian mereka pasti sesek didalem situ." bela Digo pada diri sendiri.
"Ini Mas Altha," pedagang kantin itu menyerahkan selembar kertas pada Ali. "List hutang-hutang Mas Digo, totalnya 750 ribu."
"Ali jangan bego lo!" bisik Andra agar Ali tidak mau membayar hutang Digo.
Tanpa disangka, Ali mengeluarkan dompetnya. Mengambil uang merah lebih dari sepuluh lembar.
"Plus makan hari ini sampai besok-besoknya!"
"Uwuuu ... cakep Mas Altha. Hehehe, Ali baiknya gak ketulungan hari ini. What happen sih? Kagak mau cerita sama Abang Digo? Bahagia itu wajib dibagi loh, Bang. Berkah, dapat pahala, percaya deh sma Abang Digo yang hand—"
"Udah Mas Digo teh gak usah bacot gitu. Mak bilangin nih ya, kalau enggak mampu bayar teh gak usah sok beli di sini. Mak sampai migran, gak ngerti lagi caranya nagih utangnya. Btw, makasih Mas Altha. Mak terima ya. Tenang deh, Mak atur ini uang buat jajan kalian besok-besoknya."
"Dih, gaul amat Mak Rora. Tau bacotlah, btw. Mak gue kalah deh." cerocos Digo.
"Bacot, Dig! Udah sono lo pesen kayak biasanya buruan!" titah Andra pada Digo.
"Aye-aye boss."
Setelah beberapa menit akhirnya pesanan datang. Pelayang kantin meletakkan makanan sesuai yang dipesan.
"Eh, katanya ada murid baru. Adik kelas bohay cuiiiii." celetuk Digo setelah mereka bertiga menyelesaikan makanan masing-masing.
Karena masih ada waktu istirahat mereka gunakan untuk bersantai tetap masih di kantin sambil bercengkrama.
"Terus gue harus bilang wow, salto sambil nendang lo gitu?" ucap Andra menimpali perkataan Digo.
"Tapi katanya ini tuh cantik, mungil-mungil berfaedah." ucap Digo tak mau kalah.
"Masih katanya kan." ucap Ali datar.
Andra menoleh pada Ali meremehkan. "Kalau iya kenapa? mau digebet? ah tobat lo, Li!" ingat Andra.
"Tergantung—" ucapan Ali terpotong.
"Cantik atau gak." cibir Digo yang biasa menirukan gaya Ali berbicara.
"Lagian ya, cewek lo mana ada yang gak cantik sih, Li?" tanya Andra heran.
"Iya tuh masih kurang apa sih? kasihlah sahabat lo ini satu." ucap Digo memelas.
"Eh, gue ada cara gimana biar Ali dapet cewek yang yang bukan tipe dia itu." tantang Andra.
"Apaan?" tanya Digo penasaran.
Sejenak Andra melihat jam tangan yang melingkar ditangannya. "Hm, masih ada waktu beberapa menit." gumam Andra lalu membisiki sesuatu pada Digo. Selesai berbicik, Digo tersenyum licik lalu berlari entah kemana dia.
"Apa? gak usah macam-macam." ucap Ali dingin. "Gak papalah, Li, sekali-kali macem-macem gak masalahkan? gampang kok gampang woles kagak usah panik hehehe," Ali hanya memutar mata mendengar ucapan tidak penting Andra.
"Nih ...." Digo datang lalu meletakkan sebuah botol yang bertulis aqua yang masih ada isinya.
"Oke! lama nih gak main ini," ucap Andra mengangkat botol tersebut. "Masih ingat caranya kan?"