4

39 4 0
                                    

Susah ditebak, keras kepala
Sampai kapan?
Ingin menyelesaikan tapi takut beradaptasi, mencari informasi, berinteraksi dan komunikasi.

***

Sunyi, tak ada satupun yang tahu perasaannya saat ini, ingin berteriak tapi untuk apa? Menangis, menangis dan menangis hanya itu yang dapat Mika lakukan, ia mungkin kuat di luar tapi sangat lemah di dalam.

Ingatan itu kembali menghantui fikirannya.
Mika memegang kepala dengan kedua tangannya. Badan ia jauhkan perlahan, entah kenapa tubuhnya terasa sangat lemah.

Tepat di atap sekolah Mika hampir terjun dari lantai 4 sekolah tersebut, tubuhnya sudah condong ke arah bawah. Beruntung dengan sigap Belva menarik tangan Mika dan tak sengaja memeluk Mika. Tetapi Mika tak mengeluarkan satu kata pun, ia masih saja larut dalam kesedihan. Seakan ia pasrah berada di pelukan hangat Belva.
Belva melepas pelukannya dengan kasar.
"Lo gila ya? Ngapain lo bunuh diri di sekolah?"
Mika membuka matanya perlahan, tetapi ia tak dapat melihat dengan jelas wajah lelaki yang telah menyelamatkan nyawanya ini. Mika hanya diam. Dan perlahan tubuhnya benar-benar terasa sangat lemah. Penglihatannya gelap tubuhnya pun terjatuh seketika.
" Heh lo kenapa? Woy bangun woy?"
Belva kaget dan segera menggendong Mika menuju UKS sekolah. Karena muka Mika sangat pucat.

Benar-benar sulit bagi Mika untuk menerima semua kenyataan, kadang terlihat kuat dan kadang terlihat lemah, bahkan sangat lemah.

Sulit bergaul adalah salah satu faktor mengapa ia sering menyendiri dan larut dalam kesedihan.

---

Dava panik, entah apa yang membuatnya mengkhawatirkan Mika. Padahal kekasihnya adalah Verra, tetapi sangat terlihat jelas di raut wajah Dava bahwa ia lebih peduli dengan Mika daripada Verra.

Perempuan ber jas putih masuk ke dalam kelas dan permisi.

"Bu, ini ada surat dari UKS, Siswa bernama Mika Letta Leteshia, sedang dirawat bu karena pinsan, traumanya kumat, jadi dia tidak bisa ikut pelajaran hari ini." ucap seorang petugas PMR dan berlalu pergi.

Setelah mendengar itu Dava segera mencari alasan agar bisa pergi ke UKS, untuk melihat keadaan Mika.

" Ini semua gara-gara lo!! "
Anin menunjuk ibu jarinya ke arah Verra, Verra hanya bisa menunduk. Karena ia merasa bahwa ini sepenuhnya memang salahnya.
"Mika gak akan kumat kalau lo gak ngebahas ibunya!! Lo harusnya ngerti dengan perasaan dia, meskipun dingin, cuek tapi dia tetep temen kita. Gak habis fikir gue sama lo. Kalau lo berada di posisinya dia lo gak bakal bisa setegar dan sekuat dia!"
Anin mulai emosi, Sejujurnya ia tak ingin ada satupun orang yang nyakitin Mika. Karena baginya Mika adalah segalanya.

" Bu, saya mau izin ke toilet"
Ibu Tina mengangguk.
Dengan cepat Dava berlari. Sudah dapat Verra tebak kalau Dava akan menemui Mika.

Lo khawatir sama Mika kan-batin Verra
Verra terdiam sejenak dan berfikir, bagaimana mungkin ia mencintai orang yang mencintai orang lain.

---

Dalam lelapan itu Mika masih saja terbayang dengan wajah bertopeng yang mencekik ibunya.
Seluruh keringat dingin membasahi tubuhnya.
"Tidak.. Tidak.."
Mika menggerakkan tubuhnya dengan posisi mata masih tertutup.

Dava hanya bisa memandang Mika dari balik jendela UKS, bukannya suka pada Mika tapi ia adalah tipikal orang yang sangat peduli dengan perempuan.

86.400 Detik[COMPLETED] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang