Pt. 7

3.4K 333 16
                                    

Hai gengs, maap baru apdey lagi ea : (
Btw, boleh bantu gak?:(
Bantu aku dapetin total 130 votes dong buat cerita ini:( mohon bantuannya ya:(
Maaci :)

"Perempuan?"

"Ne, Johnny-Ssi. Taeri yang membawanya kesini... Maaf jika saya tidak meminta izin ke anda dulu, Johnny-Ssi."

Johnny menghempaskan punggungnya disandaran sofa dan menyila-kan salah satu kaki jenjangnya, "Oh, tidak masalah. Lagipula, kita memang sedang kekurangan tenaga kerja, Bukan?"

"Ne, Johnny-Ssi."

Johnny mengangguk mengerti lalu mengehela napasnya sekilas, "Oh ya, apakah kau sudah yakin kalau dia sudah dijalan? Aku tidak punya banyak waktu sekarang."

"Ah, Sudah. Ia bilang, ia dari tempat penting, jadi mungkin agak lama, tapi ia mengatakan kalau ia sudah naik bis menuju ke sini."

Tepat setelah Ravi menjelaskan, salah satu bodyguard Johnny mendekat dan membisikkan sesuatu kepada Johnny, "Mungkin gadis itu. Bawa ia masuk."

Tidak perlu lama menunggu, terdengar suara derit pintu dan beberapa langkah kaki yang disusul dengan suara seorang gadis, "Eoh, Anyeong Ravi-Nim."

Gadis tersebut berjalan menuju Ke samping Ravi dan matanya bertemu dengan Johnny yang sedang mendudukan dirinya di sofa ruangan tersebut.

Gadis tersebut berjalan menuju Ke samping Ravi dan matanya bertemu dengan Johnny yang sedang mendudukan dirinya di sofa ruangan tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Aku mo mati ea liat daddy aq.y)

Ravi merangkul gadis tersebut, "Johnny-Ssi, ini Kim Areum. Barista baru di Bar ini. Perkenalkan dirimu, Areum."

Areum menatap bingung Ravi sekilas, lalu membungkukkan dirinya, "A-ah, Annyeonghaseyo. Areum Kim imnida."

Johnny terlihat menatap gadis itu secara menyeluruh dan hal itu membuat Areum gelagapan.

"Areum, Tuan ini adalah pemilik Bar ini ya.."

"Ah, begitukah Ravi-Nim? Halo Sajang-Nim, saya bekerja disini baru satu bulan. Semoga Tuan bersedia menerima saya sebagai pegawai disini."

Johnny hanya mengangguk lalu bangkit berdiri sembari memperbaiki beberapa kancing di setelan jasnya, "Areum. Kim Areum. Bekerja lah dengan baik. Saya pergi sekarang. Ravi, tolong jaga dia."

Ravi dan Areum sempat terdiam beberapa saat sebelum akhirny serentak membungkuk hormat, "Siap Johnny-Ssi. Berhati-hati dijalan!"

---

"Ka-kalian siapa?"

"Aku Qian Kunhang dan dia adalah Qian Sicheng. Salam kenal, Kim Yerim-ssi."

"Apakah kita pernah bertemu atau mengenal sebelumnya, Tuan Qian?"

Hendery menghela napasnya sekilas lalu mendudukan dirinya disamping ranjang Yeri, "Kuharap kau tidak mengingatnya, tapi ya. Kita sali–"

Ucapan Hendery terpotong saat suara pintu dan langkah kaki memasuki ruang rawat inap Yeri, "Eonnie! Maaf lama, ak– Oh gege?!"

Hendery dan Sicheng berbalik kearah pintu dan ternyata itu adalah Areum, "Oh, Reumii. Kau dari mana? Gege dan Sicheng-ge sempat menunggu lama diluar tadi. Telponmu pun kau tidak angkat..." Ucap Hendery dengan nada sedikit khawatir.

"Ah anu ge, itu...aku dipanggil Ravi-Nim tadi untuk datang ke itu..." Ucap Areum sedikit terbata. Ia masih ragu untuk memberitahu tempat bekerjanya kepada Yeri.

"Ke Ba–"

"Ke Kantor!! Hahaha iya, ke kantor. Karena aku bolos kesini hari ini..."

Hendery mengernyitkan alisnya mendengar alasan Areum. Apa ia masih merahasiakan segalanya dari Yeri, pikir Hendery.

Areum berjalan mendekati ranjang kakak kandungnya tersebut lalu mendudukan diri di kursi yang berseberangan dengan Hendery dan Sicheng.

"Areum, siapa mereka..." tanya Yeri

Areum berbalik kearah Yeri dan terkejut ternyata kakaknya sudah bisa membuka matanya, "EOH?! EONNIE SUDAH BISA MEMBUKA MATA EONNIE?!? ASTAGA, TUNGGU AKU PANGGILKAN DOKTER YA!"

"Tunggu dulu, biar kita berbincang dulu disini. Lagipula, Sicheng-ge mungkin tidak akan sempat untuk kembali lagi karena lembur terus terusan, benar kan ge?" Potong Hendery.

Sicheng terlihat tidak mau mengangkat wajahnya dan tetap melipat kedua tangannya di dada, "ahh, ya. Sepertinya."

"Ta-tapi ge, Dokter harus mengetahui semua perkembangan eonnie..."

"Hei, apa kita melupakan fakta kalau Sicheng juga seorang dokter, hmm?"

Ah, benar. Areum baru ingat bahwa Sicheng merupakan seorang Dokter. Tapi,seharusnya dokter yang bersangkutan yang harus memeriksa keadaan pasiennya,bukan begitu?

Bolehkah Areum berasumsi kalau kedua bersaudara ini bersikap sedikit aneh sekarang?

"Ah bukan begitu, ge. Maksudnya, supaya perkembangan Yeri eonnie bisa terpantau dengan baik. Aku panggil dokter dulu ya ge, tidak lama kok."

Areum berlari keluar dari ruangan dan menuju lift. Jantungnya berdetak sangat tidak karuan! Ia merasakan atmosfer yang begitu aneh saat dikamar tadi. Dan, ia bisa merasakan perbedaan sikap dan cara tatap gegenya, Qian Kunhang—Hendery.

Lift berdenting dan langsung menampilkan meja Receptionist. Areum segera menuju ke meja tersebut dan menanyakan kepada perawat sedang berjaga disitu, "Permisi! Ah-anu, Apakah Taeil Opp– Dokter Moon Taeil masih berjaga?"

"Ah, Dokter Moon? Biar saya telepon dulu ke kantornya ya."

Areum mengangguk paham dan jemari jemarinya tidak bisa berhenti untuk mengetuk-ngetuk permukaan meja Receptionist tersebut. Entah mengapa, rasa gugup menggerogoti dirinya sekarang.

"Permisi, Dokter Moon bertanya, pasien dari ruangan nomor berapa? Dan atas nama siapa, kalau boleh tau?"

"Ruangan VIP B Utara, Leukimia, Kim Yerim!"

Perawat tersebut mengangguk lalu kembali memasang teleponnya, "Baiklah Nyonya. Dokter Moon akan menuju ke ruangan pasien segera. Silahkan."

"Ah, ya. Terimakasih!"

Areum kembali berlari memasuki lift untuk segera ke kamar Yeri, ia merasa sesuatu yang tidak benar akan terjadi.

---

Tbc...

Sold Out; Johnny SuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang