Satu bulan sudah Hanbin tidak peduli dengan wanita yang belakangan ini selalu mengganggu pikirannya. Ia merasa bahwa dirinya harus benar benar meninggalkan wanita itu. Untuk apa berlaku baik untuk seseorang yang menganggapmu jahat? Bagaimanapun usahamu, orang itu akan selalu memberikan cap buruk untukmu kan? Hanbin pun sama, ia tidak ingin menjatuhkan harga dirinya dengan memohon permintaan maaf dari Jennie yang tidak lain dan tidak bukan hanyalah bagian lain dari kisah one night stand-nya.
Hanbin tidak ingin terlalu larut dalam kekalutan ini, ia memilih untuk datang ke club langganannya untuk meminta jasa hebatnya. Malam ini, ia hanya ingin kembali menyalurkan segala keresahan yang ada dalam dirinya belakangan ini. Sudah dapat dipastikan, Hanbin akan bermain brutal malam ini.
Setelah memilih gadis yang ia mau, seorang petugas membawanya ke ruangan VIP yang sering Hanbin sewa juga. Disana sudah terdapat gadis pilihannya dengan baju minim yang terlihat sangat buruk di tubuhnya, entahlah Hanbin malah tidak selera.
Pintu berwarna hitam itu lalu ditutup, gadis itu dengan agresifnya mendekati Hanbin dan langsung memberikan ciuman panas di bibirnya. Oh ralat, ternyata Hanbin masih berselera untuk bermain malam ini. Lihatlah bagaimana Hanbin merespon sentuhan gadis itu dengan memberikan sentuhan pada bagian tubuh gadis asing yang akan menjadi episode lain dari kisah one night stand-nya.
Memang dasar, tidak tau diri.
Hanbin baru saja mengaitkan kancing baju terakhirnya dan segera meninggalkan ruangan yang sangat berantakan itu. Ia langsung keluar dari daerah VIP itu dan segera berjalan menuju mobilnya. Begitulah Hanbin, ia benar benar akan meninggalkan sang gadis sehingga gadis gadisnya benar benar akan merasa dicampakan. Panggilah Hanbin dengan sebutan paling kotor yang kalian tau, ia sungguh tidak peduli akan hal itu.Saat ini yang Hanbin butuhkan hanya membilas badannya yang sudah lengket itu.
Harusnya hari ini ia pergi ke kantor, namun entah kenapa ia merasa sangat tidak selera. Sebelum pulang ke apartemennya, ia memilih untuk mengunjungi kafe yang belakangan ini selalu ia lewati tanpa tujuan.
"Oh, Kim Hanbin-ssi kau mau pesan apa?" Sapa Lisa dengan senyum cerah yang selalu terukir di bibirnya.
"Iced americanno dan satu oat cookies"
"Baiklah tunggu sebentar ya"
Hanbin hanya mengangguk dan duduk di salah satu kursi kosong, menunggu namanya dipanggil tanda pesanan sudah siap. Matanya kini fokus pada seorang gadis mungil yang sedang membersihkan beberapa piring kotor yang terletak di sebrang mejanya. Itu bukan seorang yang ia cari, bukan. Ah lagi pula, Hanbin memang berencana untuk melupakannya kan? Kenapa hari ini kakinya malah repot membawa Hanbin pergi sejauh ini?
"Kim Hanbin-ssi, ini pesananmu" suara Lisa berhasil membuyarkan lamunan Hanbin. Pria itu dengan cepat mengambil pesanannya dan tak melakukan apapun setelahnya.
Lisa nampak paham, pasti ada sesuatu yang tidak beres. Tanpa mengurangi rasa hormat, ia mencoba terlibat dalam masalah pribadi milik salah satu customer-nya itu. "Ada yang bisa kubantu? Apa pesanannya kurang?"
Hanbin menatap Lisa dengan tatapan sendunya, mencoba menguatkan hati untuk melontarkan pertanyaan yang sedari tadi menghantui pikirannya. "Kau... tau dimana Jennie?"
"Oh" lirih Lisa, "sudah seminggu ini dia sakit. Katanya sih hari ini ia akan masuk, tapi sepertinya ia belum cukup sehat"
Hanbin hanya tersenyum tipis setelah mendengar jawaban Lisa, "baiklah, aku pamit kalau begitu"
Pria itu lalu pergi meninggalkan cafe, membiarkan kakinya membawa diri itu pergi entah kemana lagi.
Dengan wajah pucatnya, Jennie baru saja tiba di cafe tempatnya bekerja. Lisa yang melihat kedatangan Jennie hanya dapat membulatkan mata dan mulutnya, pasalnya ia seperti baru menonton adegan drama secara nyata. Kim Hanbin, si pria yang tadi menanyakan keberadaan Jennie baru saja meninggalkan cafe. Tepat ketika mobil mewah milik Kim Hanbin menghilang, wanita yang sedari tadi dipertanyakan keberadaannya itu datang. Sungguh, Lisa benar benar seperti sedang berada di dalam telenovela.
"Unnie, sudah sehat?" Tanya Lisa dengan hati hati.
Jennie mengangguk, namun dengan gerakan yang sangat lemah. "Aku akan mengganti baju dulu, tunggu ya"
Tak lama kemudian, Jennie hadir dengan seragam lengkapnya. Bertepatan dengan Woojin yang baru saja tiba di cafe. Pria itu langsung terkejut begitu melihat keadaan Jennie yang sungguh sangat tak baik baik saja.
"Kalau belum sehat, tidak usah dipaksa" kata Woojin dengan penuh kelembutan.
"Tidak sajangnim, aku sudah jauh lebih baik dari sebelumnya" Jennie bersungguh sungguh atas ucapannya, walaupun fisiknya mungkin menunjukan kelemahan tapi setidaknya otak Jennie kini sudah dapat bekerja lebih baik dari sebelumnya.
"Aku antar pulang saja ya?" Tanya Woojin, dan tentu dibalas sebuah gelengan dari Jennie. Wanita itu masih bersikukuh untuk bekerja. "Ya sudah, aku ada di kantor. Semoga tidak terjadi apa apa padamu"
"Ne sajangnim, terima kasih atas pengertiannya"
Lisa masih memperhatikan Jennie dan Woojin yang baru saja berbalas senyum, wanita itu lantas membuang nafasnya kasar sambil mencuci beberapa gelas kotor.
"Memang aku ditakdirkan untuk berada diantara drama ini"
gimana gimana? semoga masih nungguin ya. paling pentiiiing semoga ide di otak aku bisa lancar terus seperti cintaku pada hanbin, eaaa!kira kira bakal ada drama apa lagi ya? apa lisa bakalan terlibat lagi?
aku gak pengen mengemis tapi tinggalin jejak ya huhu suka degdegan akutu kalo baru update.
sehat terus kalian, salam cinta dari istri kesekiannya hanbin💛
KAMU SEDANG MEMBACA
One Night, Forever
FanfictionKim Jennie sadar bahwa dirinya adalah seorang yang bodoh, lemah dan buruk diantara yang paling buruk. Diselingkuhi oleh sang kekasih bukanlah hal asing untuk dirinya. Ia merasa bahwa dirinya memang tak pantas untuk bahagia, buruknya mungkin memang i...