Kupikir, aku wanita yang paling beruntung. Memiliki suami tampan dan sukses. Mas Arlan memperlakukanku seperti seorang ratu. Memberi apapun yang aku mau.
Hingga suatu hari dia harus dirawat disebuah rumah sakit. Mag kronis. Aku tidak pernah tahu sejak kapan dia menderita penyakit seperti itu. Aku menungguinya siang dan malam.
Hari ke tiga di rawat, Mas Arlan tidak juga mau memakan bubur yang di sediakan rumah sakit. Semua rayu serta bujukan sudah kugunakan. Namun, Mas Arlan bergeming.
Hingga sore harinya seorang wanita datang menjenguknya. Namanya Aina. Pembawaannya tenang dan santun. Aina melihatku yang kesulitan membujuk Mas Arlan. Dia meminta mangkuk itu dari tanganku.
Ajaib ... tanpa harus diminta dua kali, bubur itu tandas dalam hitungan menit. Bisakah kalian bayangkan betapa sakit hati ini? Suamiku sendiri menolak makan dari tanganku, dia malah menatap wanita itu dengan mata berbinar. Binar yang tidak pernah terlihat ketika memandangku.
Hatiku meronta pedih. Ingin memaki meluapkan sesak di dada. Tapi kutahan, tak ingin terlihat bodoh di depan mereka. Menahan luka yang digores tanpa sengaja, mungkin.
.
.Aku pulang mengambil beberapa baju ganti untuk Mas Arlan. Tanpa sengaja melihat laptopnya di atas meja rias. Rasa penasaran menuntun langkahku membuka laptop itu. Selama ini Mas Arlan tidak pernah mengijinkanku memakainya.
Pandanganku terpaku pada sebuah email yang dikirim sejak satu tahun yang lalu. Airmataku luruh. Hati ini seperti ditikam puluhan belati tumpul. Menghantarkan sakit keseluruh tubuh. Semakin kubaca satu-persatu email itu, semakin hatiku hancur tak terselamatkan.
Aku terduduk di lantai, tergugu, meluapkan sakit yang membuncah. Tega kamu, Mas! Jika tak cinta mengapa menikahiku. Jika ada wanita lain yang bertahta di hatimu, mengapa tak jujur. Apa yang lebih sakit, diselingkuhi hati dan pikiran. Apa yang lebih sakit jika hanya ragamu yang kumiliki. Sementara aku mencintai dengan segenap jiwa.
Perlahan aku bangkit, menghapus airmata, lalu berjalan tertatih menuju mobil. Jika memang hadirku menjadi duri dalam cintamu ... maka aku akan menyingkir dari hatimu yang bahkan tidak memberi ruang untukku.
.
.Aku tidak tahu apa yang terjadi, yang kulihat saat ini, Mas Arlan mendekap tubuhku sangat erat. Untuk pertama kalinya dia mengucapkan cinra padaku. Kata-kata yang tidak pernah kudengar selama dua tahun pernikahan kami.
Perlahan bayanganku memudar, tubuh ini terasa ringan. Meski tidak bisa membalas kata-kata cintanya, setidaknya aku bisa merasakan dekapan hangat dari Mas Arlan untuk yang terakhir kali.
Tamat
KAMU SEDANG MEMBACA
just my shoot story
Randomkisah yang mungkin banyak terjadi di sekeliling kita. hanya cerita pendek berdasarkan imajinasiku semata.